Sulit Menjadi Orang Baik
Oleh: Benny
Menjadi orang baik itu memang sulit. Bagaimana tidak? Kita sering mendengar atau merasakan ketika kita berbuat baik malah kita pada posisi yang tidak dirugikan atau kita yang disalahkan. Orang yang berbuat jahat dan salah justru bisa bebas dari tanggung jawab dan akibat perbuatannya.
Rasa keadilan kita terusik. Ada yang salah dengan dunia dan orang-orang yang hidup didalamnya. Bagaimana mungkin orang yang berbuat baik malah yang mendapat cemooh dan orang berbuat buruk tidak apa-apa bahkan didukung? Ini sungguh kacau. Tidak benar! Apakah saya harus jadi orang yang berbuat buruk saja agar dapat diterima oleh orang-orang?
Itu merupakan sebuah cara mengambil kesimpulan dari sebuah pengamatan yang tidak adil. Kenapa tidak adil? Karena kita menilai dari kasus-kasus yang kita pilih itu dan mengeneralisir bahwa semua masyarakat semua seperti itu. Tidak akan adil jika kita menilai dari sebuah kasus dan kejadian dan hanya dari kasus-kasus tertentu dan dalam sebuah tempat. Belum lagi nilai apa itu baik yang kita miliki belum tentu sama dengan orang-orang yang ada dalam semua tempat mengingat kita tidak hidup dalam masyarakat homogen.
Lalu kita harus bagaimana? Kita harus melihat dari dua sisi. Dari sisi pribadi kita, apakah benar nilai kebaikan kita itu sudah benar? Kita dapat mengujinya dengan sederhana, apakah nilai kita itu merugikan/menyakiti diri kita? Apakah nilai itu merugikan/menyakiti orang lain? Apakah nilai itu merugikan/menyakiti lingkungan? Jika tidak dan dan jika kita yakin dan merasa nilai itu benar maka tetaplah berpegangan dengannya.
Bagaimana dengan masyarakat sekitarnya? Jika memang masyarakat tersebut memiliki nilai kebaikan yang berbeda, artinya sudah pasti nilai kebaikan kita tidak akan dianggap baik, bahkan bisa dianggap buruk. Bagaimana kita bereaksi dengannya? Jika memungkinkan untuk menghindari, khususnya dari komunitas kecil tertentu, maka lebih baik kita menghindar dan pindah ke lingkungan yang tidak menkondisikan kita pada situasi tidak menguntungkan itu. Jika pada masyarakat sekitar maka bijaklah dalam bertindak. Dengan mengetahui situasi dan kita bertindak dengan terampil, maka masalah akan terhindar.
Bagaikan pohon bambu yang lentur
dapat bertahan dari angin kencang,
manusia terampil menyesuaikan diri dengan bijak
tanpa harus tercabut akarnya ataupun patah karena terpaan angin kencang.
~ Bait Kontemplasi 1