Teologi Praktis Dewasa Ini
by: Andy Gunardi
Teologi berkembang pesat. Muncul perbedaan tajam antara teologi pastoral dengan teologi sistematik, seperti dogmatik, ekklesiologi dan biblis, maka perlu adanya indepedensi pada teologi sistematik. Untuk itu terbentuklah teologi praktis yang berhubungan erat dengan ilmu-ilmu sosial.
Ciri-ciri Khas Teologi Praktis:
- Berorietasi empiris. Adanya hubungan mutlak antara teologi dan ilmu-ilmu sosial. Di sini teologi berfungsi untuk melihat cita-cita dan nilai-nilai yang ingin dikejar dan lewat ilmu-ilmu sosial kita dikonfontasikan pada realitas umat yang dibatasi oleh faktor kebudayaan, sosiologi, dan sejarah.
- Fokus pada perubahan praksis. Teologi praktis terarah pada perubahan praksis. Teologi praktis ingin merefleksikan dan memperbaiki, memperbaharui apa yang dibuat Gereja sekarang, karena Gereja itu bersifat semper reformanda.
- Teori-praktek: hubungan timbal. Praktek membutuhkan teori teologis dan empiris yang baik sedangkan teori membutuhkan praktek.
- Bersifat ilmu pengetahuan krisis. Gereja mencari identitasnya pada masa transisi kebudayaan dan adat, pada perubahan masyarakat kita dari kebudayaan agraris ke kebudayaan industri.
- Mencari hubungan antara tradisi dan pengalaman.
- Memperbaiki praksis beriman dan praksis bergereja.
- Bersifat komunikatif. Rob van Kessel pernah menulis demikian, ” Membangun Gereja adalah merubah kehidupan Gereja ke arah tindakan komunikatif dalam iman, melalui jalan menumbuhkan budaya yang mendorong ke arah perjumpaan yang benar dengan Allah sebagai suatu spriritualitas.”
- Berdampak pada segala subdisiplin. Teologi praktis di satu pihak memberi sejumlah syarat dan norma bagi subdisiplin-subdisiplinnya ( liturgi, sosial, kateketik, pembangunan jemaat, pastoral “care”, dsb.) dan di lain pihak baru menjadi darah daging dalam subdisiplin-subdisiplinnya.
Pembangunan Jemaat.
- Umat sebagai organisme. Suatu kelompok atau persekutuan umat tidak lagi didekati sebagai organisasi melulu melainkan dan terutama sebagai organisme (bagian dari tubuh yang memegang peranan dan berdampak pada eksisitensinya). Dan organisme diselidiki dengan bantuan instrumen-instrumen analisis.
- Teori lima faktor. Jan Hendriks merumuskan lima faktor yang dapat membangun jemaat, yaitu :
a. Identitas : Siapa kita ? Apa missi kita ?
b. Kepemimpinan : Demi keuntungan saya atau demi pelayanan atau Gaya ?
c. Tujuan/tugas : Jelas? Bisa terjangkau? Inti Injil?
d. Klimat : Umat sebagai obyek atau subyek ?
e. Struktur : Mungkinkah relasi dengan orang/grup beriman yang cocok dan
kurang cocok ?
Lima faktor ini dapat membantu perencanaan perbaikan.
3. Teori sistem. Thierry pernah mendeskripsikan sistem sebagai keseluruhan yang terdiri dari atas komponen-komponen yang saling mempengaruhi :komponen-komponen itu diatur menurut rencana tertentu dengan maksud mencapa tujuan tertentu. maka sistem mempunyai aspek keseluruhan, relasi, dan finalisasi atau keterarahan pada tujuan. Sistem itu memiliki proses perubahan dan perubahan itu dapat dikontrol sehingga dapat menciptakan sistem yang stabil.
4. Model proses. Pembangunan jemaat mengenal lima model :
a. Berfokus dalam bertindak secara beriman dan rasional.
b. Berfokus dalam bertindak dengan terarah pada fungsi, tujuan dan hasil.
c. Berfokus dalam bertindak pada proses, yang berlangsung dalam waktu.
d. Berfokus pada pengembangan organisasi atau yang mengatur dalam ruang.
e. Model yang mengaktivir partisipasi.
Di sini ada lima fase yang perlu dipelajari kekhasannya, yaitu: orientasi, diagnose atau penyelidikan, perencanaan, pelaksanaan, dan pemantapan.
♢Orientasi. Yang penting adalah semacam perjanjian dengan orang yang ikut dalam proses.
♢Diagnose. Di sini dicari apa masalah yang ada.
♢Perencanaan. Perlu perumusan tujuan-tujuan atau hasil yang ingin dicapai. Pertanyaan yang perlu dimunculkan ialah apakah rencana yang telah dibuat sesuai dengan arah, usaha kita ataukah sesuai dengan identitas jeaat kita ?
♢Pelaksanaan. Di sini perlu adanya organisasi yang baik. Tugas-tugas harus dibagi. Namun yang penting adalah keberanian untuk menyesuaikan rencana yang dibuat dengan situasi yang terjadi. ♢Pemantapan. Di sini perlu diciptakan syarat-syarat yang menjamin stabilitas hasi yang tercapai. Perlu adanya evaluasi apa yang sudah dilaksanakan:apakah sudah tejadi perubahan ya