Toleransi Antar Umat Beragama

Nama : Brigita Intan Prahesti Yaningtyas & Nikodemus Thomas Martoredjo

Kita adalah manusia merupakan makhluk sosial. Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda dan sesuai dengan citra-Nya. Manusia memiliki karakteristik dan kemampuannya masing-masing dan mereka memiliki kemampuan untuk memilih serta haknya masing-masing dalam menentukan arah dan tujuan hidupnya. Di sisi lain, kita tinggal di Indonesia yang memiliki keragaman budaya, bahasa, adat, suku, dan kepercayaan atau agama. Agama telah menjadi wadah untuk hidup dengan sesama manusia atau menjadi pedoman untuk berbuat baik dengan Tuhan sesuai dengan kepercayaannya.

            Maka dari itu, toleransi merupakan salah satu sikap sosial yaitu berupa sikap saling menghargai, memperbolehkan pendirian, pendapat, kepercayaan, serta sikap memahami suatu hal yang bisa saja bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi memiliki makna sikap lapang dada terhadap orang lain, tanpa harus mengorbankan prinsip diri sendiri atau sama-sama saling memahamai tanpa adanya sikap keegoisan antar individu.

Toleransi memiliki kaitan dengan kehidupan beragama yang berarti toleransi menyikapi dengan sabar untuk membiarkan atau memberi hak kepada manusia untuk memilih atau memeluk agama sesuai dengan ajaran dan kepercayaan mereka masing-masing yang berdasarkan prinsip saling menghormati. Tuhan menciptakan manusia berbeda-beda tetapi Tuhan mengajarkan perbedaan bukanlah menjadi sumber perpecahan antar umat manusia justru sebaliknya.

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sikap toleransi pada manusia. Kita sebagai manusia harus tahu dan memahami faktor-faktor yang menjadi pendorong atau terwujudnya toleransi antar manusia khususnya dalam beragama. Faktor pandorong terwujudnya sebuah toleransi adalah membangunkan dialog antar umat beragama serta sharing antar kelompok beragama, dengan saling berkomunikasi dan saling membagikan nilai-nilai dalam kepercayaannya masing-masing dalam suasana damai. Tujuannya adalah agar umat beragama dapat saling rukun dan dapat bahu-membahu untuk menjaga kebersamaan dari apa yang dapat saja mengancam umat manusia. Selain itu juga perlu kesadaran dalam diri manusia itu sendiri, menghayati makna hidup dan beriman, dan sikap-sikap spiritualitas yang tepat. Jika toleransi dapat dibangun dengan baik maka suasana damai akan dapat dinikmati bersama-sama meski ada keberagaman di dalamnya.