SOLIDARITAS DITENGAH PANDEMI COVID 19

by: SELFI ELISKA MEDIA SARA INDAH

NIM: 2301974181

            Pentingnya solidaritas antara anak bangsa , sebagai pilar kultural fundamental, untuk bertahan dan mengatasi pandemi covid-19 yang mengancam dan menghancurkan hampir seluruh sendi kehidupan berbangsa. Pada tataran global, Paus Fransiskus juga pernah menekankan pentingnya solidaritas global untuk mengatasi pendemi ini.
             Solidaritas merupakan budaya tandingan terhadap kecenderungan dunia yang ditandai dengan “globalization of indifference” (globalisasi ketakpedulian) yang terungkap lewat ketidakmampuan untuk berempati dalam penderitaan sesama.

            Dalam kondisi masyarakat seperti ini dan di tengah gempuran pandemi yang belum berujung, kita perlu terus mempromosikan solidaritas yang berbasiskan sikap bela rasa (compassion) dan belas kasih (mercy).

            Untuk konteks masyarakat Indonesia, yang menempatkan agama pada posisi sentral, baik dalam kehidupan privat maupun publik, agama-agama, sesungguhnya merupakan sumber darinya mata air solidaritas meng alir ke seluruh tatanan sosial.

            Sebab, setiap kebudayaan, agama atau ideologi yang cukup serius sekurang-kurangnya mencoba untuk memberi jawaban atas persoalan penderitaan dan kejahatan. Dan, solidaritas, adalah jawaban manusia atas penderitaan tersebut.

            Solidaritas tanpa pamrih di tengah pandemi covid-19, antara lain sudah ditunjukkan para dokter. Bahkan, sampai tanggal 15 Oktober 2020 sudah terdapat 136 dokter di Indonesia yang gugur sebagai pahlawan covid-19.

            Solidaritas sosial yang ditunjukan saat menghadapi pandemi Covid-19, antara lain inisiasi masyarakat di level komunitas untuk melakukan perlindungan diri, baik terkait soal kesehatan, keamanan dan kenyamanan yang bertajuk “lock down komunitas”.

            Mereka secara bersama melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan, membagi masker, hand sanitizer, kampanye stay at home, isolasi keluarga dan lain-lain.

            Belum lagi gerakan kemanusiaan berbasis sosial ekonomi, mulai dari charity sampai dengan jaminan sosial warga, berupa bantuan makanan, subsidi kelompok rentan, solidaritas pemotongan gaji dan lain-lain, dan kampanye literasi sosial diantaranya peduli sehat dan solidaritas membantu korban.

            Solidaritas bisa tercipta karena antar masyarakat memiliki kesamaan seperti adanya rasa senasib, berasal dari ras yang sama, berasal dari daerah yang sama, memiliki kepentingan yang sama, serta kesamaan-kesamaan yang lainnya.

            Karena masyarakat sedang menghadapi masalah yang sama sehingga menimbulkan rasa senasib dan sepenanggungan yang menciptakan solidaritas sosial dalam masyarakat semakin menguat.

            Presepsi memilik perasaan yang sama ini biasanya diiringi dengan pembentukan kelompok sosial, dimana dalam kelompok tersebut antara masyarakat satu dengan yang lainnya akan muncul solidaritas untuk selalu bekerja sama dan tolong menolong, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain (Saidang & Suparman, 2019).

Sumber :

  • Otto Gusti Dosen Filsafat Politik dan HAM di STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT Alumnus Program Doktoral dari Hochschule fuer Philosophie Muenchen, Jerman
  • Saidang, Suparman.Pola Pembentukan Solidaritas Sosial dalam Kelompok Sosial Antara Pelajar. Edumaspul: Jurnal Pendidikan 3.2 (2019): 122-126.