NILAI WAKTU

Sukron Ma’mun, S.Ag., M.A. (D3702)

Jika ada seseorang yang memberikan kepada kita uang sejumlah Rp. 86.400,- setiap hari dan kita diwajibkan menghabiskannya dalam waktu satu hari satu malam dan jika masih ada uang yang tersisa, maka uang itu akan dianggap hangus dan tidak bisa kita belanjakan lagi. Maka mungkin kita akan berusaha keras untuk menghabiskan uang itu dan tidak akan menyisakannya sedikit pun. Sama halnya dengan waktu. Jika jumlah 86.400 itu adalah satuan detik yang setiap hari Allah berikan kepada kita, apakah kita pun akan melakukan hal yang sama? Ternyata tidak seperti perumpamaan yang diatas, kita banyak menyia-nyiakan bilangan 86.400 detik waktu yang Allah berikan kepada kita. Sebagai renungan, jika dalam satu hari kita kita menyia-nyiakan waktu satu jam saja untuk kegiatan yang tidak ada manfaatnya, maka hal itu sama saja kita menyia-nyiakan 3.600 detik dalam sehari. Jika dikalikan satu bulan, maka ada sekitar 108.000 detik waktu yang tidak kita pergunakan sebagaimana mestinya. Jika setahun maka ada sekitar 1.296.000 detik dan seterusnya. Itu hanya renungan sederhana yang kadang kita tidak menyadarinya. Padahal Allah tidak memberikan semua itu tanpa perhitungan dan pertanggungjawaban. Setiap nikmat yang telah Allah berikan akan ditanyakan. Allah swt berfirman,

“Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan (yang kamu bermegah-megahan di dunia itu)”. (QS At Takaatsur [102] : 8)

            Dalam sebuah hadits dinyatakan dua dari lima pertanyaan penting yang akan ditanyakan kepada manusia pada hari perhitungan adalah mengenai waktu diantaranya adalah pertanyaan mengenai umur dan masa muda. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah saw bersabda : .

“Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi Tuhannya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi )

Dalam hadits yang lain Rasulullah saw telah mengabarkan kepada kita bahwa waktu luang dan kesehatan merupakan dua kenikmatan yang telah diberikan Allah Ta’ala kepada manusia. Tetapi sangat disayangkan, banyak di antara manusia yang melupakan dua nikmat ini dan terlena dengannya. Beliau bersabda,

“Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang”. (Muttafaqun ‘alaih)

Ibnu Hajar dalam Fathul Bari meriwayatkan perkataan Ibnu Baththol. Beliau mengatakan,”Makna hadits ini adalah bahwa seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang mendapatkan seperti ini, maka bersemangatlah agar tidak tertipu dengan lalai dari bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Di antara bentuk syukur adalah melakukan ketaatan dan menjauhi larangan. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, dialah yang tertipu.” Lebih lanjut, Ibnul Jauzi mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun dia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dalam aktivitas dunia. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun dia dalam keadaan sakit. Apabila tergabung kedua nikmat ini, maka akan datang rasa malas untuk melakukan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya).

            Disamping itu kalau kita membaca sirah sahabat (sejarah hidup para Sahabat) maka kita akan dapatkan informasi bahwa perhatian para sahabat terhadap waktu begitu besar melebihi perhatian mereka terhadap harta. Sehingga mereka lebih rela jika harus kehilangan harta dibanding dengan kehilangan waktu dan kesempatan. Dikisahkan suatu hari Umar bin Khattab sedang menikmati indahnya pemandangan kebun miliknya dan tanpa terasa olehnya waktu ‘ashar telah lewat. Setelah tersadar ia bertaubat kepada Allah dan sebagai iqab (tebusan) buat dirinya seluruh kebunnya ia infaqkan di jalan Allah.

            Oleh Karena itu jangan sia-siakan waktu yang telah Allah swt karuniakan kepada kita, Mari kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya, kita isi dengan berbagai macam aktivitas kebaikan. Siapa saja yang bisa menghargai waktu maka ia akan berharga.