Cuci Piring: Memaknai Hidup
Oleh: Oki Hermawati
Apa yang menarik dari kegiatan mencuci piring? Jika pertanyaan ini diajukan kepada orang dewasa maka kemungkinan jawaban adalah tidak ada yang menarik dari kegiatan mencuci piring dan “teman-temannya.” Malah mungkin kegiatan ini menjadi kegiatan yang dihindari oleh sebagian besar orang karena menjadi repot. Sisa makanan, minyak dan lain-lain yang masih ada di piring harus dibuang, lalu kita bersihkan dengan air mengalir, lalu mencuci dengan sabun dan membilas dengan air mengalir hingga bersih dan mensterilkan piring dengan air panas. Efeknya tangan menjadi basah atau jika kegiatan ini dilakukan terlalu sering membuat tangan menjadi kering. Belum lagi jika jumlah piring dan “teman-temannya” sangat banyak, alhasil kegiatan mencuci sama sekali tidak menarik!
Awalnya saya juga menghindari kegiatan cuci piring ini, namun ada suatu masa “terpaksa” yang akhirnya saya mulai menikmati kegiatan mencuci piring ini dan malah menemukan refleksi di dalamnya.
Pertama, mencuci piring dan “teman-temannya” membentuk sikap tanggungjawab. Jika kita makan dan minum di rumah makan atau kafe, mencuci piring tidak perlu kita lakukan, namun jika kita makan dan minum di rumah maka ada pilihan bagi kita “apakah cuci piring akan kita lakukan sendiri atau dilakukan oleh asisten rumah tangga.” Jika ada kesempatan, cobalah mencuci piring sendiri. Setelah menikmati makanan enak yang kita santap, kita tidak berlalu begitu saja, kita menuntaskannya dengan membawa piring, sendok, garpu, gelas yang kotor ke dapur. Kita buang sisa makanan (jika ada) ke tong sampah, guyur piring dengan air mengalir, kita cuci dengan sabun, bilas hingga bersih dan letakkan di rak piring hingga kering.
Kedua, mencuci pring dan “teman-temannya” meredakan stres. Pernah suatu kali saya mencuci piring sambil “melamun” sejenak, pikiran melayang kemana-mana dengan gambaran segudang tugas menumpuk yang harus saya kerjakan, permasalahan hidup yang membutuhkan solusi. Lalu saya memejamkan mata, mulai menyabun piring, gelas, sendok, garpu, panci. Saya merasakan bentuk-bentuk yang berbeda dari piring yang oval, nampan berbentuk persegi, gelas yang berbentuk tabung. Saya merasakan tebal-tipis dari setiap benda yang saya bilas, panci yang tebal, sendok dan garpu yang tipis. Saya merasakan perbedaan benda baik itu keramik, melamin, alumunium, kayu, besi, kaca dan plastik dari setiap piring dkk yang saya bilas. Saat itulah saya merasakan “kenyamanan” dalam mencuci piring dan meredakan stres yang saya alami. Ketika tangan saya merasakan beragam bentuk dari benda, ketebalan, bahan dasar dari setiap benda, saya melihat setiap benda sangatlah unik dan memiliki ciri khas masing-masing.
Kegiatan mencuci piring tentu menjadi kegiatan yang menarik buat saya saat ini. Ada hal yang menarik yang saya beroleh manfaat dari kegiatan yang mungkin banyak dihindari orang dengan beragam alasan. Kegiatan sederhana yang ada dalam kehidupan sehari-hari ternyata dapat dimaknai sebagai sebuah hidup yang bermakna sekalipun hanya melakukan kegiatan biasa. Jadi maukah Anda mencuci piring Anda sendiri? Cobalah dan Anda akan belajar banyak darinya! Selamat memaknai hidup dengan penuh makna.