Tiga Pendekatan Sosiologi Menganalisa Masalah Keluarga di Masa Pandemi Covid-19

Oleh: Yustinus Suhardi Ruman

Artikel mengkuti pendekatan analitik seperti dalam figure dibawah ini. Keluarga akan dibahasa berdasarkan pendekatan structural fungsional, pendekatan konflik atau saya sebut dengan distribusi sumber daya, dan terakhir adalah pendekatan interaksi symbol.

  1. Pendekatan Struktural-fungsional

Pendekatan fungsional melihat kerluarga sebgai satu unit social yang terdiri dari bagian-bagian. Setiap bagian memiliki fungsi dan perannya masing. Dalam Rumah Tangga seorang pria memiliki peran sebagai suami. Sebagai suami, ia memiliki fungsi ekonomi. Lalu wanita memiliki peran sebagai ibu yang memiliki fungsi membereskan semua urusan domestic. Permasalah dalam rumah tangga sering kali terjadi karena fungsi-fungsi ini tidak dijalankan dengan penuh tanggungjawab, atau harapan terhadap keterpenuhan fungsi dan peran itu terlalu tinggi dari kemampuan atau pontesi yang dimiliki. Kegagalan menjalankan peran dan fungsi tersebut berdmapak multiplier pada fungsi keluarga secara keseluruhan,

2. Pendekatan Konflik

Pada mulanya pendekatan konflik berbasis pada distribusi sumber daya material yang tidak setara. Dalam artikel ini saya ingin memperluasnya pada ketidaksetaraan pada distribusi sumber daya social dan dan politik. Pendekatan Analitik Memahami Keluarga Keluarga StrukturalFugsional Interaksi Simbo Distribusi Sumber Daya/Konflik Dalam budaya patriarki distribusi penguasaan terhadap sumber material, social dan politik cenderung pada pria. Pria memiliki hak istimewa atas barang material, membangun jaringan social di luar rumah tangga dan memiliki kekuasaan untuk menentukan apa yang boleh dan tidak boleh. Ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya tersebut cenderung membuat perempuan tidak dapat mengembangkan potensi dirinya. Hal itu bisa saja membawa dampak pada perasaan terisolasi, dan kesempian, merasa diri tidak berarti. Dampak selanjutnya adalah pertengkaran, lalu pertengkaran dalam mendorong perceraian.

3. Interaksi Simbol.

Simbol tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Simbol selalu mewakili sesuatu yang lain. Dalam suatu interaksi kata-kata verbal dan gestikulasi adalah simbol. Kata-kata dan gestikulasi dengan demikian tidak benar-benar memiliki arti pada dirinya sendiri. Dalam banyak hal makna tersebut secara subyektif berada terpisah dari apa yang diucapkan atau ditunjukkan. Seorang istri mengatakan kepada suaminya, “mangga itu, enak”. Pernyataan itu, tidak hanya berarti bahwa benar mangga itu enak. Pernyataan itu juga bisa jadi sekaligus permintaan tolong untuk dikupas. Pendekatan ini mengsumsikan bahwa setiap orang yang terlibat dalam sebuah interaksi dalam rumah tangga memiliki kemampuan secara subyektif untuk memahami setiap setiap symbol yang terjadi dalam sebuah interaksi. Namun, bila gagal, itu akan membahwa masalah.

Pendekatan interaksionis simbolik menuntut sikap belajar yang terus menerus. Sebab symbol yang sama dapat mempunyai arti yang berbeda pada waktu yang berbeda. Kehidupan keluarga dimasa Pandemi Pembatasan aktivitas social menyediakan kesempatan pada setiap anggota keluarga intensitas interaksi.

Pada mulanya, kesempatan itu dirasa sangat menyenangkan. Anak sekolah kembali ke rumah, suami kembali ke rumah, demikian juga istri. Namun interaksi intens yang terjadi dalam waktu lama antara orang yang sama dalam ruang yang sama dapat menimbulkan persoalan baru.

Persoalan-persoalan itu berasal dari peran dan fungsi yang memberatkan salah satu pihaknya. Istri misalnya di satu pihak menyediakan waktu yang banyak melayani anggota keluarga yang lainnya. Lalu pada pihak yang lain, kekuasaan suami tidak berkurang atas anggota lainnya. Kondisi ini dapat menciptakan persoalan baru yang sebelumnya tidak ada.

Dan terakhir intensitas interaksi menuntut proses belajar yang lebih intens lagi untuk saling memahami Penutup Pendekatan-pendekatan tersebut; pendekatan structural-fungsional, pendekatan konflik atau distribusi sumber daya, dan pendekatan interaksi symbol sangat penting dan relevan untuk menganalisa persoalan-persoalan utama dalam keluarga. Dengan menggunakan pendekatan tersebut, setiap anggota keluarga dapat saling mengevaluasi satu dengan yang lainnya. Diharapkan dengan evaluasi yang tepat melalui pendekatan-pendekatan tersebut, setiap anggota dapat kembali menciptkan keharmonisan dalam relasi antara anggota di dalam keluarga. Sumber

Bacaan

John J. Macionis, (1989), Sosiology, New Jersey: Prentice Hall

Yustinus Suhardi Ruman & Antonius Atosokhi Gea, (2018), Character Building Development Center, Jakarta: Bina Nusantara, Media & Publishing

Yustinus Suhardi Ruman