Konsep Kepemimpinan Kristen Yang Holistik dan Terbuka
Oleh: Nuah Perdamenta Tarigan*
Bagian ini diawali penulis dengan mengemukakan pentingnya Consecration dan Concentration. Definisi consecration adalah tindakan memisahkan atau mendedikasikan sesuatu atau seseorang untuk dipakai Tuhan. Namun celakanya, penyerahan diri yang sering dilakukan umat kristiani tidak berdampak apa-apa bagi hidup mereka. Oleh karena itu setiap orang Kristen yang rindu dipisahkan hidupnya sebagai alat yang indah di tangan Allah, haruslah terlebih dulu disalibkan, kemudian baru dibangkitkan bersama Kristus. Dengan kata lain, harus terjadi crucifixion dulu sebelum consecration. Hal berikutnya yang perlu dimiliki pemimpin adalah konsentrasi hidup (concentration), karena terlalu banyak peran yang dijalani akan menyebabkan seorang pemimpin tidak efektif.
Penulis juga menekankan bahwa seorang pemimpin harus berani menjadi pemimpi yang pragmatis. Ditengah-tengah situasi negatif yang mendorong kita menjadi pesimis, apatis, dan kemudian menjadi oportunis dan narsisis, sebaiknya pemimpin harus memiliki kapasitas untuk berimajinasi ke depan dan untuk mematangkan idealisme serta bertindak merealisasikan impian nya. Dengan kata lain pemimpin bukan sekedar sebagai tukang mimpi namun menjadi pemimpi yang pragmatis, artinya idealis dan juga realis yang memunculkan strategi dan program yang konkret dan mendarat. Dewasa ini terdapat jurang yang sangat lebar antara realitas hari ini dengan visi eskatologis masa depan yang Allah berikan. Kesenjangan ini seharusnya dipersepsi oleh pemimpin Kristen sebagai creative tension. Guna menutup kesenjangan tadi dapat dilakukan dua alternatif cara yaitu: (1) mengangkat realitas hari ini untuk mendekati visi, atau (2) menurunkan visi agar dapat mengako-modasi realitas tadi.
Sebagai pemimpin Kristen seyogianya memilih cara yang pertama, yaitu tetap menjadi idealis namun juga realis dengan mengenali konteks kekinian.
Dalam rangka melengkapi kinerja kepemimpinan, para pemimpin Kristen juga harus mampu sebagai thought leaders, yaitu menjadi pemikir strategis yang selalu terdepan dan lebih dulu dari orang lain dalam menelurkan ide-ide inovatif, terobosan efektif, dan solusi transformatif dalam memecahkan permasalahan. Thought leadership bukan hanya monopoli dunia sekuler, namun juga harus dimiliki oleh pemimpin Kristen, karena Allah telah memberikan kebenaran transenden-absolut dan mandat rasio. Dan dunia membutuhkan para thoughtful leaders yang mengasihi Allah di berbagai bidang kehidupan. Sementara itu kita harus hati-hati dengan pengkultusan individu pemimpin, karena kepemimpinan yang berpusat pada individu tertentu bukan saja tidak efisien, namun juga sangat tidak sehat, yang akan melumpuhkan setiap kapabilitas yang berada di luar diri pemimpin.
*Penulis adalah Pengajar Character Building, pada Universitas Bina Nusantara dan Chairman, Gerakan Peduli Disabilitas dan Lepra Indonesia (GPDLI). nuah.tarigan@binus.ac.id