Sad Kerti: enam upaya untuk menjaga keseimbangan jagad alam semesta
Nama : KETUT YOGI ADI SAPUTRA
NIM : 2201808775
Kelas : LD 21
Jurusan : MANAGEMENT
Tujuan tertinggi dalam Hindu adalah “moksartham jagadhita ya ca iti dharma”, yang berarti: dengan dharma kita mewujudkan kedamaian semua mahluk dan keharmonisan alam semesta [jagadhita], serta mencapai pembebasan dari roda samsara [moksartham].
Sehingga di dalam keseharian ajaran Hindu menugaskan kita untuk melaksanakan Sad Kerti sebagai landasan pokok. “Sad” artinya enam dan “Kerti” artinya upaya untuk menjaga kesucian atau menjaga keseimbangan, dimana semuanya saling berkaitan erat satu sama lain. Sad Kerti berarti enam upaya untuk menjaga keseimbangan jagad alam semesta ini, yaitu:
1. JANA KERTI
Jana Kerti berarti upaya untuk menegakkan kesucian atau keseimbangan diri kita sendiri.
Secara sekala Jana Kerti kita laksanakan dengan catur sadhana: pikiran yang bebas dari dualitas, welas asih dan kebaikan tidak terbatas kepada semua mahluk, pikiran yang bebas dari Sad Ripu [enam kegelapan bathin] dan dengan melaksanakan svadharma [tugas-tugas kehidupan kita]. Lalu catur sadhana ini kita perkuat dengan berbagai jalan yoga, seperti meditasi, sembahyang, dll.
Secara niskala Jana Kerti kita laksanakan dengan melaksanakan Manusa Yadnya, misalnya dengan upakara “nyambutin” guna menyambut bayi yang baru lahir, upakara “nelu bulanin” untuk bayi yang baru berumur 105 hari, dengan melaksanakan otonan, melukat [ruwatan], dll. Tujuannya adalah menguatkan vibrasi energi positif pada diri kita sebagai manusia.
2. JAGAT KERTI
Jagat Kerti berarti upaya untuk menjaga kesucian atau keharmonisan hubungan antara semua mahluk.
Secara sekala Jagat Kerti kita laksanakan dengan toleransi, saling menghormati, saling menolong dan menjaga keharmonisan hubungan sosial. Termasuk juga dengan menjaga habitat asli hewan-hewan liar, tidak mengganggu tempat-tempat yang tenget [angker], dll. Kita mulai dari lingkup paling kecil, yaitu keluarga dan rumah kita sendiri dahulu. Lalu kita luaskan menjadi tetangga dan lingkungan, kantor dan tempat kerja, dst-nya semakin meluas.
Secara niskala Jagat Kerti kita laksanakan dengan melaksanakan Bhuta Yadnya, yaitu yadnya yang diselenggarakan bagi sarwa bhuta, yaitu mahluk-mahluk niskala alam bawah, hewan, tumbuh-tumbuhan serta unsur-unsur alam raya beserta dinamika kekuatannya. Misalnya dengan menghaturkan segehan, mecaru, dll. Untuk menyomiakan kekuatan-kekuatan kegelapan sehingga menjadi damai dan harmonis.
3. SAMUDRA KERTI
Samudera Kerti berarti upaya untuk menjaga kesucian atau kelestarian pantai dan lautan.
Secara sekala Samudera Kerti kita laksanakan dengan menjaga kebersihan-kelestarian pantai dan laut, serta berbagai sumber-sumber alam yang ada didalamnya. Karena lautan memegang peranan yang penting pada kehidupan di bumi ini.
Secara niskala Samudera Kerti kita laksanakan dengan melaksanakan berbagai upakara yang terkait dengan pembersihan-penyucian lautan secara niskala, serta melestarikan pura-pura segara. Tujuannya adalah menjaga vibrasi energi positif pada samudera.
4. WANA KERTI
Wana Kerti berarti upaya untuk menjaga kesucian atau kelestarian hutan dan pegunungan.
Dalam tata ruang kosmik Hindu ada tiga jenis hutan, yaitu: Maha Wana [hutan rimba yang masih asli dan belum tersentuh manusia], Tapa Wana [hutan suci tempat dimana para yogi membuat pusat pertapaan atau pesraman] dan Sri Wana [kawasan hutan yang dimanfaatkan sebagai sumber kemakmuran ekonomi].
Secara sekala Wana Kerti kita laksanakan dengan menghormati, menjaga kelestarian dan kealamian hutan-hutan dan gunung. Agar tidak rusak atau habis oleh perilaku yang serakah dan tidak terpuji yang mengeksploitasi hutan-hutan dan gunung, sebagai penjaga keseimbangan alam dan kehidupan.
Secara niskala Wana Kerti kita laksanakan dengan melaksanakan berbagai upakara yang terkait dengan menjaga kelestarian hutan dan pegunungan secara niskala, serta melestarikan pura-pura gunung dan alas angker [hutan lindung]. Tujuannya adalah menjaga vibrasi energi positif pada hutan-hutan dan gunung.
5. DANU KERTI
Danu Kerti berarti upaya untuk menjaga kesucian atau kelestarian sumber-sumber air tawar seperti danau, berbagai sumber mata air dan sungai.
Dalam tata ruang kosmik Hindu, danau adalah pusat sumber mata air tawar. Dari resapan danau permukaan dan danau bawah tanah, muncullah sumber-sumber mata air, yang lalu mengalir menjadi sungai-sungai.
Secara sekala Danu Kerti kita laksanakan dengan menghormati, menjaga kelestarian dan kealamian sumber-sumber air tawar seperti danau, berbagai sumber mata air dan sungai. Agar tidak rusak atau tercemar perilaku yang tidak terpuji pada sumber-sumber air tawar sebagai salah satu unsur alam yang paling menentukan kehidupan di bumi ini.
Secara niskala Danu Kerti kita laksanakan dengan melaksanakan berbagai upakara yang terkait dengan menjaga kesucian-kelestarian sumber-sumber air tawar secara niskala, serta melestarikan pura-pura beji dan ulun danu. Tujuannya adalah menjaga vibrasi energi positif pada sumber-sumber air tawar.
6. ATMA KERTI
Atma Kerti berarti upaya untuk menegakkan kesucian jiwa-jiwa yang telah meninggalkan dunia material ini.
Secara niskala Atma Kerti kita upayakan dengan melaksanakan Pitra Yadnya, yaitu yadnya yang diselenggarakan guna mengangkat serta menyempurnakan kedudukan atman mereka-mereka yang sudah meninggal, khususnya para leluhur [pitra], agar mereka mendapatkan tempat yang baik di alam kematian. Yadnya ini sebagai wujud rasa bakti, memberikan sesuatu yang baik dan layak kepada para leluhur, dengan upakara jenasah [sawa wedana] sejak tahap permulaan sampai tahap terakhir yang disebut atma wedana. Termasuk penyucian dan pralina [kremasi / ngaben] yang sangat membantu perjalanan atman di alam-alam kematian.
Atma Kerti juga kita upayakan dengan melaksanakan Bhuta Yadnya, yaitu yadnya bagi para mahluk-mahluk niskala alam bawah, hewan dan mahluk-mahluk lainnya. Tujuannya untuk membantu mengangkat serta menyempurnakan kedudukan atman mereka, agar mereka mendapat kesempatan naik tingkat, lahir menjadi mahluk yang lebih tinggi kesadarannya dalam roda samsara ini.
MOKSHARTAM JAGADHITA YA CA ITI DHARMA
Dyauh santir
Antariksam santih
Prithivi santir
Apah santir
Osadhayah santih
Vanaspatayah santir
Visve devah santir
Brahma santih
Sarvam santih
Santireva santih
Sa ma santiredhi
[Yajur Veda 36.17]
Semoga ada kedamaian di langit
Semoga ada kedamaian di luar angkasa
Semoga ada kedamaian di bumi
Semoga air menjadi sumber kedamaian
Semoga tanaman obat menjadi sumber kedamaian
Semoga tumbuh-tumbuhan menjadi sumber kedamaian
Semoga para dewa-dewi melimpahkan kedamaian kepada kita
Semoga Brahman melimpahkan kedamaian kepada kita
Semoga semua mahluk ada dalam kedamaian
Semoga ada kedamaian dimana-mana
Semoga ada kedamaian dalam bathin saya
Hidup ini adalah pilihan, kita sendiri yang menentukannya [hukum karma dan hukum rta]. Kalau kita ngulurin manah dan indriya, sangat mungkin kita kemudian terjebak dalam berbagai kegelapan bathin [sad ripu]: marah, benci, iri hati, sombong, tidak puas, serakah, penuh hawa nafsu, dsb-nya. Kita tidak saja akan menyakiti diri sendiri dan orang lain, tapi kita juga membuat jagad menjadi “panas”. Demikian juga kalau kita tidak menjaga alam secara sekala maupun niskala.
Kita harus sadar bahwa kelak semua itu konsekuensinya akan sangat besar dan akan melebar kemana-mana, mempengaruhi keseimbangan kosmik. Sudah pasti yang akan didapat adalah kekacauan dan kesengsaraan. Sebaliknya kalau kita menjalani hidup dengan ajaran Hindu dharma, kita akan banyak sekali diselamatkan dari kekacauan dan kesengsaraan. Yang kelak akan kita dapat adalah kedamaian kosmik dan kebahagiaan.
Sebagai penganut Hindu sudah selayaknya kita selalu menjalani hidup dengan dharma, sekaligus berpartisipasi di dalam upaya mewujudkan cita-cita tertinggi “Moksartham jagadhita ya ca iti dharma” : dengan dharma kita mewujudkan kedamaian semua mahluk dan keharmonisan alam semesta [jagadhita], serta mencapai pembebasan dari roda samsara [moksartham].
Dan puncak pelaksanaan Sad Kerti adalah pada hari raya Nyepi. Karena pada hari raya Nyepi kita tidak saja menyomiakan dan mengistirahatkan bhuana alit [alam semesta kecil] atau diri kita sendiri, tapi juga sekaligus menyomiakan dan mengistirahatkan bhuana agung [alam semesta besar] atau keseluruhan alam semesta.
Sarva shanti sarva mangalam,
Om shanti shanti shanti.
Cara kita untuk terus menjaga lingkungan dengan harus selalu mengikutin ajaran kebaikan dan selalu menempatakan diri bhwa kita buka apa-apa dimata beliau (Tuhan). Maka dari itu kita sebagai umat yang beragama harus saling gotong royong untuk selalu menjaga lingkungan atau buana alit ini agar memperbaiki kerisis lingkungan yg sedang terjadi.