Kembali ke Asal yang Asli

Oleh: Murty Magda Pane

Setelah menjalankan ibadah di bulan Ramadhan selama 1 bulan, umat Islam akan menemui hari Idul Fitri. Maka dari itu, Idul Fitri memiliki arti penting bagi umat Islam di dunia. Pada hari tersebut, umat muslim merayakan usainya puasa Ramadan satu bulan penuh, yang dimaknai sebagai hari kemenangan. Di Indonesia makna Idul Fitri diserap dan diselaraskan bersama budaya yang ada.

Idul Fitri disambut dengan penuh suka cita. Biasanya, masyarakat tumpah ruah menggemakan takbir dan melaksanakan salat Ied. Serangkaian silaturahmi dilakukan pada Idul fitri. Momen bermaafan dan berkumpul bersama tak pernah terlewat dalam menyambut makna Idul Fitri.

Idul Fitri tak hanya sekadar kembali pada yang suci. Makna Idul fitri dapat pula diartikan sebagai bentuk ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas kemenangan besar yang diperoleh setelah menjalankan ibadah selama bulan Ramadhan, terutama ibadah puasa.

Memahami makna Idul Fitri dengan benar dapat membuat seorang muslim merasa selalu bersyukur pada Tuhannya. Apa saja makna Idul Fitri yang begitu istimewa? 

Idul Fitri memiliki makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertaqwa. Idul fitri berasal dari dua kata “id” dan “al-fitri”. Id secara bahasa berasal dari kata aada – ya’uudu, yang artinya kembali. Hari raya disebut ‘id karena hari raya terjadi secara berulang-ulang, dimeriahkan setiap tahun, pada waktu yang sama. Ada juga yang mengatakan, kata id merupakan turunan kata Al-Adah, yang artinya kebiasaan. Hal ini karena masyarakat telah menjadikan kegiatan ini menyatu dengan kebiasaan dan adat mereka.

Sementara kata fitri memiliki dua makna yang berbeda menurut beberapa pendapat, kata fitri yang populer bermakna suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan(https://www.liputan6.com/ramadan/read/3980526/makna-idul-fitri-yang-tak-hanya-sekadar-kembali-ke-fitrah). 

Mengacu pada makna-makna ini, maka bisa dikatakan bahwa kembali ke fitri atau fitrah bermakna kembali suci. Frase ini bisa pula diberi makna bahwa aslinya manusia adalah suci dan bersih. Hal ini karena dalam Islam diyakini bahwa ruh/spirit manusia berasal dari Tuhan Yang Maha Suci, sehingga manusia yang dekat dengan Tuhannya akan menjadi suci juga. 

Kembali kepada pembahasan cinta kepada Tuhan bulan lalu, maka mencintai Tuhan bisa membuat manusia menjadi suci, karena hatinya disucikan. Selama 1 bulan di bulan Ramadhan umat Islam senantiasa berusaha beribadah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, maka rasa cinta kepada Tuhan bisa tumbuh. Diharapkan rasa cinta kepada Tuhan ini tumbuh dengan subur di saat Idul Fitri. Ketika cinta ini tumbuh dengan subur, bisa dikatakan manusia sudah dekat dengan Tuhan yang merupakan asal dari ruhnya. Karena itu bisa dikatakan individu tersebut sudah kembali ke asalnya yang asli, yaitu kesucian. 

Bukankah kita senantiasa berharap menjadi diri yang suci? Tidak hanya suci secara lahiriah, yaitu memiliki tubuh yang bersih, tidak hanya bersih dari kotoran, tetapi juga penyakit. Seorang yang mengerti makna kesucian seyogyanya juga berusaha memiliki hati yang suci, yaitu bersih dari penyakit-penyakit hati, seperti iri hati, dengki, sombong, dan lain sebagainya.

Murty Magda Pane (Dosen Character Building, Universitas Bina Nusantara, Jakarta)