Karakteristik Islam Indonesia

Oleh: Sukron Ma’mun, S.Ag.M.A

Islam bukan merupakan agama asli bagi bangsa Indonesia. Ketika Islam datang, masyarakat  Indonesia sudah memeluk agama Hindu, Budha, Animisme dan Dinamisme. Perkembangan Islam di nusantara ini memiliki pengalaman unik yang berbeda dengan di negara lain, lantaran adanya keberagaman budaya dan tradisi antara satu pulau dengan pulau lainnya. Perjumpaan Islam dengan budaya (tradisi) lokal menimbulkan akulturasi budaya. Kondisi ini menyebabkan ekpresi Islam tampil beragam dan bervariasi sehingga kaya kreativitas kultural-religius. Meslipun kondisi tersebut dinilai menyimpang atau dianggap tidak genuine dengan Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. 

Proses akulturasi budaya antara Islam dan budaya lokal tidak bisa dibendung karena hal itu sudah menjadi suatu konsekuensi. Hal ini, karena jika Islam bersikap keras terhadap budaya atau tradisi lokal yang terjadi justru pertentangan terhadap Islam itu sendiri bahkan memungkinkan terjadinya konflik dan peperangan dengan pemangku budaya, tradisi atau adat lokal. Oleh karena itu, jalan yang terbaik adalah melakukan seleksi terhadap budaya maupun tradisi yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam untuk diadaptasi sehingga mengekpresikan Islam yang khas. Ekpresi Islam lokal ini cenderung berkembang sehingga menimbulkan Islam yang beragam.

Ekpresi Islam yang berasal dari persentuhan ajaran-ajaran Islam dengan budaya (tradisi) lokal telah melahirkan berbagai identitas baru yang melekat pada Islam. Identitas Islam yang baru ini menimbulkan kebingungan bagi orang-orang awam, melahirkan penolakan dari kalangan Islam skripturalis maupun formalis, tetapi menumbuhkan rasa simpati bagi kalangan Islam moderat, bahkan sangat menarik perhatian bagi para ilmuwan sosial untuk mengamati dan mencermati keunikannya masing-masing. Mereka berusaha menangkap kekhasan masing-masing identitas Islam itu sehingga dapat dibandingkan satu sama lain. Sebab keberagaman ekpresi ini merupakan keniscayaan sosiologis. 

Berkaitan dengan hal tersebut dalam laporan surat kabar Republika 25 Januari 2008, menteri Agama Lukman Hakim Saifudin mengingatkan bahwa corak Islam di Indonesia adalah Islam yang moderat, penuh nilai-nilai tasamuh (toleran), tawazun (seimbang) dan I’tidal (lurus) yaitu Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam. Hal ini tentu didasarkan pada kenyataan di lapangan yang kita hadapi dan harus kita sadari bahwa Islam hanya satu itu terletak pada substansinya, namun ekpresi penampilannya sangat beragam. Mohamad Ali menegaskan bahwa Islam itu satu. Namun, ketika Islam telah membumi, pemahaman dan ekpresi umatnya sangat beragam. 

Sukron Ma'mun, S.Ag.M.A (Dosen Character Building, Universitas Bina Nusantara, Jakarta)