Mengajar Dengan Kecerdasan Emosi

Oleh: Dian Anggraini Kusumajati, S.Psi.,M.Psi

Apakah cita Anda sejak kecil? Adakah diantara kita memiliki cita-cita sebagai seorang pengajar/guru/dosen? Berapa prosentasi dari jumlah penduduk di Indonesia memiliki cita-cita menjadi seoang pengajar? Apa yang memotivasi individu sehingga memiliki keinginan menjadi seorang pengajar?

Ketika seseorang memiliki keinginan menjadi seorang pengajar, apa yang dibayangkan oleh orang tersebut. Pernahkan kita memikirkan guru terbaik yang pernah dimiliki Ketika sekolah, atau kata-kata apa yang menggambarkan hal terbaik mengenai seorang guru. Biasanya kita ingin menjadi seorang pengajar memiliki gambaran masalah lalu mengenai guru-guru yang pernah mengajar mereka.

Memiliki pengetahuan, expert, teratur, mudah dipahami, pendengar yang baik, terbuka, respek, dan lain-lain, merupakan pilihan kata yang akan digunakan siswa/siswi untuk menggambarkan Anda Ketika menjadi seorang pengajar. Kata-kata mana yang anda harapkan Ketika menjadi seorang pengajar? Apakah anda digambarkan menjadi pengajar yang memiliki keahilian dan pegetahuan mata pelajaran, atau memiliki keterampilan sebagai pengajar, atau memiliki kecerdasan emosi? Semua hal terebut dikembalikan kepada kita sebagai pengajar.

Menjadi pengajar yang sempurna memiliki tiga keterampilan seperti memiliki metode dalam mengajar dan belajar, ahli dalam bidangnya, dan kecerdasan emosi. Sehingga ketiga hal tersebut merupakah hal yang perlu dimiliki sebagai seorang pengajar. Dari ketiga hal tersebut hal yang lebih penting adalah memiliki kecerdasan emosi. Menurut Goleman, kecerdasan emosi merupakan kemampuan mengendalikan dorongan emosi, mengenali perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri, mengenali emosi orang lain, dan dalam berhubungan dengan orang lain.

Hubungan pengajar dan murid digambarkan dalam metafora seperti yang dijelaskan Martyboys, merawat orang yang rentan, guru menjadi pengikut, dan penjual ke pelanggan. Bagaimana kita akan bermetafora dengan murid-murid kita?

Mengajar dengan empati dapat dilakukan dengan mengantisipasi dan menanggapi harapan pengajar, memiliki keterampilan mendengar aktif, mengakui pembelajaran individu dengan salah satunya melakukan kontak mata, dan memahami pendengar. Selain itu mengajar juga perlu dengan kesadaran diri dengan mengenali gaya mengajar sendiri, bermain dengan kekuatan pribadi, kenali “dorongan” diri, dan sadar dengan komunikasi verbal dan non verbal.

Setelah beberapa kemampuan yang dimilki maka dapat mengembangkan praktek mengajar dengan kecerdasan emosi, seperti melakukan refleksi pribadi, menerima umpan balik dari murid, refleksi dengan sesama pengajar. Setelah itu diperlukan strategi untuk mengembangkan kecerdasan emosional dengan cara 4P yaitu Peka, Pedulu, Positif, dan Partisipatif. Dengan pengembangan kemampuan dalam kecerdasan emosi, diharapkan pengajar baik guru maupun dosen mampu menjadi “Bintang” bagi murid-murid mereka.

Sumber : ringkasan PKM Mengajar dengan Kecerdasan Emosi

Dian Anggraini Kusumajati, S.Psi.,M.Psi (Dosen Character Building, Universitas Bina Nusantara, Jakarta)