Mengatasi rasa malas sesudah liburan

by : Nikodemus Thomas Martoredjo

Sejak tahun 2004 hingga 2008, The Hartford, sebuah perusahaan asuransi di Connecticut melakukan survei dan menganalisa lebih dari satu juta kasus kemunduran otak atau short-term disability akibat liburan panjang. Para pakar menduga hal itu disebabkan karena ketika seseorang menjalani liburan banyak yang kurang dalam menjaga agar otaknya tetap aktif atau terasah.

Di Amerika, short-term disability diketahui banyak terjadi pada bulan November dan Desember. Namun pada bulan Januari dan Februari, penyakit kemunduran otak sesaat itu justru diikuti dengan berbagai penyakit seperti depresi, sakit pernapasan dan luka-luka. Sebanyak dua pertiga partisipan diketahui mengalami gejala tersebut.

Gejala seperti itu bukan sesuatu yang aneh, karena pada saat bulan-bulan tersebut suhu cuaca mencapai titik terendah akibat datangnya musim dingin. Kondisi ini juga dapat menjadi pemicu semakin meningkatnya risiko flu, batuk, gangguan pernapasan, kecelakaan dan depresi. Di bandingkan dengan keadaan pada musim panas, masalah gangguan pernafasan terjadi dua kali lebih banyak dari pada musim dingin. Mereka yang punya masalah pernapasan inilah yang lebih banyak mengalami short-term disability, terutama mereka yang menderita pneumonia (radang paru-paru).

Ketika udara dingin, tubuh tidak sehat dan ditambah dengan liburan panjang menjelang akhir tahun, seseorang akan lebih mudah mengalami sindrom rasa malas yang membuat tubuh dan otaknya kurang produktif ketika masa liburan berlangsung. Orang lebih memilih untuk tidak melakukan aktivitas fisik yang berlebihan dan tidak banyak melatih dan mengasah otak dengan baik seperti ketika menjalani aktivitas hidup sehari-hari seperti bekerja atau belajar.

Jika hal ini tidak diperhatikan dengan baik dengan mengantisipasi keadaan tersebut maka akan dapat menjadi pemicu bagi gangguan baik secara fisik maupun mental. Tubuh akan mengalami gangguan terhadap ritme tubuh, mudah lelah dan mengantuk. Sementara dari segi mental seseorang akan dibayang-bayangi oleh rasa malas yang berlebihan dan berkurangnya kemampuan otak dalam membantu menyelesaikan tugas dan pekerjaan.

            Oleh karena itu menjelang libur panjang seperti libur panjang akhir tahun, juga perlu dipersiapkan rencana-rencana yang baik untuk mengisi liburan secara produktif. Liburan tidak berarti harus tidak aktif melainkan mengambil waktu untuk dapat lepas sementara dari aktivitas rutin yang terkadang sangat menguras tenaga dan otak. Seperti handphone yang baru di-charge, waktu liburan adalah kesempatan untuk mengisi ruang-ruang bathin yang mungkin terabaikan ketika sibuk bekerja atau studi sehingga dirasakan kekosongan. Aktivitas yang menyenangkan dan menyegarkan perlu dilakukan lebih intens. Dengan demikian, diharapkan setelah libur panjang, tubuh dan batin dapat diperbaharui lagi untuk dapat beraktivitas dengan maksimal.