Pengaruh Ibadah Puasa Dalam Pembentukan Etos Kerja
By : Sukron Ma’mun
Secara alamiah kegiatan untuk melakukan sesuatu yang dilakukan atau diperbuat dan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah, mata pencaharian”. Dalam perspektif sosial bekerja merupakan kegiatan di dalam kehidupannya, manusia selalu melakukan bermacam-macam aktivitas, salah satu wujud dari aktivitas itu adalah kerja atau bekerja. Manusia bekerja mangandung unsur kegiatan sosial, menghasilkan barang dan atau jasa yang pada akhirnya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dan mendapatkan kepuasan. Bekerja berarti melakukan suatu pekerjaan, diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusia yang bersangkutan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (2005) “kerja diartikan sebagai yang dilakukan dalam upaya untuk mewujudkan kesejahteraan umum, terutama bagi orang-orang terdekat (keluarga) dan masyarakat, untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan, sedangkan dalam perspektif rohani atau religius, kerja adalah suatu upaya untuk mengatur dunia sesuai dengan kehendak Sang Pencipta. Dalam hal ini, bekerja merupakan suatu komitmen hidup yang harus dipertangung jawabkan kepada Tuhan.
Semua agama di muka bumi ini, termasuk juga agama Islam memiliki ajaran-ajaran yang menyangkut ibadah ritual sebagai wujud penghambaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Jika kita teliti ajaran-ajaran yang menyangkut ibadah ritual tersebut ternyata tidak hanya terbatas pada bentuk peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Esa, namun memiliki nilai pendidikan ruhani dan pendidikan karakter yang dapat dirasakan oleh orang-orang yang melaksanakannya. Begitu pula dengan ibadah puasa, di dalamnya terkandung muatan pendidikan karakter yang menyeluruh dan sangat sistematis. Ibadah puasa yang dilakukan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh akan dapat membentuk kemampuan kognitif, afektif, dan konatif seseorang. Kemampuan kognitif terwujud dalam wawasan dan cara berpikir yang cerdas sesuai aturan dan norma dalam Islam. Kemampuan afektif terwujud dalam kemampuan dalam menghayati segala ajaran sehingga mampu mengelola emosi dan empati yang tinggi kepada lingkungan. Kemampuan konatif terwujud dalam perilaku yang berpijak pada amal shalih yang menyenangkan dan menguntungkan orang lain di sekitarnya. Karakter unggul ini hanya mampu dicapai apabila manusia sungguh-sungguh dalam menjalankan ibadah puasa.
Sudah barang tentu karakter-karakter positif tersebut sangat dibutuhkan dalam dunia kerja untuk membentuk soft skills karyawan disamping hard skillsnya. Sehingga masa berpuasa selama kurun waktu satu bulan, efektif untuk membentuk etos kerja seperti disiplin, bekerja keras, bertanggung-jawab, jujur, mandiri serta peduli kepada sesama yang melahirkan kerjasama tim.