Can You Ever Forgive Me: Rasa Bangga yang Keliru

Can You Ever Forgive Me? merupakan film yang berkisah tentang seorang penulis yang bernama Lee Israel yang dalam masa kesulitan keuangan mengambil langkah penipuan. Ia memalsukan surat-surat dari para penulis terkenal yang sudah meninggal dunia dan menjual kepada para kolektor artefak sastra. Keahlian Lee dalam memalsukan dokumen palsu itu sempat tidak tercium dalam waktu lama hingga ia berhasil menjual lebih dari 400 surat dan mendapatkan keuntungan besar. Film ini berdasarkan kisah nyata dari kehidupan Lee Israel (1939-2014). Rotten Tomatoes memberikan skor 98% untuk film Can You Ever Forgive Me? yang diperankan oleh artis terkenal Mellisa McCarthy dan film ini rilis tahun 2018.

Sepintas jika melihat judul film ini maka terlintas dibenak kita mungkin diakhir cerita, sang tokoh akan menyesali perbuatan dan merasa bersalah lalu meminta maaf. Jauh dari kata maaf, judul Can You Ever Forgive Me? merupakan tulisan dari salah satu surat palsunya yang mengatasnamakan penulis terkenal Dorothy Parker, dimana Lee sangat menggagumi dia. Lee sendiri merasa sangat bangga dengan kemampuannya memalsukan surat-surat penulis terkenal dan kurang menyesali perbuatannya. Kemampuan luar biasa Lee ini bermodalkan mesin tik tua dan riset rutin yang ia lakukan dari satu perpustakaan ke perpustakaan yang lain. Kebanggaan atas hasil pemalsuan surat-suratnya menjadikan Lee sebagai pribadi yang jauh dari kata maaf atau penyesalan sekalipun pengadilan memberikan hukuman tahanan rumah dan masa percobaan hukuman.

Orang-orang yang pernah bekerjasama dengan Lee mengatakan bahwa Lee suka bersikap kasar, pencandu alkohol dan tidak mau ikut terapi, tertutup dan cenderung penyendiri dan tidak pernah mengucapkan kata maaf. Padahal Lee memiliki kemampuan menulis yang luar biasa dan pernah menghasilkan buku yang terkenal dan best seller di New York Times tahun 1980. Kebanggan Lee terhadap pemalsuan surat penulis terkenal yang sudah meninggal merupakan suatu bentuk kebanggaan yang keliru. Kebanggaan yang tidak pada tempatnya sebab tulisan dalam surat itu bukanlah pemikiran asli dari penulisnya sendiri melainkan hasil karangan dari Lee setelah ia mempelajari kehidupan dan karya dari para penulis itu.

Tulisan Lee merupakan bentuk kepalsuan sekalipun ia menyusunnya secara rapi dan banyak orang terkecoh dengan tulisan palsunya yang seakan-akan merupakan pemikiran dari penulis aslinya. Lee memiliki rasa bangga yang keliru dan tidak pada tempatnya dan tidak menunjukkan integritasnya sebagai seorang penulis. Pernahkah kita juga merasa bangga terhadap hal yang keliru?

Terhadap hal yang salah? Tidak tepat? Mari kita berbenah di awal tahun 2022 untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi!

Oki Hermawati