Kepemimpinan Strategis Ala Kaisar Augustus

Oleh: Isna Fachrurrozi, M.Han

Dalam sejarah hidup manusia pernah tercatat seorang tokoh yang kontroversial dan dapat dikatakan sebagai sosok pemimpin yang efektif. Ia lahir pada 23 september 63 BC di Velletri, dan juga merupakan kaisar pertama serta pendiri dari Kekaisaran Romawi. Seorang pria yang memiliki nama lahir Gaius Octavius Thurinus ini diadopsi sebagai anak dan penerus dari Julius Caesar dalam wasiatnya yang merupakan pamanya sendiri dari sisi ibu. Oleh karena itu ia juga mewaris nama Caesar, perkebunan, dan serta kesetian dari pasukan dari Julius Caesar. Yang kemudian hari ia mendapatkan gelar Augustus dan Princeps (orang pertama).

Dalam perjalanan hidupnya, Octavius, membentuk sebuah aliansi politk bersama Marcus Antonius dan Marcus Lepidus yang Bernama second triumvirate. Adapun tujuan dari aliansi ini adalah untuk memburu kelompok yang melakukan aksi pembunuhan terhadap Julius Caesar. Pasca kemenangan di Battle of Philippi, aliansi ini membagi Republik Romawi menjadi tiga bagian, dimana masing – masing menjabat sebagai diktator militer. Dalam sebuah surat yang ditulis oleh Lord John Dalberg – Acton, beliau menulis “power tend to corrupt, and absolute power corrupts absolutely” (Figgis, Laurence 1907). Kutipan tersebut hingga saat ini masih terus muncul dan menjadi bahasan dalam paradoks kekuasaan. Dimana dalam hal ini pembagian kekuasaan dan penempatan diri sebagai diktator militer membawa kontestasi ambisi dalam berkuasa yang menyebabkan second triumvirate terpecah belah yang berujung pada pelucutan jabatan dan pengasingan Marcus Lepidus yang disusul oleh aksi bunuh diri Marcus Antonius pasca kekalahan di Battle of Actium 31 BC oleh Octavius (bbc.uk).

Pasca berakhirnya Second Triumvirate, Octavius mengembalikan pencitraan Romawi menjadi republic yang bebas dengan memanfaatkan kekuatan yang ada pada kelompok senat Romawi, executive magistrate, dan legislative pada masa itu. Melalui hal tersebut ia mendapakan kekuasaan autokratik dari Romawi sebagai seorang diktator militer. Perlu diketahui bahwa seorang diktator di masa romawi berbeda dengan pandangan diktator saat ini. Dalam perjalanan pemerintahan sebuah negara selalu diadakan check and balance terhadap kekuasaan seorang pemimpin. Namun para pemimpin Romawi menemukan cara yang efektif untuk memotong birokrasi tersebut ketika romawi membutuhkan kekuatan kepemimpinan yang kuat, seperti pada masa – masa krisis contohnya. Dan dalam masa – masa krisis tersebut senat dapat menunjuk satu orang dan diberikan kekuasaan absolut dalam batas waktu tertentu yang Bernama diktator. Diktator romawi memiliki kekuasaan yang absolut, dapat

mengeluarkan dekrit, dan bahkan dapat mengeksekusi tanpa persidangan. Diktator Romawi akan bertugas selama perjalanan karirnya hingga masa yang dibutuhkan berakhir.

Dalam masa jabatan Augustus, terjadi tarik menarik kepentingan antara dirinya dan masyarakat Romawi. Hingga pada akhirnya ia berhasil mengembangkan kerangka konstitusi Romawi dan menyatakan dirinya sebagai Princeos Civitatis (warga negara pertama) yang kemudian diaplikasikan ke dalam konstitusi Romawi sebagai Principate yang menjadi fase awal kekaisaran Romawi. Salah satu hasil dari kepemimpinan Augustus yang mungkin dikenal banyak orang adalah Pax Romana. Dimana Romawi terbebas dari konflik skala besar yang telah berjalan selama dua abad. Walaupun dalam periode ini Romawi berada dalam kampanye ekspansi dan perang saudara yang dikenal sebagai Year of The Four Emperors terkait suksesi dari kekasiran Romawi. Namun dalam masa kepemimpinanya, Augustus berhasil memperluas cakupan wilayah Romawi dengan menganeksasi Mesir, Dalamatia, Pannonia, Noricum, dan Raetia, Africa, Germania, dan berhasil menyelesaikan conquest of Hispania. Dalam masa pemerintahanya ia mengamankan romawi melalui konstelasi kawasan – kawasan buffer yang terdiri dari negara – negara klien nya. Ia juga membuat perjanjian damai dengan Parthian Empire melalui diplomasi (bbc.uk).

Secara Inward ia melakukan reformasi terhadap pajak, pembuatan jalur jalan dengan sistem kurir tersendiri. Ia juga mendirikan Praetorian Guard sebuah unit elit khusus yang bertugas untuk mengamankan kaisar Romawi sekaligus orang – orang penting di kekaisaran sebagai bodyguard. Dari sisi keamanan sendiri Augustus juga mendirikan apa yang disebut sebagai Vigiles Urbani yang dapat diartikan sebagai pengawas kota yang merupakan satuan polisi dan pemadam kebakaran. Augustus memberlakukan reformasi sektor keuangan dengan memberdayakan censor (satu atau dua senior magistrate yang mengawasi moral publik, daftar anggota masyarakat, dan kewajiban pajak) untuk memberikan perhitungan pajak yang adil bagi tiap – tiap provinsi di romawi, sehingga pengumpulan pemasukan pajak berjalan dengan adil. Disamping itu reformasi keuangan yang dilakukan oleh Augustus juga melibatkan perbendaharan romawi, yang berada di Aerarium, di dalam kuil dewa Saturn. Perbendaharan romawi di reformasi sehingga tersentralisir terhadap semua provinsi bersamaan dengan ekspansi dan peningkatan dalam kualitas koin romawi, sehingga transaksi keuangan dengan mata uang romawi lebih terjamin. Disamping itu kekaisaran juga menerapkan dua jenis pajak baru yaitu poll tax (pajak individu) dan land tax (pajak bumi). Hal – hal tersebut menstimulus kegiatan ekonomi di romawi yang pada akhirnya memberikan stabilitas, keamanan, dan kemakmuran.

Dari sisi keteraturan publik dan birokrasi, Augustus melakukan reformasi melalui pembagian wilayah – wilayah menjadi departemen – departemen tertentu. Seperti yang ia lakukan di semenanjung italia yang dibagi menjadi sebelas departemen untuk mempermudah sensus masyarakat, pengumpulan pajak, dan regulasi terhadap lahan publik. Sementara itu roma, selaku ibu kota dibagi menjadi 14 agensi administratif, dan setiap kota dibawah yurisdiksi seorang pengawas yang membawahi vigiles urbani, yang tidak hanya memberikan peringatan kebakaran namun juga banjir. Augustus pun tidak lupa memberikan penghormatan yang layak dalam bentuk hadiah – hadiah khusus atau penghargaan kepada para senatornya, dan juga penetapan terhadap usia pensiun.

Ketika Augustus merasa bahwa jalur komunikasi antar wilayah kekaisaranya kurang optimal, ia membangun stasiun relay untuk kurir yang dilengkapi oleh kereta kuda. Ia juga melapangkan jalan, dan membangun jalan baru untuk mendukung aktifitas kekaisaranya. Dan untuk mengawasi berjalanya hal tersebut ia membuat dua komisi senat baru, yaitu curatores viarum yang mengawasi pemeliharaan jalan dan curatores locorum publicorum yang mengelola bangunan publik dan kuil – kuil. Kekaisaran romawi tidak memiliki pegawai negeri oleh karena itu siapa saja dapat bekerja untuk membantu administrasi publik tersebut termasuk budak. Augustus juga percaya bahwa Roma adalah kota yang harus menjadi pedoman bagi kota – kota lain. Oleh karena itu bangunan – bangunan indah dibangun di roma menggunakan marmer terbaik dari utara italia. Bangunan – bangunan tersebut seperti perumahan senat, Teater Marcellus, basilica, dan jalan – jalan penting. Perubahan – perubahan yang dilakukan oleh Augustus menjadi titik tolak kebangkitan Romawi selama masa kepemimpinanya, hingga Augustus meninggal secara natural pada umur 75 tahun.

Achua dan Lussier dalam tulisanya menyampaikan bahwa kepemimpinan strategis merupakan sebuah langkah dalam mengantisipasi, membayangkan masa depan, mempertahankan fleksibilitas, dan mampu bekerja sama dengan tujuan untuk memberikan keunggulan kompetitif dan menciptakan masa depan yang lebih baik (Achua, Lussier 2010). Delegasi kekuasaan, dan ketatanegaraan yang disajikan oleh Augustus pada masa kepemimpinanya terbukti mampu membawa Romawi kepada masa kejayaan, poin dari hal – hal yang dilakukan oleh Augustus adalah kebijakan dan peraturan yang dibuat terkonstitusi baik secara kedalam maupun keluar yang memberikan masyarakat rasa kepercayaan terhadap pemimpinya. Rasa kepercayaan ini seperti yang disampaikan oleh Eckstein bahwa sosialisasi terhadap nilai – nilai dan keyakinan yang terjadi dari waktu ke waktu memiliki sifat yang mendoktrin. Maka hal tersebut akan menjadi sebuah pembelajaran dan mengendap dalam kesadaran kolektif dan relatif bertahan terhadap perubahan (Eckstein, 1998). Apa yang

ditawarkan oleh Augustus adalah hal – hal baru bagi Romawi, namun dikarenakan kesuksesan dari setiap ide yang ia tawarkan maka menciptakan sebuah keyakinan yang mendorong masyarakat untuk menerima ide – ide tersebut. Dan secara berangsur masyarakat terbiasa dan yakin dengan ide – ide yang ditawarkan oleh Augustus dalam membangun Romawi.

Referensi

Everitt, Anthony. The First Emperor: Caesar Augustus and the Triumph of Rome. London: John Murray, 2007

Letter to Bishop Mandell Creighton, April 5, 1887 Transcript of, published in Historical Essays and Studies, edited by J. N. Figgis and R. V. Laurence (London: Macmillan, 1907)

Achua C.F. and Lussier, R.N. (2010) Effective Leadership. 4th Edition, Canada, South-Western.

http://www.bbc.co.uk/history/historic_figures/augustus.shtml
https://www.britannica.com/biography/Augustus-Roman-emperor
Isna Fachrurrozi, M.Han (Dosen Character Building Universitas Bina Nusantara, Bandung)