Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Kesehatan Mental Masyarakat

Oleh: Yustinus Suhardi Ruman

Pandemi Covid-19 telah membawa multi dampak dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di hampir seluruh dunia saat ini. Protokol kesehatan yang diterapkan seperti menjaga jarak telah menyebabkan relasi intim dan personal antara setiap orang tidak  berjalan dalam rasa yang aman. Bahkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar yang diterapkan membawa dampak perubahan dalam pola-pola kegiatan ekonomi. Perubahan pola kegiatan ekonomi tersebut membawa dampak yang buruk seperti pengangguran terjadi dimana-mana. Banyak orang melakukan pemutusan hubuntan kerja, lalu banyak orang pula yang pendapatannya berkurang.

Kebijakan Protokol kesehatan tersebut menyebabkan secara sosial orang memiliki jarak, dan secara ekonomi orang kehilangan pendapatan ekonominya. Dampak dari protocol ksehatan tersebut tentu menciptakan kecemasan-kecemasan, ketakutan, frustrasi, dan kehilangan harapan. Banyak orang cemas tentang masa depan mereka. Mereka cemas akan kelangsungan usaha,  kelangsungan pekerjaan, dan bahkan harapan untuk hidup yang lebih baikpun nyaris telah sampai pada batas putus asa.

Dampak-dampak buruk itu, tentu telah mendorong akibat buruk yang lainnya. Salah satunya adalah kemungkinan untuk melakukan bunuh diri. Dilaporkan bahwa banyak negara menghadapi pembatasan tinggal di rumah.  Tujuannya adalah untuk menghabat penyebaran COVID-19. Namun, dilaporkan pula bahwa  ada kekhawatiran mengenai tingkat bunuh diri yang juga  meningkat — atau telah meningkat.

Beberapa faktor yang mendasari kekhawatiran ini adalah  penurunan tingkat kesehatan mental penduduk.  Hal ini nampak dalam gejala semakin meningkatkan jumlah laporan bunuh diri dimasa kebijakan pembatasan relasi sosial. Selain itu, banyak pula yang melukai diri mereka sendiri saat hanya tinggal di rumah saja tanpa melakukan aktivitas sosial lainnya di luar rumah.

Studi yang dilaporkan secara luas yang memodelkan efek pandemi covid-19 pada tingkat bunuh diri memperkirakan peningkatan mulai dari 1% hingga 145%, sebagian besar mencerminkan variasi dalam asumsi yang mendasarinya. Penekanan khusus telah diberikan pada efek pandemi pada anak-anak dan remaja.

Sejumlah survei telah menyoroti bahwa kesehatan mental mereka terpengaruh secara tidak proporsional, relatif terhadap orang dewasa yang lebih tua, dan beberapa menyarankan peningkatan pikiran untuk bunuh diri dan menyakiti diri sendiri.

Sumber bacaan:

Ann John,  Jane Pirkis, David Gunnell,  Louis Appleby,  Jacqui Morrissey, assistant director (2020), Trends in suicide during the covid-19 pandemic, https://www.bmj.com/content/371/bmj.m4352

Yustinus Suhardi Ruman