STOP BAPER!
Oleh: Linda Mutiara Lumban Tobing
“Istilah BaPer” merupakan istilah yang familiar di telinga anak muda dan dengan/tanpa disadari banyak dialami oleh umat Tuhan. Bahkan di dalam Alkitab ada beberapa tokoh yang Baperan. Kain menjadi tersinggung perasaannya sampai mengambil tindakan membunuh adiknya Habel (Kejadian 4:1-16). Saul baper saat banyak rakyat memuji keberhasilan dan kehebatan Daud dalam mengalahkan musuh bangsa Israel. Perkataan rakyat menyebalkan hati Saul (1 Samuel 18:7-8). Saul tidak segera membereskan perasaannya dan justru terjebak dalam iri hati dan kemarahan. Sehingga pada akhirnya Saul kehilangan perkenanan Tuhan. Murid-murid Tuhan Yesus pun tidak luput dari potensi terbawa perasaan karena suatu keadaan. Saat mereka ditolak di Samaria, Yakobus dan Yohanes merasa tersinggung dan marah hingga ingin menurunkan api untuk membinasakan kota Samaria (Lukas 9 : 51 – 58).
BaPer (terbawa perasaan) adalah respon alamiah (normal) yang bisa muncul dalam perasaan siapa saja, namun akan mulai berkembang menjadi “sesuatu (yang negatif)” jika dibiarkan berlama-lama, kemudian ditindak lanjuti dengan sikap keliru dan tidak segera dibereskan dengan bijak.
Umumnya orang yang mudah terbawa perasaan ialah mereka yang terlalu serius menanggapi sesuatu, orang yang perasa/sensitive, mereka yang memiliki pengalaman traumatik terkait, sering dilukai dan belum pulih sepenuhnya. Namun pada dasarnya semua orang memiliki potensi untuk terbawa perasaan yang negatif apabila tidak menjaga hati/perasaan.
Jika kita melihat dari kacamata Firman Tuhan, penyebab orang baperan adalah karena kedagingannya yang sangat kuat melebihi manusia rohnya. Hidupnya dikuasai perasaan, orang seperti ini sangat bergantung pada perasaannya karena sangat percaya pada apa yang dikatakan perasaannya sendiri, padahal perasaan bukanlah kebenaran. Tak heran kalau kita sering melihat orang yang baperan sering menjadi trouble maker bagi dirinya sendiri dan orang lain. Orang yang hidup dalam kedagingan, pikirannya dikuasai daging. Orang yang hidup oleh roh memikirkan hal-hal yang benar: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.” (Filipi 4:8). Sementara pikiran orang yang kedagingan memikirkan hal yang sia-sia, yang tidak membawa pada pertumbuhan justru pada penurunan kualitas diri.
Oleh karena itu, stop baper. Berhentilah terus-menerus menjadi korban perasaan. Itu dapat merugikanmu. Sikap baper dapat mempengaruhi hubungan dengan orang lain (tidak banyak yang mau berinteraksi, berteman atau berurusan dengan kita), dapat mempengaruhi hubungan dengan Tuhan dan penggenapan rencana Tuhan dalam hidup kita serta hidup orang lain melalui kita, dan dapat mempengaruhi pertumbuhan rohani dan pemulihan jiwa. Raihlah kebahagiaan sejatimu karena memang itu untukmu: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari yang penuh harapan” (Yeremia 29:11). Segeralah mengendalikan dan menindak-lanjuti sikap baper dengan pilihan yang tepat yang sesuai dengan Firman Tuhan, “Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa.” (1 Petrus 4:7b).
Referensi:
Lembaga Alkitab Indonesia