Non Multa sed Multum
Oleh: Arcadius Benawa
Non multa sed multum adalah ungkapan dalam Bahasa Latin, yang artinya kurang lebih bukan banyaknya/quantity-nya, tetapi totalitas/totality-nya yang penting. Saya kira ungkapan dalam bahasa Latin ini mendapat eksplisitasinya dari sabda Tuhan Yesus yang memuji persembahan janda miskin ke kotak persembahan di dalam kenisah Bait Allah. Kisah itu dapat disimak dalam Injil Markus 12:41-44. Yang dipuji Yesus bukan quantity atau jumlah persembahan sang janda yang hanya satu atau dua peser itu. Yesus juga memuji bukan karena ketuaan dan kejandaannya, tetapi kualitas/qualitynya. Sang Janda itu memberi dari keterbatasan bahkan kekurangannya. Pasalnya, menurut aturan memberikan persembahan itu sebesar seperpuluh dari miliknya (Imamat 27: 30-34). Sang janda miskin itu jelas bukan per berapa, tetapi 100℅ dari apa yang ada padanya. Bahkan dari kekurangannya. Luar biasa. Quality yang sepeti itu tentu menampar muka banyak orang, entah yang suka menilai quality dari quantity maupun dari yg merasa sudah mempersembahkan banyak secara kuantitas.
Saya jadi teringat kisah bahwa ada seorang anggota Dewan Paroki waktu itu yang tersinggung ketika pendapatnya tidak dipakai oleh Pastor Paroki. Muncullah wajah aslinya. Ia lantas mengaduk-aduk pemberiannya pada Gereja yang tidak sedikit. Betapa pemberian dirinya tidak total, tetapi dengan pamrih. Pemberian dirinya adalah pancingan untuk mendapatkan yang lebih besar. Maka diungkit-ungkitlah segala wujud dan nominal persembahannya. Yang kalau dalam perspektif sabda Tuhan hari ini sebenarnya tidak ada sepersepuluhnya dari apa yg ada padanya.
Sabda pujian Tuhan pada janda miskin yang memasukkan ke kotak persembahan di Bait Allah sepeser dua duit ini juga mengingatkan saya pada sharing Nick Vujicic, motivator nomor satu dunia, meski ia tak punya tangan dan kaki. Ia mengajar dan mengajak kita menjadi orang yang tahu berterima kasih – to be thankful man. Bagaimana dengan yang ada ini, kita memberikan diri totally sebagai wujud syukur kita atas apa yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Dari situ Nick mau mengajak kita untuk melihat bukan kekurangan atau apa yang tidak ada pada kita, tetapi abundance/keberlimpahan yang sebetulnya telah dianugerahkan Tuhan kepada kita.
Kisah persembahan janda miskin dan Nick Vujicic menginspirasi dan memotivasi kita untuk mengamini kebenaran ungkapan Latin tadi: Non multa, sed multum. Bukan banyaknya (quantity), tetapi totality atau totalitas dari apa yang ada, yang Tuhan telah berikan kepada kita. Semoga kita makin sadar bahwa masih banyak yang belum kita persembahkan kepada Tuhan dalam kotak persembahan, yang bisa jadi kotak persembahan itu dalam arti secara fisikal, tetapi bisa jadi kotak persembahan itu kita maknai sebagai setiap peluang atau kesempatan kita untuk memberikan diri kita kepada keluarga, Gereja, masyarakat, bangsa dan negara kita, bahkan dunia. Menyitir kata-kata Mother Theresa: Tidak masalah hal kecil yang kamu lakukan, yang penting kamu lakukan dengan cinta yang besar.