Jalan Dalam Waktu Tuhan

Oleh: Simon Mangatur Tampubolon, S.Th., S.Pdk., M.A.

Menjadi Hamba Tuhan berarti juga berjalan dalam waktu Tuhan. Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa bagian kedua dari kitab Yohanes mengajarkan juga tentang waktu Allah. Seorang yang dipanggil menjadi hamba Tuhan adalah orang yang menunggu dan bekerja dalam waktu Tuhan, karena tujuannya adalah kemuliaan Tuhan, bukan kemuliaan diri sendiri. Seorang hamba Tuhan hanya menunggu waktu Tuhan menyatakan tugas bagi dirinya.

Dalam tanda mukjizat pertama yang dilakukan Yesus dan dikisahkan oleh Yohanes, dimana Yesus mengubah air menjadi anggur yang terbaik dalam sebuah pesta pernikahan. Dikisahkan oleh Yohanes sebagai berikut: “Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” (Yoh. 12:3-4)

“Saatku belum tiba” bukanlah ditujukan kepada saat untuk melakukan mukjizat, tetapi kepada saat untuk menyatakan kemuliaan-Nya di hadapan umum. Yesus akhirnya melakukan mukjizat dengan memberi perintah kepada para pelayan untuk mengisi tempayan-tempayan dengan air dan membawanya kepada pemimpin pesta dan ketika pemimpin pesta meminumnya air itu sudah tercipta menjadi anggur yang baik.

Dalam catatan akhirnya pada kisah itu, Yohanes menulis: “Hal itu dibuat Yesus di Kana yang di Galilea, sebagai yang pertama dari tanda-tanda-Nya dan dengan itu Ia telah menyatakan kemuliaan-Nya, dan murid-muridNya percaya kepada-Nya.” (Yoh. 2:11)

Untuk menyatakan kemuliaan Yesus menunggu waktu yang Bapa tetapkan, pun demikian dengan kita, kita harus menunggu waktu Tuhan menyatakan kemuliaanNya melalui kehidupan kita. Ada contoh lagi yang dituliskan oleh Yohanes, bagaimana waktu Tuhan itu harus terjadi dalam kehidupan kita untuk menyatakan kemuliaan sekaligus mempertegas keberadaan kita sebagai hamba Tuhan, yaitu lewat kisah “Lazarus dibangkitkan.”

Begitu Yesus mengetahui kematian Lazarus, dikatakan Yesus sengaja menunda kepergian-Nya ke rumah duka selama dua hari dan sebelumnya Yesus berkata: “”Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”

Kemuliaan Tuhan tidak bisa dipisahkan dari waktu Tuhan, sebagai hamba Tuhan kita tidak mungkin memuliakan Tuhan dengan segala rancangan, agenda dan jadwal yang kita tentukan sendiri. Tuhan punya agenda dan penjawalan sendiri, tugas kita adalah menunggu. Contoh bagus untuk seorang hamba Tuhan yang harus menyatakan kemuliaan Tuhan dalam waktu Tuhan dapat kita lihat dari salah satu tokoh Alkitab, yaitu Musa.

Musa baru dipanggil Tuhan untuk melakukan visi Tuhan yang besar bagi bangsa Israel, justru diusianya yang sudah 80 tahun. Tetapi, apa yang terjadi diusianya 40 tahun dimasa-masa jayanya, firman Tuhan berkata:

“ 11. Pada waktu itu, ketika Musa telah dewasa, ia keluar mendapatkan saudara-saudaranya untuk melihat kerja paksa mereka; lalu dilihatnyalah seorang Mesir memukul seorang Ibrani, seorang dari saudara-saudaranya itu. 12 Ia menoleh ke sana sini dan ketika dilihatnya tidak ada orang, dibunuhnya orang Mesir itu, dan disembunyikannya mayatnya dalam pasir. 13 Ketika keesokan harinya ia keluar lagi, didapatinya dua orang Ibrani tengah berkelahi. Ia bertanya kepada yang bersalah itu: “Mengapa engkau pukul temanmu?” 14 Tetapi jawabnya: “Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Apakah engkau bermaksud membunuh aku, sama seperti engkau telah membunuh orang Mesir itu?” Musa menjadi takut, sebab pikirnya: “Tentulah perkara itu telah ketahuan.”15 Ketika Firaun mendengar tentang perkara itu, dicarinya ikhtiar untuk membunuh Musa. Tetapi Musa melarikan diri dari hadapan Firaun dan tiba di tanah Midian, lalu ia duduk-duduk di tepi sebuah sumur.” (Kel. 2:11-15)

Pada waktu itu – sebuah pengantar yang membawa kita memahami berjalan dalam waktu Allah – Musa sudah memiliki kepedulian terhadap bangsa Israel, namun ia menggunakan kekuatannya sendiri untuk menyatakan bahwa dia adalah orang yang dapat dipercaya untuk memimpin. Pikir Musa dengan cara itu ia dapat membawa perubahan bagi bangsa Israel dan ia dapat memimpin mereka kepada perubahan itu, namun respon yang didapatkan justru berbalik seratus derajat, orang Ibrani berkata: “Siapakah yang mengangkat engkau menjadi pemimpin dan hakim atas kami? Alhasil Musa harus kabur dari rumah Firaun, karena mau dibunuh oleh Firaun.

Waktu dan cara Tuhan bagi Musa untuk menjadi pemimpin pembebasan bagi bangsa Israel bukanlah saat itu dan dengan cara demikian. Tuhan punya waktu dan cara sendiri dan itu baru dinyatakan-Nya 40 tahun kemudian. Andai waktu itu Musa menjadi pemimpin dengan segala kelebihan yang dimiliki, maka bukan kemuliaan Tuhan yang dinyatakan, namun ketika Musa berjalan dalam waktu dan cara Tuhan sungguh kemuliaan Tuhan yang dinyatakan.

Simon Mangatur Tampubolon, S.Th., S.Pdk., M.A.