Ketoprak

Oleh: Benny

Ketika kebutuhan dasar terpenuhi, manusia mencari lagi kebutuhan-kebutuhan lebih tinggi. Salah satu kebutuhan lebih tinggi itu adalah hiburan. Hiburan bisa dalam banyak bentuk seperti jalan-jalan, nonton film, bernyanyi, ataupun makan. Hiburan makan ini yang biasa dikenal dengan kulineran adalah hiburan dengan berburu dan mencari makanan yang enak dan nikmat (khususnya masih terjangkau oleh kantong).

Saya adalah seorang yang suka makanan Indonesia yang berbagai macam. Beruntung sekali bisa terlahir di Indonesia yang memiliki banyak kultur budaya dengan spektrum yang sangat luas. Budaya Indonesia bagian paling barat akan sangat ekstrim berbeda dengan budaya Indonesia bagian paling timur. Salah satu bentuk perwujudan dari budaya adalah dalam bentuk makanannya. Jadi bagi pecinta kuliner, Indonesia adalah seperti tempat harta karun yang sudah menanti untuk digali dan ditemukan.

Salah satu “comfort food” saya adalah ketoprak. Iya, ketoprak. Ketoprak makanan, bukan ketoprak seni pertunjukan. Bagi yang asing dengan ketoprak, ketoprak adalah makanan yang biasa ditemukan di Jakarta dan Cirebon. Makanan ini sederhana, terdiri dari ketupat, tahu goreng, taoge, bihun yang disiram oleh bumbu kacang yang beraroma bawang putih juga diberikan emping dan bawang goreng diatasnya. Jika mau yang special, tentu pake telor!

Kebanyakan ketoprak ini dijual oleh pedagang keliling dengan gerobak dorong dan biasanya pada malam hari. Saya waktu itu sedang gemar makan ketoprak ini. Saya dalam pencarian untuk the ultimate ketoprak! Saya mencoba berbagai jenis ketoprak dari yang dijual gerobak maupun restoran yang mewah. Semakin jauh dan sulit didapatkan makin membuat rasa penasaran dan excitementnya tinggi. Tapi setiap kali mendapatkannya, tetap masih tidak puas. Selalu ada kekurangannya. Makin penasaran saya! Makin jauh juga explorasi dilakukan.

Setelah bertahun-tahun dalam pencarian yang tak kunjung dapat the ultimate ketoprak, kebetulan memang sedang mencari makan dan sudah malas keluar, saya memutuskan membeli dari tukang ketoprak gerobak yang mangkal di persimpangan jalan yang sangat dekat sekali dengan rumah. Saya sudah menyadari tukang ketoprak ini mangkal bertahun-tahun tapi tidak pernah mencobanya. Yah tidak apa, palingan rasanya biasa. Tapi ternyata, setelah dicoba, ketoprak tersebut merupakan ketoprak yang paling memuaskan dari semua yang pernah saya coba!

Nah inilah yang terjadi dengan kehidupan kita juga. Kita cenderung mencari dalam kehidupan kita. Kita berpikir bahwa semakin jauh dan diperlukan usaha untuk mendapatkan sesuatu maka hasilnya akan makin baik. Karena ini kita cenderung melihat apa yang jauh dan diluar jangkauan dan mengindahkan yang dekat sekitar. Padahal belum tentu juga yang dekat itu lebih buruk. Cobalah sekarang anda lihat sekeliling anda dan renungkanlah. Apakah yang anda punya dan dekat dengan anda itu lebih buruk dan kalah baik dengan yang jauh? Ataukah itu hanya ilusi saja?

Benny