Prasangka, Etnosentrisme dan Stereotypes
By : Petrus Hepi Witono.
Prasangka, Etnosentrisme dan Stereotypes. Menurut kamu, diantara ketiganya, mana yang lebih dominan terjadi di lingkungan rumah kamu?
Fransiska – Menurut saya yang lebih dominan yang bisa terjadi dilingkungan saya adalah Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat.
Stereotip sering diartikan sebagai ejekan, juga merupakan gambaran-gambaran atau angan-angan atau tanggapan tertentu terhadap individu atau kelompok yang dikenai prasangka. Individu yang stereotip terhadap suatu kelompok atau golongan, sikap stereotip ini sukar berubah, meskipun apa yang menjadi stereotip berbeda dengan kenyataan. Misalnya: Banyak orang Tionghoa yang dianggap kaya dan berduit, padahal banyak juga warga Tionghoa yang hidupnya sederhana dan biasa saja.
Lela – Menurut saya yang lebih dominan bisa terjadi di lingkungan saya adalah Stereotip. Stereotip sering diartikan sebagai ejekan, juga merupakan gambaran-gambaran atau angan-angan atau tanggapan tertentu terhadap individu atau kelompok yang dikenai prasangka. Individu yang stereotip terhadap suatu kelompok atau golongan, sikap stereotip ini sukar berubah, meskipun apa yang menjadi stereotip berbeda dengan kenyataan. Misalnya : Stereotip mengatakan bahwa dalam berbisnis etnis Tionghua sering bermain curang dan suka menyuap pihak penguasa untuk mendapatkan konsesi ekonomi sehingga membuat mereka cepat sukses, nyatanya tidak semua etnis Tionghua begitu.
Darra – Menurut saya tantangan keberagaman yang bisa terjadi di lingkungan rumah saya adalah tantangan Stereotypes, karena di lingkungan rumah saya mayoritas bersuku Ambon dan Manado. Sehingga banyak orang yang beranggapan bahwa orang Ambon & Manado memiliki sifat yang keras dan mudah terpancing emosinya sehingga mudah memunculkan perdebatan. Mereka berusaha untuk tidak bergaul dengan orang Ambon & Manado karena tidak mau ambil pusing takut terjadi perebatan, padahal tidak semuanya orang Ambon & Manado yang memiliki sifat keras seperti yang mereka pikirkan. Seseorang tidak bisa langsung mengambil keputusan akibat telah terjadinya suatu peristiwa yang berhubungan dengan seseorang, tapi malah suku bahkan agamanya disangkutpautkan. Justru dengan mereka menutupi diri,mereka sendiri yang membuat komunikasi yang tidak baik antar sesama warga.
Erwin – Stereotypes lebih dominan bisa terjadi di lingkungan rumah saya, karena banyak sebagian orang menilai atau men-jugde seseorang dari penampilan fisik dan pekerjaan mereka atau men-jugde buruk suatu suku padahal yang buruk dan melakukan perbuatan tidak terpuji adalah hanya seorang dari suku tersebut. Contoh nyata dilingkungan rumah saya adalah penilaian dari pekerjaan, ada seorang yang bekerja hanya sebagai buruh bangunan atau supir, anak mereka saat bermain dirumah seorang yang bekerja dikantoran, maka perlakuan berbeda, seperti ditanya, sudah mandi belum?, pakai sandal tidak?,dan anak kuli atau supir tersebut hanya duduk di depan teras rumah si pegawai kantoran.
Romindus – Yang lebih dominan bisa terjadi di lingkungan rumah saya adalah stereotypes (penjulukan), yang merupakan cara pandang dan penilaian kepada seseorang terhadap rata-rata orang tersebut digolongkan, atau singkatnya penilaian orang dari penampilan atau latar belakangnya. Karena saya tinggal dan besar di Bandung yang masyarakatnya merupakan suku sunda dimana suku sunda yang dikenal bersikap lembut dan ramah menilai bahwa keluarga saya yang adalah suku batak terkenal akan sifat galaknya. Mereka beranggapan seperti itu karna saat berbincang dengan keluarga kami, kami menjawab dengan suara keras-keras padahal memang seperti itu nada bicara kami bukan karena kami galak.
Kesimpulan sementara, tantangan Stereotypes masih mendominasi.