Konsep Servant Leadership di Kota Jakarta Yang Penuh Tantangan
Oleh: Nuah Perdamenta Tarigan
Pada konsep servant-leadership, kekuasaan atau power yang berlangsung bukan bersifat personal (untuk kepentingan pribadi) namun lebih bersifat institusional (atau untuk kepentingan orang banyak). Setiap tindakan atau perilaku pemimpin yang berjuang terus menerus untuk kepentingan melayani kebutuhan masyarakat luas, akan terlihat dan terasa oleh follower.
Seluruh tindakan pelayanan pemimpin akan menjadi suatu role model yang dapat menstimulasi dan memotivasi perilaku follower memunculkan pula tindakan/perilaku pelayanan bagi orang lain atau sesama. Dengan demikian tindakan pelayanan yang dilakukan pemimpin kepada pengikutnya akan menimbulkan semacam ‘efek domino’ pada sekumpulan pengikut yang juga akan memelopori pelayanan bagi pihak lain.
Perilaku pemimpin yang servant-first , senantiasa membela kepentingan bawahan dan masyarakat luas dan menghasilkan pengembangan kesejahteraan bagi pengikut (pada kepemimpinan transformasional adalah ciri idealized influence dan inspiration motivation) lama-kelamaan akan menimbulkan pula trust dan rasa hormat yang luar biasa dari bawahan/pengikut terhadap pemimpinnya.
Para manajer di lingkungan Disparbud dan industri jasa pariwisata yang langsung bersentuhan dengan konsumen pariwisata perlu menyadari benar perlunya menunjukkan tindakan servant-first bukan leader-first. Dalam situasi permasalahan yang lebih kompleks, ciri kepemimpinan transformasional intellectual stimulation yang mendorong bawahan/pengikut untuk memperoleh solusi yang kreatif, tentu membutuhkan kemampuan berpikir yang memadai pula pada pemimpin.
Pada konsep servant-leadership, hal ini terkait dengan karakteristik conceptualization dan foresight, dimana pemimpin memikirkan dan merumuskan serta mengantisipasi pencapaian jangka pendek, menengah dan jangka panjang. Karakteristik conceptualization dan foresight dapat dikatakan sebagai ciri intelectual traits yaitu kemampuan berpikir konseptual dan berpikir antisipatif yang diperlukan dalam memikirkan perubahan atau bagaimana kelompok pengikutnya bertranformasi di masa mendatang.
Pemerintah Daerah khususnya DKI memiliki fungsi mengatur dan mengelola kepariwisataan suatu daerah, kemampuan manajer dalam konseptualisasi dan antisipasi untuk perencanaan jangka menengah-panjang yang akurat mengenai pengembangan daerahnya, adalah sangat penting. Hal ini berkaitan dengan intelektualitas para pemangku jabatan di Pemerintah Provinsi yang disertai dengan karakteristik persuasi harus mampu meyakinkan instansi terkait lainnya (Pempro, Dinas PU untuk transportasi, dan lain sebagainya) untuk mendukung implementasi perencanaan. Di lingkungan perkotaan, karakteristik foresight dan conceptualization pada manajer dibutuhkan untuk pengembangan dan pemasaran jasa ( dan produk). Karakteristik listening, empathy dan persuasion merupakan tools berupa interpersonal skill yang dibutuhkan pemimpin dalam berkomunikasi saat memotivasi pengikutnya, dalam mengekspresikan harapan performa yang tinggi pada pengikut dan dalam menyampaikan visi organisasi/ perusahaan secara jelas dan meyakinkan.
Harapan-harapan performa pelayanan yang tinggi terhadap pengikut menunjukkan bahwa pemimpin menuntut perilaku pelayanan yang berkualitas dan prima pada pengikut. Dengan kemampuan persuasion, pemimpin dapat memberikan penjelasan yang meyakinkan kepada pengikut tentang gambaran prestasi tinggi yang akan dicapai individu maupun organisasi diwaktu yang akan datang.
Dengan demikian individu pengikut juga akan memahami seperti apa perannya dan memiliki sense of hope untuk masa depan yang lebih baik. Terkait dengan ciri khas organisasi pemerintah yang pegawainya adalah Pegawai Negeri Sipil, para manajer perlu menunjukkan keterampilan interpersonal ini sebagai alat untuk memengaruhi dan mengelola SDM di lingkungan pemerintah maupun untuk memengaruhi para pemangku jabatan atau pengambil keputusan di instansi terkait lainnya yang juga bertanggungjawab pada perkembangan perkotaan.