Perseverance: Double Trouble

Oleh: Petrus Hepi Witono, S.S.,M.M

Alhamdulillah Allah memberi saya cobaan yang ga seberapa dibanding orang-orang hebat di luar sana. Namun sebagai manusia pada umumnya masalah hidup tentu ada. Silih berganti malah. Namun ada dua pengalaman yang bisa merubah saya. Merubah pikiran saya.

Yang pertama, banyak kegagalan yang saya alami dalam meraih karir di mana saya pernah mengalami kesulitan mendapatkan pekerjaan, merasakan pahitnya ditolak, diremehkan, hampir ditipu, menyandang status sebagai pengangguran memanglah sangat terbebani. Kemudian saat akhirnya saya sudah memiliki pekerjaan, saya bertemu dengan orang-orang yang menguji ketangguhan mental saya di mana saya pernah diperlakukan tidak adil, bahkan di maki di depan umum, ingin rasanya menyerah namun saya selalu ingat lelah bekerja jauh lebih baik daripada lelah mencari pekerjaan. Dari pengalaman tersebut membuat saya sadar saya tidak ada apa-apanya. Saya nothing. Tidak ada hal yang dapat disombongkan. Saya berdamai dengan badai agar bisa menerima keadaan agar jalan menjadi lebih mudah dan memperbaiki semua. Upgrade diri ke versi terbaru. Tetap sabar dan ikhlas dengan setiap ketentuan dari Tuhan. Kini mereka yang pernah tidak menyukai saya di kantor berbalik arah menjadi baik kepada saya dengan sendirinya. Tanpa harus saya cari muka.

Pengalaman Yang Kedua, adalah masalah yang ditimbulkan karena gabungan reaksi yang disebabkan dopamin, testoteron, oxytocin, dan senyawa lainnya di dalam otak begitu begitu kata para scientist. Pada intinya seseorang datang ke dalam hidup saya belum tentu orang tersebut akan menetap selamanya. Banyak kejadian yang membuat saya merenungkan banyak hal dan membuat saya jadi lebih wise. Saya bisa memilih sisi negatif di mana saya selalu merasa menderita, dendam, tetap sakit hati, dan semakin rugi di mana tidak ada pelajaran yang bisa diambil. Saya pun juga bisa memilih sisi positif di mana saya menerima bahwa hal ini salah satu proses menuju kedewasaan baik secara berfikir, dan emosi. Anggap kehadiran seseorang dalam hidup saya, membantu saya untuk bertumbuh. Antara dua sisi tersebut, saya memilih sisi positif meski sulit. Saya pernah menemukan quote menarik tetapi sadis yaitu “No matter how good you are, you can always be replaced”. Sad but true. Dan hal ini membuat saya sadar bahwa jangan terlalu attach kepada siapapun dan apapun. Seperti sepenggal lirik lagu If I were you nya Hoobastank “that all could go away in one blink of an eye, it happens all the time..”

Seperti itulah pengalaman pahit yang pernah saya alami. Ada yang pernah mengatakan perut lapar dan patah hati merupakan pelajaran terhebat dalam hidup. Saya pernah mengalami keduanya sekaligus. Double trouble. Meski saya sudah melewati masa itu, bukan berarti saya sudah selesai berjuang. Perjuangan saya masih panjang. Tapi setidaknya saya lebih kuat daripada kemarin, meski terkadang saya merasa mood swing yang parah. Saya harus sadar kesehatan mental adalah hal yang terpenting. Pernah ada yang berkata Healing is messy. It’s okay not to be okay. Kita hidup di dunia bukan di surga, jadi ga semuanya harus sempurna. Intinya terima keadaan maka pasti akan berdamai dengan badai.