SASIRANGAN: KAIN SAKRAL PENYEMBUH PENYAKIT

Rina Patriana Chairiyani, S.S., M.Pd (D1812)

Kain sasirangan adalah kain tradisional masyarakat Banjar, Kalimantan Selatan. Sama halnya dengan kain-kain tradisional lainnya, kain sasirangan juga memiliki nilai magis dan pesan-pesan yang ingin disampaikan melalui warna dan motif-motif yang sesuai dengan kepribadian dan budaya yang berkembang di Kalimantan Selatan. Sasirangan sendiri merupakan kain yang diberi gambar dengan motif dan warna tertentu yang sudah dipolakan secara tradisional menurut kearifan local masyarakat Banjar. Istilah sasirangan berkaitan dengan teknik pembuatan gambar dan pewarnaannya. Mula-mula kain putih dijelujur mengikuti gambar pola, kemudian dicelupkan ke dalam pewarna dan dijemur. Setelah kering jahitan jelujur dibuka, maka jadilah kain sasirangan dengan motif tertentu (Ganie dalam Almas, 2018).

Kain Sasirangan dipercaya dapat digunakan untuk mengobati penyakit atau batamba, selain itu masyarakat Banjar juga meyakini bahwa kain Sasirangan memiliki kemampuan magis untuk mengusir kekuatan roh jahat dan melindungi penggunanya dari gangguan makhluk astral. Di masa lalu, kain Sasirangan hanya bisa dibuat sesuai permintaan saja, ini dilakukan agar kain tersebut dapat dibuat sesuai kebutuhan pembelinya dan tujuan penggunaanya, karena setiap warna yang digunakan memiliki arti tersendiri, sehingga tujuan pengobatannya dapat tercapai. hal inilah yang membuat Sasirangan lebih dikenal sebagai kain pamintaan. Pewarna yang digunakan juga berbahan alami, misalnya kunyit atau temulawak untuk warna kuning, merah dari buah mengkudu, gambir, dan kesumba. Ada pula warna hijau yang berasal dari kabuau atau uar, warna ungu dari biji buah Gandari dan warna coklat dari kulit buah rambutan. Agar warnanya tidak mudah pudar, menjadi lebih terang atau lebih gelap, bahan-bahan tersebut kemudian dicampur dengan berbagai bahan alam lain, seperti garam, jinten, lada, pala, cengkeh, jeruk nipis, kapur, tawas, bahkan cuka (kumparan.com, 2018). Zat pewarna alami inilah yang dipercaya dapat menyembuhkan berbagai penyakit, selain juga kepercayaan masyarakat Banjar akan motif yang ditampilkan juga dapat menyembuhkan (Andriana, 2018). Berikut ini makna simbolis ragam warna kain Sasirangan : 1. Kain Sasirangan warna kuning merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit kuning (bahasa Banjar kana wisa), 2. Kain Sasirangan warna merah merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit kepala, dan sulit tidur (imsonia), 3. Kain Sasirangan warna hijau merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit lumpuh (stroke), 4. Kain Sasirangan warna hitam merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit demam dan kulit gatal-gatal, 5. Kain Sasirangan warna ungu merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit sakit perut (diare, disentri, dan kolera), 6. Kain Sasirangan warna coklat merupakan tanda simbolik bahwa pemakainya sedang dalam proses mengobati penyakit tekanan jiwa (stress). (asikbelajar.com:2014)

Pada jaman dahulu tidak semua orang bisa menjadi pengrajin kain Pamintan. Keterampilan membuat kain Pamintan merupakan keterampilan yang bersifat keturunan, sehingga keterampilan tersebut tidak mudah diturunkan kepada sembarang orang. Selain itu, terdapat tuntutan tradisi yang mengharuskan diadakannya upacara selamatan sebelum memulai membuat kain Pamintan tersebut. Upacara selamatan tersebut adalah dengan mengadakan sesajian berupa kue khas Banjar, segelas kopi manis, dan kopi pahit, dan disertai dengan perapian yang ditaburi dupa yang berbau harum. Setelah dibacakan do’a selamat, sesajian kue itu dapat dimakan bersama. Ketika upacara selamatan tersebut selesai, barulah dimulai merancang pengolahan kain Pamintan. Dalam beberapa kasus, ragam hias yang diimbuhkan pada kain Pamintan adalah metafora dari keluhan penyakit si pasien. Seperti contohnya motif kangkung berombak untuk sakit kepala yang seperti terombang ambing, atau motif naga balimbur (naga meliuk) untuk sakit yang melilit-lilit. Motif juga dapat berdasarkan bentuk dari “roh” yang mengganggu orang tersebut; apakah berbentuk buaya, lipan, naga atau ular (Andriana, 2018).

Referensi:

Almas, Z. 2018. Nilai-Nilai Dalam Motif Kain Sasirangan. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, 7 (2), pp 210-220.

Asikbelajar.com. 2014. Kain Sasirangan: Sejarah, Arti dan Motif. https://www.asikbelajar.com/sasirangan-sejarah-arti-dan-motif.

Kumparan.com.2018. Mengenal Sasirangan, Kain Sakral Penyembuh Penyakit dari Kalimantan. https://kumparan.com/kumparantravel/mengenal-sasirangan-kain-sakral-penyembuh-penyakit-dari-kalimantan/full

Andriana, Y.F. 2018. Pergeseran Fungsi dan Makna Simbolis Kain Sasirangan. Jurnal Rupa 3 (1), pp 77-92.