Humanisme Ekologis (Perspektif Henryk Skolimowski)

Banyak kerusakan alam atau ekologis yang dapat mengancam kehidupan manusia disebabkan oleh paradigma mekanistik-instrumental terhadap alam.

Alam dianggap sebagai mesin yang meproduksi kebutuhan manusia, dan alam dianggap sebagai sarana semata-mata untuk memenuhi apa yang dihasratkan oleh manusia.

Hal itu dikemukakan oleh Dr. Frederikus Fios dalam diskusi yang diadakan oleh Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF), secara daring, Sabtu (6/2/2021).

Tsunami, banjir, tanah longsor, krisis air, punahnya keanekaragaman hayati, wabah covid-19 dan berbagai kenyataan yang menggelisahkan kehidupan kita dapat kita Tarik sebabnya pada paradigma kita tentang alam yang mekanistik dan instrumental itu, tegas Fios dalam presentasinya

Melihat gejala-gejala kerusakan itu, masa depan manusia dapat saja menjadi terancam, tambah Putra Timor Tengah Utara (TTU) itu.

Menurut, alumni Sekolah Tinggi Filsafat Katolok, St. Paulus, Ledalero-Maumere, NTT itu, Kita dapat memulihkan keadaan alam yang telah rusak oleh paradigma mekanistik dan instrumental . Namun untuk hal itu, kita perlu merubah paradigma kita terhadap alam.

Mengacu pada pemikiran Henryk Skolimowski, Doktor dalam bidang filsafat lingkungan itu menjelaskan  alam harus dihadapi sebagai sesuatu yang sacral. Sikap demikian akan membuat kita mengambil bertanggungjawab terhadap alam. Kita menjadi lebih respek dan sopan terhadap alam dan kita tidak memperlakukannya secara semena-mena.

Manusia, terang Fios, mengutip Skolimoksi adalah pribadi yang memiliki kepekaan akan dirinya sendiri, pribadi yang transenden, dan pribadi yang potensial untuk meraih kesempurnaan di dalam peziarahannya di dalam alam.

Frederikus Fios melanjutkan, manusia adalah bagian dari alam dan memiliki satu kesatuan tidak terpisahkan dengan alam dan bertanggungjawab untuk menjaga evolusi alam agar berlangsung terus. Hakikat utama manusia dalam alam  adalah menjadikan diri kita semakin manusiawi dan spiritual. Hal itu hanya dapat dicapai jika manusia menghayati eksistensinya di dalam alam.

Dalam penjelasan penutupnya, Manager Character Building Development Center itu menggarisbawahi dunia sebagai tempat perlindungan. Manusia adalah anggota dari habitat tertentu. Seperti mahluk hidup lainnya di alami ini memerlukan alam sebagai habitat untuk perindungannya, demikian juga manusia memerlukan alam sebagai tempat perlindungan. Sebagai habitat yang dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

Penulis: Yustinus Suhardi Ruman