“Melobi” Dewa Visnu
Oleh: Kristan, SE, M.Ag
Kita manusia kadang kurang bersyukur, selalu saja merasa tidak puas dengan sudah apa yang kita miliki. Padahal sifat negatif seperti itulah yang kadang menjerumuskan hidup dan cita-cita awal mulia kita sebagai manusia yang diciptakan pada fitrahnya adalah baik.
Confucius menyarankan bahwa ada tiga hal yang harus di waspadi oleh manusia, pertama ketika masih muda (seusia kaum milenial) semangatnya sedang berkobar-kobar maka ia harus berhati-hati terhadap masalah asmara, kedua ketika dewasa (umur 40-50 tahun) semangatnya sedang dalam kondisi puncak maka ia harus berhati-hati terhadap perselisihan dan ketiga ketika sudah mulai tua (umur 60 keatas) semangatnya sudah mulai turun maka seorang manusia harus berhati-hati terhadap ketamakan.
Dalam tradisi Hindhu ada cerita menarik yang bisa dijadikan bahan renungan bagi kita semua dan cerita ini masih sangat relevan sekali bagi kita yang mau melakukan proses kultivasi diri. Dalam cerita ini kita bisa melihat bagaimana orang serakah melakukan “lobi” dalam doanya kepada dewa Vishnu.
Dewa Vishnu sudah bosan mendengarkan permohonan salah seorang penyembahnya, hingga suatu ketika ia menampakkan diri di hadapannyadan berkata, “Sudah kuputuskan, aku akan memberikan tiga hal, apa pun yang kau minta.
Sesudah itu, tidak ada sesuatu pun yang akan kuberikan kepadamu lagi.”
Penyembah itu dengan gembira langsung mengajukan permohonan yang pertama.
Ia meminta, agar isterinya mati sehingga ia dapat menikah lagi dengan wanita lain yang lebih baik.
Permohonannya dikabulkan dengan segera.
Tetapi ketika teman-teman dan sanak saudaranya berkumpul menghadiri pemakaman isterinya, dan mulai mengenangkan kembali semua sifat baiknya, penyembah ini sadar bahwa ia telah bertindak terlampau gegabah.
Saat itu ia menyadari bahwa dulu ia buta terhadap segala kebaikan isterinya.
Apakah ia masih bisa menemukan wanita lain yang sebaik dia?
Maka ia memohon kepada dewa, agar menghidupkan isterinya kembali.
Kini permohonannya tinggal satu lagi.
Ia bermaksud tidak akan melakukan kesalahan untuk kedua kalinya, karena ia sudah tidak akan sempat memperbaikinya lagi.
Ia bertanya kemana-mana.
Beberapa kawannya menasehatinya, agar ia minta diluputkan dari kematian.
Tetapi apa gunanya tetap hidup, kata kawannya yang lain, kalau badannya tidak sehat?
Dan untuk apa sehat, kalau tidak punya uang?
Dan apa gunanya uang kalau tidak punya sahabat?
Tahun demi tahun telah lewat dan ia belum juga dapat memutuskan apa yang harus dimintanya, hidup, kesehatan, kekayaan, kekuasaan atau cinta.
Akhirnya ia menyerah dan berkata kepada dewa, “Berkenanlah kiranya Dewa memberi nasehat, apa yang sepantasnya saya minta?”
Melihat kebingungan orang itu, Vishnu tertawa dan berkata,
“MINTALAH HATI YANG DAMAI, ENTAH APA PUN YANG TERJADI DALAM HIDUPMU”.