PARTISIPASI SEBAGAI WARGA GLOBAL

THALIA TANIUS (mahasiswa jurusan DKV Animasi Binus University)

edited: Hari Sriyanto

Warga global merupakan sebuah komunitas moral yang berbasis pada isu-isu yang menjadi perhatian global seperti isu hak asasi manusia, lingkungan dan kemiskinan. Warga global tidak terikat secara teritorial, hukum dan politik, sosial dan budaya pada suatu negara, dalam konteks ini melampaui batas-batas tradisional tersebut.

Meski demikian, gerakan-gerakan moral yang dilakukan oleh warga global dapat mendorong kebijakan-kebijakan politik dan hukum pada sebuah negara. Sebagai contohnya adalah, adanya eksekusi mati, meski merupakan wewenang otonomi dari sebuah negara, kebijakan itu dapat ditentang oleh orang-orang, individu-individu atau komunitas-komunitas lain dari berbagai belahan dunia. Intervensi-intervensi tersebut tentu saja tidak bersifat politik dan legal, melainkan lebih bersifat moral. Bila seorang warga negara pada sebuah negara berpartisipasi dalam persoalan-persoalan yang menjadi isu-isu universal, pada saat yang bersamaan ia sekaligus sudah juga menjadi warga global.

Warga global yang hanya berhubungan dengan komunitas moral dan tidak berbasis pada isu-isu yang terikat secara teritori, namun aktivitas moral tersebut dapat berdampak pada kehidupan global. Isu-isu lainnya yang sering menjadi perhatian global selain isu-isu yang berhubungan dengan lingkungan dan pangan ataupun HAM, terkait kebebasan berpendapat, mendapatkan informasi, kebebasan berkumpul dan berekspresi. Setiap orang yang ikut serta dalam isu-isu tersebut adalah warga global, bukan karena kegiatan mereka melampaui teritori nasional mereka, tetapi terutama karena isu-isu yang mereka perjuangkan juga menjadi perhatian masyarakat global.

Partisipasi warga sebagai bagian dari masyarakat global adalah dengan:

1) Bersifat adaptif dengan perubahan – perubahan yang cepat terjadi sebagai akibat dari globalisasi. Dengan transfer informasi yang begitu cepat dengan kemajuan teknologi mengakibatkan perubahan tren internasional yang cepat pula. Sifat adaptif sangat diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.

2) Bersifat terbuka terhadap hal – hal baru tanpa melupakan identitas pribadi dan bangsa. Sebagai warga negara dengan yang menjunjung tinggi adab dan etika, hal- hal yang merupakan budaya dari luar negeri yang tidak sesuai dengan identitas bangsa tidak perlu ditiru.

3) Mengambil hal – hal yang bermanfaat dari pergaulan internasional. Banyak hal – hal yang baik yang dapat kita pelajari dan serap dari kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki bangsa lain yang lebih maju di bidang tersebut. Kita sebagai bagian dari warga masyarakat global hendaknya terus belajar sehingga tidak tertinggal terlalu jauh.

Kemajuan teknologi yang tidak dapat dibendung dewasa ini, telah mendorong bertumbuh dan berkembangnya identitas global dari setiap warga negara. Teknologi transportasi telah dapat memudahkan perpindahan warga dari suatu negara ke negara lainnya, baik untuk tujuan wisata, ekonomi maupun politik. Selanjutnya, kemajuan dibidang teknologi informasi telah menghubungkan warga negara dari satu negara dengan warga yang berasal dari negara lainnya. Kemajuan teknologi dalam konteks tersebut sudah menjadi bagian penting dari formnasi terjadinya warga global. Melalui kemajuan teknologi, setiap orang kini dapat membangun asosiasi-asosiasi yang lebih luas dan melampaui batas-batas teritori sebuah bangsa dan negara. Melalui asosiasi-asosiasi tersebut, warga dari satu negara dapat berpartisipasi pada isu-isu yang memiliki dampak global secara bersama-sama.

Warga global bukan merupakan komunitas politik, melainkan komunitas moral. Namun meski demikian, gerakan-gerakan komunitas moral ini dapat saja mempengaruhi dinamika politik pada sebuah negara atau bangsa.

Transformasi demokrasi pada suatu negara misalnya dari negara otoriter dan totalitarian tidak terlepas dari gerakan-gerakan moral warga dunia yang memandang setiap orang berhak untuk menentukan pilihan-pilihannya sendiri. Nilai-nilai global yang berkembang harus dapat berakomodasi dengan nilai-nilai Pancasila. Dalam konteks pengembangan wawasan global warga negara muda di universitas, maka Pancasila harus dipahami sebagai konten dan perilaku supaya warga global muda maju untuk ke depannya.