Komunitas Penyintas Dalam Pengungsian
Oleh: Dr. Silverius CJM Lake
Ideal dalam pengungsian adalah manusia tetap bertahan hidup dan dapat melakukan sesuatu yang menunjang kehidupannya. Tetapi mereka yang mengungsi tentu harus mendapatkan bantuan dari luar sehingga tetap bertahan hidup. Pengungsian disebabkan oleh beberapa peristiwa seperti perang, kekacauan politik, bencana alam, ataupun kemiskinan dan kelaparan. Mereka yang mengalami persitiwa tersebut harus meninggalkan daerah atau wilayahnya, kemudian berpindah ke daerah atau wilayah lain demi mencari perlindungan, keamanan, dan kekuatan fisik-mental. Secara alamiah, mereka terdorong untuk segera menemukan tempat yang aman dan menyiapkan fisik-mental mengatasi berbagai tantangan terkait dengan peristiwa yang menyebabkan pengungsian.
Sejalan dengan konsep penyintas, realitas dunia tampung pengungsi Afghanistan menimbulkan pembentukan komunitas tersendiri serta mengikat sentimentalitas dan persaudaraan mereka. Disposisi pengungsi Afghanistan meninggalkan negaranya adalah untuk mencari negara yang menjanjikan kehidupan baru mereka. Tidak semua dari mereka yang merasakan keberuntungan karena ditampung negara tertentu. Namun terdapat sekian juta pengungsi yang hidup di dalam ketidakpastian di tenda pengungsian. Fakta ini mendorong mereka untuk bertahan hidup dan melakukan kegiatan kreatif yang mendukung kehidupannya.
Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi kemanusiaan telah menerima sekitar 7.490 pengungsi Afghanistan. Memang baik dan benar bahwa Indonesia tidak sekedar menampung pengungsi Afghanistan melainkan memberikan pelatihan keterampilan bagi pengungsi Afghanistan agar mereka tetap hidup, kreatif dan mampu menghasilkan karya serta produk yang mendukung kehidupannya. Manusia memang selalu proses untuk hidup lebih baik dan berhasil di mana pun dia berada. Karena itu konsep penyintas merupakan gagasan yang ideal bagi pengungsi Afghanistan untuk tetap bertahan hidup melalui keterampilan dan kreativitas.
Dengan menyebut manusia sebagai ‘Dasein’, Martin Heidegger hendak menunjukkan bahwa manusia berbeda dari makhluk ciptaan lain. Manusia mampu mengungkapkan keberadaannya serta memertahankan eksistensi. Dalam hubungan dengan pengungsi Afghanistan, maka hal sama yang harus dilakukan adalah memertahankan eksistensi di negara lain ataupun di tenda pengungsian. Komunitas pengungsi Afghanistan di Indonesia terdapat di Jakarta, Bogor, dan Kepulauan Riau. Mereka menjadi komunitas penyintas selama berada dan menetap di Indonesia. Walaupun demikian mereka tetap membutuhkan solidaritas dan pertologan dari sesama saudara se-Indonesia serta “Non-Governmental Organization”.