The Power Of Reflection

We do not learn from experience…we learn from reflecting on experience (John Dewey)

Hidup adalah sekumpulan pengalaman yang dialami setiap orang. Entah itu pengalaman pahit, semu atau manis manusia mengalami sepanjang hidupnya. Namun sebuah pengalaman tidak akan pernah menjadi pembelajaran yang berharga kecuali bila kita mau belajar dari refleksi atas pengalaman itu. Rasul Paulus pernah berkata, “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.”  (Filipi 4:12).  Perkataan rasul Paulus lahir dari sebuah refleksi mendalam atas pengalaman hidupnya bersama Tuhan. Refleksi itu membuat ia belajar menerima kenyataan hidup yang pada gilirannya membuat ia tetap bisa merasa puas dan bersyukur.  Mengapa? Karena dia tahu bahwa  “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”  (Filipi 4:13).  Bagi rasul Paulus kepuasan bukan lagi ditentukan oleh kekurangan atau kelebihan, melainkan menerima dengan sukacita berapapun porsi berkat yang Tuhan tetapkan untuk dirinya.

Ketidakpuasan yang tanpa batas dalam diri seseorang akan membawa orang itu kepada keserakahan dan ketamakan. Akibatnya orang itu akan selalu merasa kekurangan dan tidak pernah merasa kecukupan.  Orang yang tidak pernah merasakan kecukupan akan memenuhi hatinya dengan ketidakpuasan dan hidupnya dengan stress berkepanjangan dan mulutnya senantiasa penuh dengan keluhan dan sungut-sungut, jauh dari kesukacitaan. Sebaliknya, jika kita mau merefleksikan pengalaman hidup, melihat kehadiran dan karya Tuhan di dalamnya dan belajar dari padanya, maka hati kita akan senantiasa dipenuhi dengan perasaan syukur dalam segala keadaan. Inilah salah satu kunci kebahagiaan orang beriman.

“Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.  Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kitapun tidak dapat membawa apa-apa ke luar.”  1 Timotius 6:6-7.

Christian Siregar