Pandemi Covid-19 dan Masalah Sosial (3)

Murty Magda Pane, ST., M.Si (D3371)

Salah satu permasalahan social yang ditimbulkan akibat Covid-19, yaitu kelangkaan barang, sudah dibahas pada artikel bulan sebelumnya. Untuk bulan ini kita akan membahas tentang permasalahan berikutnya.

2.   Disorganisasi dan disfungsi sosial

Jika mengamati berita yang beredar belakangan ini, ada fakta sosial menarik yang terjadi di masyarakat. Fakta menarik tersebut yaitu adanya prasangka dan diskriminasi terhadap korban Covid-19. Prasangka dan diskriminasi ini disebabkan oleh ketakutan masyarakat terhadap situasi yang tidak menentu akibat penyebaran virus Corona. Hal ini terlihat jelas dari sikap masyarakat yang menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain, menghindari salaman, menghindari perkumpulan, dan lain-lain. Sikap masyarakat ini berawal dari adanya prasangka sehingga kemudian memunculkan sikap diskriminatif. Prasangka dan diskriminasi ini merupakan perwujudan dan disorganisasi sosial(Syaifudin, 2020).

Kasus Covid-19 ini bukan hanya menyebabkan disorganisasi sosial, namun juga menyebabkan disfungsi sosial. Disfungsi sosial terjadi ketika seseorang tidak mampu menjalankan fungsi sosial yang sesuai dengan status sosial akibat rasa takut terhadap Covid-19. Contoh nyata disfungsi sosial dapat terlihat pada sikap masyarakat yang mulai membatasi jarak dengan orang lain serta tidak mau menolong orang lain karena khawatir terkena Covid-19. Salah satu contohnya yaitu masyarakat di daerah Sawangan, Kota Depok, menolak penggunaan pemakaman umum di daerahnya untuk kuburan korban Covid-19 (Tempo, 30 Maret 2020). Masyarakat sangat khawatir jika mayat yang dikuburkan tetap dapat menyebarkan virus Corona di daerahnya. Padahal jenazah yang sudah diproses dengan baik di rumah sakit dengan menggunakan berbagai pelindung seperti desinfektan dan peti khusus tidak akan menyebabkan penyebaran virus Corona.

Disfungsi sosial ini membuat individu justru mengalami gangguan pada kesehatannya. Dalam perspektif sosiologi kesehatan, seseorang disebut sehat jika kondisi fisik, mental, spritual maupun sosial dapat membuat individu tersebut menjalankan fungsi sosialnya. Namun jika kondisi ini terganggu maka seseorang tersebut dinyatakan sakit. Dalam kasus Covid-19, sakit yang dimaksud adalah sakit secara sosial. Menurut Talcott Parsons dalam bukunya “The Social System”, sakit bukan hanya kondisi biologis saja, tetapi juga peran sosial yang tidak berfungsi dengan baik. Parsons melihat sakit sebagai bentuk perilaku menyimpang dalam masyarakat karena orang yang sakit tidak dapat memenuhi peran sosialnya secara normal (Syaifudin, 2020). Disorganisasi dan disfungsi sosial inilah yang merupakan wujud nyata dari sakit secara sosial.

(sumber: https://puspensos.kemsos.go.id/menganalisa-masalah-sosial-ekonomi-masyarakat-terdampak-covid-19 )