The Best of Indonesia: Bumi Multikulturalisme
Nama : Nyoman Intan Pertiwi Rakateja
NIM : 2301964754
Indonesia, dengan tingkat keanekaragaman masyarakat yang sangat kompleks sehingga cukup pantas disematkan sebutan masyarakat multikulturalisme untuk Indonesia. Multikultural memiliki makna yang sangat luas dan diperlukan pemahaman yang mendalam untuk dapat mengerti apa sebenarnya masyarakat multikultural itu. Secara sederhana, masyarakat multikultural dapat diartikan sebagai sekelompok manusia yang tinggal dan hidup menetap di suatu tempat yang memiliki kebudayaan dan ciri khas tersendiri yang mampu membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Setiap masyarakat akan menghasilkan kebudayaannya masing-masing yang akan menjadi ciri khas bagi masyarakat tersebut.
Multikulturalisme yang tercipta di Indonesia sesungguhnya adalah akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan luas. Diketahui bahwa dalam hal geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana setiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Bisa dibayangkan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau yang masing-masing setidaknya memiliki 1 khas tersendiri. Tentu saja hal ini berimbas pada identitas kebudayaan Indonesia yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Selanjutnya ada faktor sejarah Indonesia yang juga mempengaruhi multikultural di Indonesia. Di mata dunia, Indonesia adalah negeri yang kaya dan subur. Segala sesuatu yang diperlukan semua bangsa tumbuh di Indonesia, seperti rempah-rempah. Indonesia pun menjadi negeri incaran bagi bangsa lain. Sejak tahun 1600 bangsa Indonesia telah dikunjungi oleh bangsa-bangsa lain yaitu Portugis, Belanda, Inggris, Cina, India, dan Arab. Lalu mereka tinggal dan menetap dalam jangka waktu yang lama, menjalin hubungan kerjasama, perdagangan, poolitik, bahkan pernikahan. Kondisi ini menjadikan Indonesia memiliki struktur ras dan budaya yang makin beragam.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang unik karena memiliki ribuan adat-istiadat. Memiliki apa yang disebut sebagai SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan) yang menyebar dari Sabang sampai dengan Merauke. Sebagai sebuah negara dengan multikulturalnya dan kelompok-kelompok, memang tidak mudah mengaturnya. Konflik-konflik merajalela dan tak jarang mengancam NKRI. Konflik yang terjadi dapat membuat daerah bergejolak, tidak hanya karena social dan ekonomi namun juga karena budaya. Tentu saja kita tidak menginginkan itu sebab konflik membuat resah dan dapat berujung perpecahan.
Salah satu konflik yang tengah marak terjadi sekarang ialah konflik digital, pertarungan kebencian melalui media sosial. Mereka dapat menghujat satu sama lain tanpa mempermasalahkan jarak, jika dia di sabang maka dia dapat menghujat seseorang yang ada di Merauke. Tidak jarang multikulturalisme malah dijadikan alasan untuk saling membenci satu sama lain. Tidakah kita sadar, bahwa keberagaman adalah berkah kekayaan dari Tuhan Yang Maha Esa?
Sebenarnya, mengapa konflik yang mempermasalahkan mutikultural masih saja terjadi? Ini disebabkan masih terdapat dominasi satu kelompok atas kelompok lainnya, dimana di Indonesia kita mengenal mayoritas dan minoritas dalam suku dan agama. Dengan jumlah yang lebih besar kelompok mayoritas dapat mengontrol struktur sosial yang ada lebih banyak menguntungkan pihak yang mendominasi. Bahkan, ketika terjadinya konflik sosial, tidak jarang masalah ini berlanjut dengan kekerasan. Lalu bagaimana kita menyikapi ini? Konflik multikultural mungkin dianggap masalah kecil karena dianggap tidak akan membuat ekonomi kita sulit seperti resesi ekonomi dan juga tidak akan mengancam nyawa kita seperti wabah Covid-19. Tapi sungguh, ini masalah kecil yang akan merongrong kita dari dalam jika tidak diselesaikan.
Masing-masing bangsa tentu mempunyai latar belakang (alasan historis) dalam mengembangkan pendidikan multikultural. Latar belakang ini pun memberikan warna bagaimana pendidikan multikultural dilaksanakan. Dalam upaya membangun Indonesia, gagasan multikulturalisme menjadi isu strategis yang merupakan tuntutan yang tidak bisa ditawar lagi. Alasannya adalah bahwa Indonesia merupakan bangsa yang lahir dengan multikultur dimana kebudayaan tidak bisa dilihat hanya sebagai kekayaan (yang diagungkan) tetapi harus ditempatkan berkenaan dengan kelangsungan hidup sebagai bangsa. Dalam konteks Indonesia, pendidikan multikultural merupakan keharusan, bukan pilihan lagi. Di dalamnya, pengelolaan keanekaragaman dan segala potensi positif dan negatif dilakukan sehingga keberbedaan bukanlah ancaman atau masalah, melainkan menjadi sumber atau daya dorong positif bagi perkembangan dan kebaikan bersama sebagai suatu bangsa.
Pendidikan merupakan salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk menumbuhkan semangat persatuan di balik keragaman Indonesia. Adanya pendidikan multikultural menjadi akses penting untuk mewujudkan hal ini. Secara harafiah, pendidikan multikultural adalah metode untuk menanamkan keberagaman di dalam suatu bangsa secara komunal. Tujuan pendidikan multikultur pun untuk mempersiapkan masyarakat dengan sejumlah pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diperlukan dalam lingkungan budaya etnik mereka, budaya nasional, dan antar budaya etnik lainnya.
Kenyataan bahwa Indonesia mempunyai keanekaragaman, tidak bisa dipungkiri. Harapan bahwa keanekaragaman menjadi kekayaan yang memajukan dan mengembangkan bangsa, juga selalu diimpikan. Tetapi, jurang dalam antara kenyataan dan harapan memang mimpi yang belum tahu kapan akan terwujud. Di sisi positif, masih terbentang luas pembentukan suatu model pendidikan multikultural Indonesia (bukan adopsi model Barat) yang mampu mengolah kenyataan bangsa yang multikultural ini sedemikian rupa sehingga bukan hanya potensi kekayaan melainkan menjadi kekayaan yang dirasakan seluruh anggota masyarakat.
Dalam rangka menanamkan pendidikan multikultural maka ada hal hal penting yang perlu dilakukan secara bersama. Berikut poin-poin yang saya rangkum :
- Nilai inti pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural mengusung nilai penting, yaitu:
- apresiasi terhadap adanya kenyataan pluralitas budaya
- pengakuan terhadap harkat dan hak asasi manusia
- pengembangan tanggung jawab masyarakat dunia, dan pengembangan tanggung jawab manusia terhadap planet bumi
- Mengintegrasikan konten-konten kebudayaan dari berbagai daerah
- Memperluas pengetahuan tentang keberagaman
- Menanamkan persamaan-persamaan universal
- Pengakuan terhadap identitas budaya lain
- Mengakui adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam suatu masyarakat
- tujuan pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural bisa menyasar beberapa gapaian penting, yaitu:
- Mengembangkan kesadaran diri dari kelompok-kelompok masyarakat
- Menumbuhkan kesadaran budaya masyarakat
- Memperkokoh kompetensi interkultural budaya-budaya dalam masyarakat
- Menghilangkan rasisme dan berbagai prasangka buruk (prejudice)
- Mengembangkan rasa memiliki terhadap bumi
- Mengembangkan kesediaan dan kemampuan dalam pengembangan sosial.
- Menumbuhkan sikap empati
- Meningkatkan kepercayaan diri (terutama bagi kaum minoritas)
- Menambah paparan keberagaman
Akhirnya, demi pengembangan pluralitas bangsa, pendidikan multikultural di Indonesia mampu menciptakan pendidikan multikultural yang menghadirkan tempat yang luas bagi pengolahan keberbedaan atau keragaman bangsa mendasarkan diri pada Pancasila sebagai pilihan terbaik dalam kemajemukan bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan multikultural mendasarkan diri pada sosio-politik, ekonomi, dan budaya Indonesia dengan metode pembelajaran secara tepat sehingga internalisasi nilai dapat terwujud dengan baik.
Oleh karena itu, walaupun masyarakat multikultural harus dihargai potensi dan haknya untuk mengembangkan diri sebagai pendukung kebudayaannya di atas tanah kelahiran leluhurnya, namun pada saat yang sama di sisi lain, masyarakat juga harus tetap diberi ruang dan kesempatan untuk mampu melihat dirinya, serta dilihat oleh masyarakat lainnya yang sama-sama merupakan warga negara Indonesia, sebagai bagian dari bangsa Indonesia, dan tanah leluhurnya termasuk bagian dari tanah air Indonesia. Dengan demikian, membangun dirinya, membangun tanah leluhurnya, berarti juga membangun bangsa dan tanah air tanpa merasakannya sebagai beban, namun karena ikatan satu tumpah darah, satu bangsa, satu bahasa, Indonesia.