YERE

Oleh: Christian Siregar

Kalau ada dosen yang lumayan cuek soal aturan karena lebih menekankan hakikat, itulah Yeremias Jena. Cuek bukan berarti abai, beliau justru sangat disiplin dan well prepared bahan ajar. Tetapi cuek dalam arti menolak jika ada rekan dosen atau mahasiswa yang terjebak dalam formalisme dan terlalu fokus kepada soal-soal teknis lebih daripada peduli kepada hakikat isi aturan. Dengan gaya serius tapi santai (sersan) beliau suka berkata, “untuk apa sih dipersoalkan hal begituan, berisik seperti tidak ada pekerjaan lain saja…abaikan sudah!”

Dosen etika di Universitas Atmajaya dan Character Building di Binus University ini memang terkenal sebagai salah satu dosen yang sangat kritis dan humanis dalam berpikir dan menanggapi pendapat. Beliau begitu kritis, tidak suka basa-basi, apalagi jika kita berbicara dengan asumsi tanpa fakta dan data ilmiah, sehingga ada kesan kuat kita (saya khususnya) perlu berhati-hati kalau ingin berdiskusi apalagi berdebat dengan beliau. Beliau akan tanya, dasarnya apa, maksudnya apa, data valid yang mendukung argumentasi Anda apa? Siap-siap skak-mat hehe..(seperti main catur saja).

Mungkin karena latar belakang ilmu etika-filsafat yang beliau kuasai, apapun dasar argumentasi kita mesti ada saja cara beliau untuk menanggapi dengan umpan balik yang cerdas. Pengetahuannya yang sangat luas tidak perlu diragukan, hal itu dapat kita lihat dalam konten-konten ilmiah yang rajin beliau buat di media massa, terutama secara online yang akhir-akhir ini banyak beliau buat.

Namun sayang kiprah dan karya beliau di dunia pendidikan dan media massa harus berhenti sekarang juga. Tidak lama setelah beliau dinyatakan lulus S3 dari STF Driyarkara, di mana idealnya kiprah dan karya beliau yang lebih luas sebagai doktor baru saja dimulai, Tuhan justru memanggil pulang beliau kembali ke rumahNya di Sorga. Hari ini, Rabu 21 Juli 2021, pkl 8.53 pagi di RS Atmajaya beliau menghembuskan nafas terakhir karena terpapar COVID-19 sejak beberapa waktu yang lalu. Terakhir saturasi oksigennya turun sampai titik 50 dan oksigen bantuan yang dimasukkan ke parunya tidak dapat diterima dengan baik karena dihalangi kabut COVID-19 yang cukup tebal. Pak Yere, begitu panggilan akrab Dr Yeremias Jena S.S, M.Hum., M.Sc., harus merenggang nyawa, berpulang kembali kepada Sang Pencipta, setelah berjuang sekian lamanya melawan COVID-19 dengan dukungan doa dan peralatan medis di rumah sakit. Selamat jalan sahabat dan rekan kami yang baik. Kami mengasihimu tapi Dia yang menciptakanmu lebih mengasihimu. Eben Haezer.

Christian Siregar (Dosen Character Building, Universitas, Bina Nusantara, Jakarta)