Mengatasi Efek Negatif Liburan Panjang
by : Nikodemus Thomas Martoredjo
Liburan panjang bagi para karyawan atau pelajar atau bagi siapa saja akan dapat menjadi sesuatu hal yang sangat menyenangkan dan membahagiakan setelah menjalani pekerjaan yang berat atau melewati masa studi yang panjang. Dalam kesempatan liburan tersebut seseorang dapat pergi berwisata kemana saja yang diinginkan atau sekedar beristirahat dan melepas penat di rumah. Berkumpul bersama keluarga di rumah menjadi rekreasi yang sangat menyenangkan. Akan tetapi, liburan yang terlalu panjang ternyata dapat berakibat negatif juga terhadap mereka yang tidak mampu memanfaatkan kesempatan libur dengan baik.
Selama libur panjang, banyak orang memanjakan diri dengan cara mengurangi aktivitas fisik dengan harapan dapat mengurangi beban bagi tubuh dan pikiran mereka. Mereka seperti mendapatkan waktu tidur yang lebih banyak pada pagi dan siang hari. Sementara itu pada malam hari mereka begadang dengan menikmati aktivitas seperti nonton acara televisi atau bermain game, juga ada yang menghabiskan waktu sepanjang malam dengan aktivitas di media sosial. Namun kemudian ketika mereka harus dihadapkan kembali pada rutinitas semula seperti bekerja atau belajar, waktu tubuh, atau yang biasa dikenal dengan jam biologis atau ritme pada tubuh sudah menjadi kacau, tidak menentu dan tidak beraturan
Akibat dari kondisi tersebut, seseorang akan merasakan tubuhnya mengalami efek yang mirip dengan kondisi jet lag. Jet lag merupakan sebuah istilah yang menggambarkan tentang gangguan tidur yang disebabkan karena perjalanan jarak jauh menggunakan pesawat dengan melintasi zona waktu yang berbeda. Biasanya, seseorang akan mengalami jet lag jika melakukan perjalanan hingga 13 jam atau lebih. Menurut Psikolog Ratih Ibrahim, gejala jet lag pada umumnya yaitu mengantuk pada siang hari, tidak bisa tidur di malam hari, dan baru bisa tidur menjelang dini hari. Hal tersebut karena ritme tubuh masih mengikuti kebiasaan di tempat sebelumnya.
Demikian juga mereka yang menjalani libur panjang tanpa menghiraukan atau memperhatikan waktu jam biologis tubuh, akan mengalami hal serupa. Mereka harus berjuang untuk bangun pagi, mengatasi rasa lemas, sulit tidur pada malam hari dan mengantuk di siang hari. Hal ini dapat menjadi fenomena yang disebut ‘jet lag sosial’. Penderita ‘jet lag sosial’ akan mengalami gejala yang mirip jet lag. Gangguan pencernaan, kehilangan nafsu makan, sulit berkonsentrasi, kekurangan energi, kelelahan dan mudah tersinggung merupakan tanda-tanda dari jet lag sosial.
Untuk mengembalikan kondisi tubuh ke fase normal dengan cepat, sesuai dengan jam biologi tubuh, usahakanlah untuk mengatur terutama jam bangun pagi. Setelah bangun pagi, sempatkan untuk melakukan gerak badan ringan yang menyenangkan, bisa juga berolahraga ringan. Jangan lupa minum segelas air putih setelah bangun tidur dan melakukan sarapan dengan makan makanan yang sehat. Dengan melakukan kegiatan tersebut, tubuh akan kembali normal dalam waktu beberapa hari. Jika sudah demikian maka dapat kembali beraktivitas bekerja atau belajar dengan semangat dan produktif.