Sakit Hati, Rendah Hati Dan Pengampunan

Siapa yang tidak pernah mengalami sakit hati? Tentunya setiap orang pernah mengalami sakit hati dalam hidupnya. Baik dalam keluarga, berteman, maupun bermasyarakat. Sebagaimana sifat sedih dan gembira, rasa yang satu ini adalah suatu hal yang wajar dalam hidup manusia. Apalagi, mengingat manusia adalah mahluk sosial, yang dalam setiap interaksinya tidak lepas dari kekhilafan. Sebab-sebab datangnya perasaan ini pun bermacam-macam. Dari masalah sepele hingga masalah besar, dapat menjadi pemicunya. Misalnya berawal dari perbedaan pendapat, salah ngomong, adanya konflik atau ketidakcocokan, dihina, dianggap remeh. Dari setiap sakit hati, rasa sakit dan ketidakadilan terdapat benih-benih sikap tidak mau mengampuni.

Setiap kita pasti pernah mengalami luka dan luka itu juga menimbulkan bekas dalam tubuh kita secara fisik. Bekas luka yang kita miliki itu seringkali tidak bisa hilang dengan cepat walaupun bisa hilang namun tidak 100 % bersih begitu saja. Saat kita melihat bekas luka itu, kita pasti akan teringat bagaimana luka itu bisa ada dalam diri kita. Peristiwa apa dan di mana serta kapan pastinya kita ingat. Itulah kebiasaan setiap manusia lebih mengingat yang hal-hal yang negatif atau melukai daripada yang positif dan memberkati. Kita harus keluar dari masalah kepahitan dan dendam serta kekecewaan yang kita alami dalam hidup ini oleh karena apapun, oleh siapapun, kapanpun dan di manapun. Berdoalah “Ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami (Matius 6 : 12, 14-15). Ingatlah, “Jikalau kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.” Maka, “Berusahalah hidup damai dengan semua orang dan kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorangpun akan melihat Tuhan. Jagalah supaya jangan ada seorangpun menjauhkan diri dari kasih karunia Allah, agar jangan tumbuh akar yang pahit yang menimbulkan kerusuhan dan yang mencemarkan banyak orang (Ibrani 12 : 14-15).

Mengapa mengampuni, nanti dicap manusia lemah? Mengampuni berarti:

  1. Mengakui adanya sakit hati – tidak ada penyangkalan sakit hati yang kita alami. Tidak perlu sombong dengan mengatakan “tidak” namun sebenarnya “ya”. Kita harus rendah hati dan mengakui bahwa sesungguhnya kita adalah manusia yang rapuh dan menerima pengampunan dari Tuhan. Karena itu tidak ada alasan bagi kita untuk berat hati mengampuni sesama.
  2. Menjaga mata hati tetap terbuka – bersikap jujur dan bergerak maju. Mengampuni tidak berarti menutup mata akan masalah yang pernah timbul tapi melihat dengan benar akar masalah yang menimbulkan masalah dalam hati kita.
  3. Menunjukkan kemurahan hati kita karena kemurahan hati adalah buah dari pengampunan yang kita terima dari Tuhan. Jika kita mengatakan bahwa kita murah hati maka pengampunan adalah bagian atas hidup kita.
  4. Tidak mengingat kesalahan yang pernah dibuat yang artinya mengubur dan tidak menggalinya lagi. Mungkin sulit melupakan tetapi saat kita berbicara tentang hal yang pernah terjadi maka emosi dalam diri kita tidak terusik kembali.
  5. Mengampuni berarti sebuah sikap, pilihan bijak. Banyak orang yang tersakiti mengatakan bahwa mereka hanyalah korban jadi sulit melepas pengampunan lebih dahulu. Mengampuni adalah sikap hati yang keluar dari dalam diri Anda bukan dari orang lain.
  6. Gaya hidup kita sebagai ciptaan baru dalam Kristus. Berdoalah seperti Yesus: ”Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” (Lukas 23:34).  Sesungguhnya hidup ini hanya bisa dinikmati saat kita memiliki gaya hidup mengampuni. Jadikan ini suatu kebiasaan bukan berdasarkan pertimbangan untung/rugi tetapi sebagai teladan dan jalan berkat bagi banyak orang.

Apa untungnya mengampuni orang yang pernah melukai hati kita?

  1. Menerima pengampunan Allah bagi kita ( Matius 6:14; Kolose 3:13)
  2. Hubungan dengan Tuhan dipulihkan (Yesaya 59 : 1-2; Markus 11: 25-26)
  3. Baik untuk kesehatan, hidup lebih indah dan penuh sukacita. Tidak ada hidup yang terindah dan terbaik yang bisa kita nikmati jika kita selalu menyimpan penyakit hati dalam diri kita terhadap orang lain.

Firman Tuhan, “mata ganti mata, gigi ganti gigi…tapi Aku berkata kepadamu, janganlah melawan orang yang berbuat jahat kepadamu..” (Mat.5:38-39). Siapkah Anda untuk mengasihi dan mengampuni orang yang telah menyakiti?

Christian Siregar