Be Childlike Not Childish!

Oleh: Linda Mutiara Lumban Tobing –  Dosen Character Building Binus

Suatu hari, seorang anak kecil berlari menghampiri neneknya. Kemudian ia berlindung dalam dekapan sang nenek. Ia berteriak, Neneeeek, Neneeeek, ada tamu! Warna warni Nek! Anak kecil itu mengatakan demikian karena ternyata tamu yang datang adalah seorang wanita dengan dandanan yang sangat norak. Dengan make up yang tebal sehingga wajahnya terlihat berwarna warni. Anak kecil itu menyadari bahwa ia membutuhkan perlindungan dari Neneknya.

Suatu hal yang sepele yaitu menghadapi tamu yang “aneh” bagi seorang anak kecil.   Tetapi anak kecil itu segera berlindung dalam dekapan sang Nenek. Inilah kepolosan dari seorang anak kecil.

Peristiwa beberapa tahun yang lalu, ketika saya bermain dengan keponakan yang berusia dua tahun. Saya menaruhnya di atas sofa dan memintanya melompat ke pangkuan tangan saya. Tanpa pikir panjang, keponakan saya melompat sambil tertawa kegirangan. Tentu saja saya menangkapnya. Anak kecil itu sangat percaya dengan perkataan yang disampaikan kepadanya.

Sering terjadi  beberapa orang salah mengerti dengan kalimat Yesus dalam Matius 18:3, ”Yesus berkata bahwa kita harus menjadi seperti anak kecil jika ingin masuk kerajaan Allah.”  Dalam bahasa Inggrisnya childlike not childish.

Mengapa harus childlike bukan childish?

  1. Anak kecil masih belum dapat mandiri, ia sangat bergantung kepada kedua orang tuanya mengenai apa yang ia makan, apa yang ia minum, dan tanpa khawatir sebab ia sangat percaya bahwa orang tuanya melindungi dan menyediakan yang diperlukan. Demikian juga Tuhan Yesus ingin agar kita menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil yang sangat tergantung kepada Tuhan. Semakin kita tergantung kepada Tuhan, maka semakin Tuhan akan memberkati kita. Kitab Amsal 3:5-7, memberikan nasihat kepada kita “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu. Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN dan jauhilah kejahatan;”
  2. Anak kecil mudah memaafkan. Tidak mudah bagi orang dewasa memaafkan kesalahan karena sakit hati, dendam sehingga sulit untuk mngampuni/memaafkan. Anak kecil yang baru bertengkar dengan teman sebayanya, dengan mudah kembali berdamai, saling memaafkan dan bermain bersama kembali.
  3. Anak kecil mudah berterus terang. Mengatakan segala sesuatu apa adanya kepada orang tuanya, dan masih banyak lagi yang bisa kita pelajari dari seorang anak kecil.
  4. Anak kecil mudah diajar dan dilatih. Apapun yang diajarkan maka dengan mudah terserap dan tersimpan dalam memori otaknya. Kehidupan rohani akan mengalami pertumbuhan ke arah kedewasaan jika mudah diajar, ditegur dan dinasihati.
  5. Anak kecil memiliki motivasi yang tulus, polos, sederhana, belum tercemar oleh pemikiran negatif.

Oleh karena itu, untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan surga, maka kita harus menjadi seperti anak kecil. Memang tidak mudah. Kecenderungan orang dewasa adalah lebih mementingkan logikanya sendiri, pengetahuannya atau bahkan  ego pribadinya. Bukan suatu hal yang mudah bagi kita untuk dapat cepat memaafkan orang lain apabila kita habis bertengkar. Tetapi jika kita melihat anak kecil, mereka dapat dengan cepat memaafkan temannya dan kemudian bermain kembali, seakan-akan tidak pernah berkelahi sebelumnya.

Menjadi seperti anak kecil bukan berarti kita menjadi kekanak-kanakan, tetapi kita belajar akan sikap positif yang anak kecil miliki (be childlike not childish). Sikap yang seperti itulah merupakan sikap yang Tuhan inginkan ketika kita berjalan bersama dengan Dia. Tuhan menginginkan kepolosan kita, tidak ada hal yang perlu ditutup-tutupi. Tuhan ingin agar kita melihat Dia seperti anak kecil kepada orang tuanya. Percaya dan menggantungkan diri sepenuhnya kepada Tuhan.

Ketika kita memilih untuk belajar menjadi seperti anak kecil, maka hidup kita akan diubahkan. Kita akan mengerti apa yang menjadi rencana dan kehendak Tuhan dalam diri kita. Bahkan bagian dalam Kerajaan Sorga telah disiapkan bagi kita yang taat dan setia kepada-Nya.

Referensi:

Lembaga Alkitab Indonesia (LAI)

Suplemen GKI (2012). Menyambut dan Mengikut Yesus dengan Tulus.
http://www.suplemengki.com/rabu-19-september-2012/

Linda Mutiara Lumban Tobing - Dosen Character Building Binus