Orang Benar akan Hidup oleh Iman
Nama : Sintya Lasma Putri & Catarina Manurung
Orang yang beriman adalah orang yang mengarahkan pandangannya pada kekekalan, dan mereka bukanlah orang yang melarikan diri dari dunia (eskapis). Orang yang beriman kepada Tuhan adalah orang yang mendapatkan kekuatan yang besar dalam hidupnya, sehingga hidup mereka dipakai untuk menjadi berkat terbesar bagi umat manusia.Orang beriman ialah orang yang menerima kehendak Allah di dalam hidupnya, dan di dalam ketaatan mereka kepada kehendak Allah, mereka mengalami transformasi yang luar biasa untuk mempersiapkan mereka dipakai oleh Allah untuk merubah dunia ini.
Menurut ajaran agama Kristen berikut beberapa implikasi dari iman seseorang ketika seorang Kristen mengaku bahwa ia beriman kepada Allah. Beriman kepada Allah berarti:
I. Mengakui Allah sebagai Realitas yang paling riil
Bagi orang Kristen realitas yang seutuhnya bukan hanya yang kelihatan namun juga hal yang tidak kelihatan.Walaupun Allah tidak kelihatan, tetapi Ia adalah realitas yang riil. Ini bukan hanya keyakinan orang percaya, tetapi sekaligus merupakan pengalaman mereka. Mereka adalah orang yang sedang berjalan bergandeng tangan bersama Tuhan menuju surga mulia dan kekal. Allah yang tidak kelihatan itulah yang memberikan kepada mereka makna, kekuatan, penghiburan dan pengharapan dalam menjalani kehidupan mereka. Bagi orang beriman realitas yang tidak kelihatan itu lebih berharga daripada yang kelihatan, “karena yang tidak kelihatan itu kekal dan yang kelihatan itu sementara” (2Kor. 4:18). Bahkan lebih dari itu, bagi orang Kristen, Allah adalah Realitas yang paling riil dari semuanya. Dunia dengan segala isinya akan berlalu; kekasih, orangtua atau anak, suami atau istri, saudara atau sahabat, dan semua yang kita banggakan akan berlalu dari kehidupan kita, tetapi Tuhan akan tetap selama-lamanya dan Dia tidak akan pernah berlalu. Camkanlah orang yang paling bodoh justru adalah mereka yang menolak Tuhan karena mereka tidak akan dapat merasakan pengalaman indah bersama Tuhan.
II. Mengakui Allah sebagai Pribadi yang paling berdaulat dalam kehidupan kita
Ketika kita berkata percaya kepada Allah [Trinitas], kita mempercayai Dia sebagai Pencipta alam semesta yang memiliki kedaulatan tertinggi atas segala sesuatu dan atas kehidupan kita. Dia satu-satunya Pribadi yang paling besar dalam kehidupan kita, tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Dia, karena itu, kita memberikan penghormatan tertinggi hanya kepada-Nya, dan tidak memberikan penghormatan seperti itu kepada yang lain. Zwingli mengatakan bahwa dosa terbesar manusia adalah memberikan tempat yang hanya diperuntukkan bagi Allah kepada sesuatu yang bukan Allah. Kebenaran ini terus bergema di dalam seluruh Kitab Suci, bahwa Allah harus menjadi yang terutama dalam hidup kita, lebih daripada orangtua, anak, kekasih, harta dan bahkan diri kita sendiri. Dan ingatlah, semua itu Tuhan maksudkan demi untuk kebaikan kita.
III. Mengakui Allah sebagai satu-satunya sumber berkat dan anugerah yang sejati
Percaya kepada Allah berarti mempercayai Dia sebagai sumber berkat sejati, bahwa “setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna” datang dari Tuhan (Yak. 1:17). Setan bukan sumber kebaikan, ia hanya memanfaatkan ciptaan Allah yang baik bagi tujuannya yang jahat. Allah adalah satu-satunya sumber berkat sejati. Karena itu, memiliki Tuhan berarti ia memiliki berkat terbesar. Orang demikian akan memiliki kelegaan terbesar karena Allah yang mengasihinya pasti akan mencukupi setiap kebutuhannya. Tuhan mengasihi setiap anak-Nya, setiap orang dikasihi-Nya secara khusus, walaupun setiap orang memiliki situasi hidup yang berbeda, tetapi setiap menerima kasih yang tidak kurang. Karena itu, kita tidak perlu iri hati pada orang lain yang memiliki situasi hidup yang berbeda dengan kita. Biarlah kita merespons setiap anugerah Tuhan bagi kita dengan sikap yang positif dan beriman.
IV. Mengakui Allah sebagai pemberi makna dan penentu arah hidup kita
Ketika seorang berkata ia beriman kepada Allah berarti ia mempercayai kebenaran Allah dan menjalankan hidupnya sesuai dengan kebenaran yang ia yakini itu atau sesuai dengan imannya itu. Jadi iman bukan sekadar pengakuan di mulut, tetapi penerimaan akan kebenaran Allah yang dihidupi. Banyak orang mengaku percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan baginya (Rm. 8:28) tapi saat penderitaan dan kesulitan datang mereka berpaling dan melupakan Tuhan dan mulai berkompromi dengan dosa.
V. Orang beriman dikuatkan untuk menjadi alat transformasi di tangan Allah
Orang beriman ialah orang yang menerima kehendak Allah di dalam hidupnya, dan di dalam ketaatan mereka kepada kehendak Allah, mereka mengalami transformasi yang luar biasa untuk mempersiapkan mereka dipakai oleh Allah untuk merubah dunia ini.
Referensi: