You are what you do
by : Arcadius Benawa
SEMUA klub liga Inggris mengakui kalau mereka main di Stadion Anfield, rasanya tidak hanya melawan sebelas pemain, tetapi duabelas. Pemain tambahan itu adalah penonton fanatik Liverpool. Mereka punya semboyan “You’ll Never Walk Alone.” Dengan menyanyi, menari, bersorak dari tribune, mereka seolah ikut main di lapangan. Para pemain itu tidak sendirian, tetapi bersama-sama dengan penonton menggempur pertahanan lawan. Pemain dan penonton menyatu menjadi pertunjukkan indah yang menggetarkan lawan-lawan mereka. Gemuruh nyanyian mereka seolah mau mengatakan, “Kalian tidak bermain sendirian, kami ikut mendukung dari pinggir lapangan. Kita bersatu padu.”
Dalam Injil Yesus berkata, “Aku dan Bapa adalah satu.” Yesus menyatu dengan Bapa. Bapa hadir dalam diri Yesus. Apa yang dikerjakan Yesus adalah pekerjaan Bapa. Ia adalah utusan Bapa. Dialah Mesias dari Allah. Namun orang-orang Yahudi tidak percaya. Kata-Nya kepada mereka, “Aku telah mengatakannya kepada kamu, tetapi kamu tidak percaya; pekerjaan-pekerjaan yang Kulakukan dalam nama Bapa-Ku, itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, tetapi kamu tidak percaya.”
Orang dinilai disiplin salah satunya bisa dilihat dari tingkat kehadirannya yang selalu tepat waktu. Orang dinilai jujur bisa dilihat dari akurasi laporan, transparansi dan akuntabilitasnya. Orang sabar dinilai dari ketenangannya menghadapi masalah, tidak “grusa-grusu”, penuh pertimbangan. Penilaian terhadap seseorang itu dapat dilihat dari apa yang dikerjakannya.
Melihat pekerjaan-pekerjaan Yesus, mestinya orang bisa mengetahui siapakah Yesus itu sebenarnya. Tetapi orang-orang Yahudi itu masih bimbang, memaksa Yesus mengatakan secara terus terang. Dalam kehidupan ini tidak harus segala sesuatu diucapkan. Suami istri itu tidak perlu mengatakan setiap menit setiap waktu, “Aku cinta padamu, say”. Tetapi dari tindakan, perbuatan dan karyanya menunjukkan bahwa mereka saling mengasihi.
Marilah kita menyatu dengan Yesus melalui tindakan dan karya-karya-Nya. Dengan karya belas kasih, orang akan melihat kita ini murid-murid-Nya.Pertanyaannya adalah karya belas kasih seperti apa yang telah sedang dan akan terus kita lakukan sebagai tanda bahwa kita adalah murid Kristus? Sebab bagaimanapun you are what you do.
Adapun karya yang dikehendaki Tuhan Yesus kepada kita para murid-Nya jelas. Misalnya, “Kalau kamu menyebut Aku Tuan dan Gurumu, dan kini aku telah memberi teladan kasih kepadamu, hendaklah kamu pun saling mengasihi agar orang tahu bahwa kamu adalah murid-murid-Ku!”
Di kesempatan lain Yesus juga bersabda: “Jangan hanya sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali!” Jadi, Yesus jelas menghendaki agar para murid-Nya memiliki sikap pengampun yang tulus, tidak hitung-hitungan.
Yesus juga mengamanatkan agar para murid-Nya mengasihi dan peduli kepada yang tersingkir, lemah, dan miskin, atau dalam penjara. “Masuklah dalam Kerajaan-Ku, sebab kalian memberi Aku makan ketika Aku lapar. Ketika Aku dalam penjara kalian melawati Aku; Ketika Aku sakit engkau membezuk Aku. Ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian, dan seterusnya.” Jadi, apa yang kita perbuat yakni yang sesuai dengan kehendak Tuhan Yesus itulah yang mencirikhaskan bahwa kita adalah murid Yesus. Jadi, bukan sekadar bahwa kita beragama Kristen atau bahwa nama kita dilengkapi dengan nama baptis. You are what you do.