I Miss U

Oleh: Catarina Natasha Manurung

Ada banyak panggilan untuk menyebut nama seorang ibu. Sebagian orang memanggil dengan sebutan ibu, mami, bunda, ibunda, mama, emak, mamak, inang, dainang, inong, mother, mommy, mom, muther, mutter, dan masih banyak lagi panggilan-panggilan sayang yang biasa kita dengarkan untuk menyebut dan menyapa seorang ibu.

Ibu tentu saja sangat berarti banyak buat kita semua anak-anaknya. Betapa besar jasa dan pengorbanan seorang ibu mulai dari mengandung 9 (sembilan) bulan di rahimnya, sampai dengan sang anak lahir ke dunia ini. Mulai anak tumbuh dan berkembang dari bayi, batita, balita, sangat memiliki ketergantungan dengan ibunya. Ibu membesarkan anak-anknya dengan segenap cinta, kasih, sayang yang dia miliki. Bahkan sesudah anak memasuki usia sekolahpun mulai dari PAUD, Taman Kanak-Kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA), kebanyanyakan anak-anak masih memiliki ketergantungan dan koneksitas yang cukup tinggi dengan ibunya.

Walaupun anak tersebut sudah dewasa dan memasuki bangku kuliah di Perguruan Tinggi, bahkan sampai lulus menjadi Sarjana dan mendapatkan gelar, memasuki dunia kerja dan memiliki penghasilan sendiri, anak tetaplah menjadi anak di mata orang tua. Seiring dengan sang anak beranjak dewasa, umur ibupun akan bertambah dan akan semakin menua.  Beruntung jika ibu masih sehat dan bisa melakukan aktivitas sendiri, tanpa harus dibantu. Namun seiring dengan pertambahan usia, ingatan ibu mulai memudar dan sudah mulai pikun. Tak jarang ibupun mengalami stroke dan kelumpuhan dan harus menggunkan  kursi roda sebagai alat bantu.

Saya jadi ingat kembali, pengalaman mengantarkan ibu untuk pergi terapi ke Rumah Sakit, akibat kelumpuhan setengah badan yang dialaminya. Lebih tepatnya tubuh bagian kiri. Saat terapi, biasanya saya akan memperhatikan dengan teliti, bagaimana cara dokter dan perawat melakukan terapi di Rumah Sakit. Keesokan paginya di rumah, saya akan mempraktekkan apa yang diajarkan oleh dokter dan perawat ke ibu saya. Saya membantu ibu untuk menggerakkan tubuh bagian kiri yaitu tangan dan kaki. Di mulai dengan membantu ibu  mengangkat tangannya ke atas dan menurunkannya kembali ke bawah, seraya menghitung dengan keras dan lantang, satu, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya. Suara yang keras dan lantang akan menambah  semangat dan motivasi ibu untuk terapi. Efeknya, selain ibu yang sedang melakukan terapi, sayapun akan mengucurkan keringat dan kelelahan, mengangkat tangan ibu ke atas dan menurunkannya kembali ke bawah. Jadi sayapun akhirnya ikutan berolah raga juga. Sebenarnya jika dalam kondisi sehat, pekerjaan itu sangatlah mudah untuk dilakukan. Sebaliknya jika dalam kondisi tubuh lumpuh, pekerjaan yang tadinya sangat ringan, akan menjadi sangat sulit dan membutuhkan tenaga yang sangat besar untuk membantu melakukannya. Saya akan berhenti, jika ibu saya sudah lelah dan meminta untuk berhenti.

Terapi ini harus rutin dilakukan setiap hari, supaya tangan dan kaki tidak kaku. Kemajuan yang dialami ibu cukup pesat, tangan yang tadinya tidak bisa untuk menggenggam, sekarang sudah bisa menggenggam ataupun mencengkeram bola dengan tenaga. Tangan yang tadinya tidak bisa digerakkan, sekarang sudah bisa menggenggam leher orang yang menggendongnya, saat ibu dipindahkan dari kursi roda ke tempat tidur. Dan cengkeraman tangan ibu sudah mulai kuat. Saya sangat senang dengan kemajuan yang dialami ibu. Dan saya akan  memberikan reward dengan bertepuk tangan dan memberikan pujian. Ibu sayapun akan tersenyum tersipu-sipu. Saya tahu, ibu bangga selesai menjalankan terapi dan latihan.

Namun jika terapi tidak secara rutin dilakukan, maka tangan dan kaki akan kembali kaku dan akan semakin sulit untuk digerakkan. Akibatnya rasa sakit yang amat sangat  dialami jika kembali memulai latihan, setelah berhenti beberapa hari saja.  Biasanya ibu akan malas latihan dan terapi, karena memang rasa sakit yang dialaminya. Jadi kita yang sehat yang harus selalu bersemangat dan memberikan motivasi untuk berlatih. Di sinilah faktor penting, mesti ada yang stand by untuk melatih, menjaga dan memberikan semangat. Inilah sepenggal pengalaman yang kami lalui bersama-sama di usia senja ibu. Sayangnya sekarang ibu sudah  tiada dan sudah berada di surga. Saya yakin, sekarangpun ibu tersenyum bahagia, memandang saya, dari atas sana. I miss u, dearest Mom. I love you so much, dearest Mom. Beristirahatlah dengan damai dan penuh cinta. (In memoriam 09 Februari 2021- 09 Februari 2022).

Catarina Natasha Manurung