“Krisis Politik Identitas pada masyarakat Indonesia akibat pilkada terhadap Multikulturalisme”

Nama : Gusti Agung Intan Atika Putri & Iwan Irawan

Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman makhluk hidup yang hidup dalam satu tempat yang sama. Keanekaragaman itu meliputi flora, fauna, suku, etnik, ras, budaya, bahasa, dan masih banyak lagi hal yang membedakan antara makhluk hidup satu dengan lainnya yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia. Hal ini memicu keterkaitannya dengan istilah yang disebut multikulturalisme. Multikulturalisme adalah suatu pandangan seseorang mengenai suatu keberagaman yang ada yang menekankan pada sikap menerima apa adanya terhadap keragaman tersebut. Multikulturalisme sendiri banyak dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari yang tentunya banyak terdapat perbedaan keberagaman baik itu berbeda pendapat, visi, misi, bahasa, suku, ras, dan lain sebagainya. Contoh nyata yang dapat kita petik dari keberagaman kehidupan sehari-hari yaitu saat masa pemilihan kepala daerah atau yang disingkat pilkada.

Saat masa pilkada berlangsung, berbagai macam partai politik yang ada di Indonesia mulai melancarkan aksinya menunjuk ke muka publik perwakilan-perwakilan yang mereka tunjuk untuk bersaing memperebutkan posisi penting di pemerintahan. Perwakilan-perwakilan tersebut mempromosikan diri mereka dengan berbagai cara agar masyarakat dapat memilih mereka nantinya untuk menempati posisi penting tersebut. Berbagai macam visi dan misi serta kampanye-kampanye yang mereka lakukan agar menarik perhatian masyarakat. Dengan banyaknya partai politik yang ada di Indonesia, mau tak mau masyarakat juga diharuskan memilih yang sesuai dengan hati nurani serta visi dan misi yang disampaikan apakah dapat membawa perubahan yang positif pada bangsa dan negara Indonesia.

Sikap yang dapat diterapkan saat masa pilkada ini adalah menghargai, menghormati, dan menerima pilihan orang lain yang berbeda dari kita dengan lapang dada. Bukan berarti dengan perbedaan pendapat dan pilihan dalam hal politik ini dapat merusak kebersamaan dan persatuan yang tercipta. Justru dengan saling menghargai dan menghormati perbedaan itulah kita sudah berperan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dan negara. Akan tetapi, banyak kasus di Indonesia dimana perbedaan dalam hal politik seperti itu (pilkada) membuat suatu masalah yang memecah rasa persaudaraan dan kebersamaan di lingkungan sekitar.

            Kasus yang satu ini membuat banyak orang beranggapan bahwa perbedaan pilihan dalam hal politik bukanlah hal yang dapat dijadikan senjata dalam memecah persaudaraan. Kasus dimana makam keluarga sendiri dipindah karena pemaksaan kehendak pada anggota keluarga lainnya dan mengharuskan untuk memilih perwakilan partai politik yang sama. Sikap ini sangat disayangkan banyak orang. Mengapa? Karena sikap saling menghargai dan menghormati pilihan orang lain belum diterapkan dalam kehidupan sehingga tercipta pikiran dan perbuatan yang negatif hingga membuat perpecahan dalam lingkungan keluarga sendiri. Kasus lainnya adalah rumah tangga retak dan warga di satu desa saling membuat keributan hingga menimbulkan perkelahian dengan menggunakan senjata tajam. Kasus-kasus tersebut tidak akan terulang dan terjadi kembali jikalau kita sebagai umat manusia dapat menerapkan dan menjunjung tinggi sikap toleransi dalam segala bidang terutama bidang politik.

Selain sikap diatas, ada juga sikap yang harus kita hilangkan dalam diri sendiri yaitu memprovokasi dan menyebarkan berita hoax (palsu) di masyarakat. Hal ini cukup banyak terjadi dimana masyarakat dapat terprovokasi oleh berita-berita hoax yang beredar dan dapat memicu permasalahan yang cukup serius. Berita yang beredar dapat mencemarkan nama baik “orang yang diberitakan” sehingga masyarakat memandang negatif orang tersebut. Hal ini jugat dapat menyebabkan secara tidak langsung perpecahan persatuan bangsa dan negara jika berita tersebut sudah sampai di media massa dan tersebar hingga seluruh daerah di Indonesia. Jika hal ini dibiarkan terus-menerus maka akan banyak korban yang terhasut dan terprovokasi oleh hal-hal semacam itu. Jangan sampai kita menjadi korban sekaligus pelaku penyebaran berita hoax di media massa terutama di media sosial. Maka dari itu, kita sebagai masyarakat yang cerdas dan berwawasan tinggi haruslah cermat dan bijak dalam mencerna berita-berita yang disiarkan di media massa sebelum menilai dan menyebarkan berita yang kita dapat.

Hal-hal diatas dapat kita jadikan sebagai pelajaran kedepannya untuk bersikap yang lebih baik agar tidak terjadi dan terulang lagi selanjutnya. Kita hidup di negara yang penuh dengan keanekaragaman harus dapat mengembangkan dan menjunjung tinggi sikap tidak saling menghina, mengejek, menjatuhkan, dan menjelekkan perbedaan yang ada. Menghormati, menerima apa adanya, dan menghargai adalah sikap yang harus diterapkan dan dilakukan dimulai dari kesadaran diri sendiri. Mulailah dengan menghargai dan menghormati perbedaan yang ada di lingkungan sekitar tempat tinggal kita seperti keluarga. Menghormati perbedaan pendapat yang biasa terjadi di keluarga kecil. Jangan sampai perbedaan tersebut membuat perselisihan kecil hingga permasalahan besar yang membuat keadaan menjadi tidak terkendali yang berujung perpecahan. Jika sikap tersebut sudah kita terapkan sejak dini, maka selanjutnya kita bisa menghormati orang lain yang berbeda suku, bahasa, ras, bahkan kewarganegaraan sekalipun. Ada satu kalimat yang dapat dipetik maknanya selagi kita berperilaku yaitu “Jika kamu ingin dihormati, maka hormatilah orang lain”. Kalimat tersebut dapat kita jadikan patokan dalam berkehidupan khususnya berpikir, berkata, dan berperilaku.

Multikulturalisme bukanlah hal yang dapat kita gunakan sebagai senjata dalam memecah persatuan dan kesatuan bangsa dan negara kita yaitu Indonesia, tetapi jadikan multikulturalisme itu sebagai jembatan untuk menghubungkan perbedaan yang ada agar kita saling terhubung satu sama lain dan saling menjalin kerjasama dalam menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.