Pengaruh dan Tata Kelola SDM di Lingkungan Pemerintah Kota
Oleh: Nuah Perdamenta Tarigan
Berdasarkan perkembangan konsep-konsep kepemimpinan, mulai dari pendekatan trait (sifat) sampai pendekatan behavior (perilaku), situational dan transaksional serta transformasional, dapat dikatakan konsep kepemimpinan servant-leadership memiliki beberapa kesamaan dengan konsep kepemimpinan transformasional.
Menurut pakar kepemimpinan transformasional kepemimpinan transformasional bersifat lebih proaktif dan lebih efektif dalam memotivasi bawahan untuk mencapai performa yang lebih baik. Para pemimpin transformasional lebih mampu dan lebih sensitive terhadap lingkungannya untuk selanjutnya melakukan diseminasi sasaran-sasaran strategic yang mampu menangkap perhatian serta minat bawahannya. Para pengikut kepemimpinan transformasional menunjukkan komitmen yang lebih tinggi terhadap visi dan misi organisasi, kesediaan untuk bekerja lebih keras dan yang juga sangat penting adalah memiliki kepercayaan yang lebih tinggi terhadap pemimpin serta memperlihatkan tingkat kohesi yang lebih tinggi pula.
Menurut Bass & Avalio (1994) pemimpin transformasional mencapai hasil yang superior dengan cara memengaruhi bawahannya melalui 4 cara yaitu 1) idealized influence (menjadi model dan menimbulkan proses identifikasi personal), 2) inspirational motivation (menimbulkan semangat tim dan menciptakan kesatuan visi), 3) intellectual stimulation (mendorong kemampuan berpikir, pemecahan masalah yang kreatif pada bawahan) dan 4) individual consideration (melakukan pembinaan – pengembangan dengan mempertimbangkan kondisi individual bawahan).
Berdasarkan ciri tindakan kepemimpinan transformasional, penulis berasumsi bahwa konsep servant-leadership memiliki beberapa ciri yang serupa dengan konsep kepemimpinan transformasional. Karakteristik healing, stewardship, dan commitment to the growth of people/others serta building community pada Servant Leadership serupa dengan ciri individualized consideration dalam upayanya mengembangkan orang lain, berperilaku penuh perjuangan demi kepentingan orang banyak yang meluas. Tentunya perilaku ini membutuhkan sejumlah kekuatan dari nilai-nilai pribadi (personal values) yang mampu mendorong munculnya perilaku mengubah kondisi sekelompok besar karyawan atau masyarakat dari kondisi kurang menjadi berada pada kondisi yang jauh lebih baik. Berdasarkan konsep nilai dari Rokeach (1978), nilai-nilai penting yang menjadi tujuan maupun nilai yang menjadi cara untuk mencapai tujuan disebut sebagai Nilai Terminal dan nilai Instrumental, sedangkan Schwart&Bardi (2000) menyebutnya sebagai Nilai-nilai Motivasional.
Pada konsep servant-leadership, kekuasaan atau power yang berlangsung bukan bersifat personal (untuk kepentingan pribadi) namun lebih bersifat institusional (atau untuk kepentingan orang banyak). Setiap tindakan atau perilaku pemimpin yang berjuang terus menerus untuk kepentingan melayani kebutuhan masyarakat luas, akan terlihat dan terasa oleh follower.
Seluruh tindakan pelayanan pemimpin akan menjadi suatu role model yang dapat menstimulasi dan memotivasi perilaku follower memunculkan pula tindakan/perilaku pelayanan bagi orang lain atau sesama. Dengan demikian tindakan pelayanan yang dilakukan pemimpin kepada pengikutnya akan menimbulkan semacam ‘efek domino’ pada sekumpulan pengikut yang juga akan memelopori pelayanan bagi pihak lain. Perilaku pemimpin yang servant-first , senantiasa membela kepentingan bawahan dan masyarakat luas dan menghasilkan pengembangan kesejahteraan bagi pengikut (pada kepemimpinan transformasional adalah ciri idealized influence dan inspiration motivation) lama-kelamaan akan menimbulkan pula trust dan rasa hormat yang luar biasa dari bawahan/pengikut terhadap pemimpinnya.
Para manajer di lingkungan Disparbud dan industri jasa pariwisata yang langsung bersentuhan dengan konsumen pariwisata perlu menyadari benar perlunya menunjukkan tindakan servant-first bukan leader-first. Dalam situasi permasalahan yang lebih kompleks, ciri kepemimpinan transformasional intellectual stimulation yang mendorong bawahan/pengikut untuk memperoleh solusi yang kreatif, tentu membutuhkan kemampuan berpikir yang memadai pula pada pemimpin. Pada konsep servant-leadership, hal ini terkait dengan karakteristik conceptualization dan foresight, dimana pemimpin memikirkan dan merumuskan serta mengantisipasi pencapaian jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Karakteristik conceptualization dan foresight dapat dikatakan sebagai ciri intelectual traits yaitu kemampuan berpikir konseptual dan berpikir antisipatif yang diperlukan dalam memikirkan perubahan atau bagaimana kelompok pengikutnya bertranformasi di masa mendatang.
Pemerintah Daerah khususnya DKI memiliki fungsi mengatur dan mengelola kepariwisataan suatu daerah, kemampuan manajer dalam konseptualisasi dan antisipasi untuk perencanaan jangka menengah-panjang yang akurat mengenai pengembangan daerahnya, adalah sangat penting. Hal ini berkaitan dengan intelektualitas para pemangku jabatan di Pemerintah Provinsi yang disertai dengan karakteristik persuasi harus mampu meyakinkan instansi terkait lainnya (Pempro, Dinas PU untuk transportasi, dan lain sebagainya) untuk mendukung implementasi perencanaan. Di lingkungan perkotaan, karakteristik foresight dan conceptualization pada manajer dibutuhkan untuk pengembangan dan pemasaran jasa ( dan produk).
Karakteristik listening, empathy dan persuasion merupakan tools berupa interpersonal skill yang dibutuhkan pemimpin dalam berkomunikasi saat memotivasi pengikutnya, dalam mengekspresikan harapan performa yang tinggi pada pengikut dan dalam menyampaikan visi organisasi/ perusahaan secara jelas dan meyakinkan. Harapan-harapan performa pelayanan yang tinggi terhadap pengikut menunjukkan bahwa pemimpin menuntut perilaku pelayanan yang berkualitas dan prima pada pengikut. Dengan kemampuan persuasion, pemimpin dapat memberikan penjelasan yang meyakinkan kepada pengikut tentang gambaran prestasi tinggi yang akan dicapai individu maupun organisasi diwaktu yang akan datang. Dengan demikian individu pengikut juga akan memahami seperti apa perannya dan memiliki sense of hope untuk masa depan yang lebih baik. Terkait dengan ciri khas organisasi pemerintah yang pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil, para manajer perlu menunjukkan keterampilan interpersonal ini sebagai alat untuk memengaruhi dan mengelola SDM di lingkungan pemerintah maupun untuk memengaruhi para pemangku jabatan atau pengambil keputusan di instansi terkait lainnya yang juga bertanggungjawab pada perkembangan perkotaan.