Kerahiman Ilahi (Divine Mercy)

By : Andy Gunardi

Hanya orang yang mengalami kerahiman ilahi, yang akan merasakan indahnya kelembutan kerahiman, mengalami kebahagiaan dan keteduhan bersama dengan Tuhan (Paus Fransiskus)

Situasi Kita

Tahun luar biasa Kerahiman Ilahi dibuka oleh Bapak Paus tentu bukan tanpa maksud. Bapak Paus Fransiskus melihat bahwa kerahiman Allah merupakan bagian penting dalam Gereja dimana orang merasakan persentuhan dengan Yesus yang sungguh nyata. Baginya kedosaan manusia bukan pertama-tama menghadirkan penghukuman, melainkan penantian dan kerinduan Bapa agar manusia berpaling kembali kepadanya. Hal ini sungguh nyata dapat dilihat pendasarannya di dalam Kitab Suci, misalkan mengenai domba yang hilang, koin yang hilang dan ditemukan serta seorang ayah yang memiliki dua orang anak laki-laki. (Lukas 15:1-32). Dalam perumpamaan perumpamaan itu Allah digambarkan sebagai Allah yang bergembira khususnya ketika orang datang dan bertobat. Dalam perumpamaan-perumpamaan itu kita dapat menemukan sari injili dan sari iman. Nampaknya hal ini yang terlupakan oleh manusia saat ini.

Saat ini kita mendengar begitu banyaknya berita mengenai tingginya tingkat perceraian, situasi pembunuhan oleh Kelompok bernama ISIS, kekerasan yang terjadi di tempat kerja, keluarga dan masyarakat. Situasi di mana dunia mengalami keterpecahan. Ketika mendengar dan membaca berita berita itu kita menyadari betapa sulitnya hidup ini. Untuk itulah Bapak Paus menghembuskan kembali kehadiran Allah di tengah-tengah manusia, yaitu dengan cara yang paling mendasar, melalui kerahiman Allah.

Tahun kerahiman ilahi

Tahun Kerahiman ilahi dibuka oleh Bapak Paus pada tanggal 8 Desember 2015 dan ditutup pada tanggal 20 November 2016. Tanggal 8 Desember adalah pesta Maria Dikandung Tanpa Noda. Bapak Paus Fransiskus memilih tanggal ini karena ia memandang melalui peristiwa Maria dikandung tanpa noda kerahiman Allah masuk ke dalam dunia. Yang pada awalnya manusia jatuh karena dosa Adam dan Hawa, melalui Bunda Maria yang dilahirkan tanpa noda, Allah memandangnya sebagai pintu keselamatan bagi manusia. Allah merencanakan karya keselamatan dan kebahagiaan manusia. Ia adalah Bapa Yang Maha Pengampun dan Penyayang.

Di antara kehadiran Allah melalui Rahim Ibu Maria yang tak bernoda ini, selama hamper satu tahun Gereja diundang untuk menghadirkan kerahiman Allah di dunia. Kerahiman Allah di dunia dihadirkan melalui belbagai cara sehingga manusia sampai pada penyadaran dan pengalaman Kerahiman. Pengalaman akan kerahiman ini sangatlah penting untuk dapat mewartakan kerahiman Allah di dunia dan membuat dunia yang terpecah oleh kekerasan dan kebencian menjadi satu di dalam kelembutan dan belas kasih Allah.

Penutupan tahun kerahiman akan dilaksanakan pada tanggal 20 November, yaitu dalam perayaan Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Dalam perayaan ini Paus ingin mewartakan bahwa kasih Allah melalui Yesus Kristus akan memberikan semangat dan kehidupan dalam kerahiman Allah. Hal ini adalah tanda bahwa Kerajaan Allah sudah hadir di tengah – tengah kita. Manusia mengalami kembali pengalaman Allah yang hadir di dunia, yang menyembuhkan, menghibur, melepaskan dari belenggu dan membangkitkan.

Allah Yang Sabar dan Penuh Belas Kasih (merciful)

Kata sabar dan penuh belas kasih diambil dari Perjanjian Lama yang menggambarkan sifat Allah. Allah yang berbelas kasih ini dapat dilihat melalui penyelamatan di mana Ia mengutamakan kebaikan daripada pengukuman. Pemazmur mengatakan Dia yang mengampuni segala kesalahanmu,yang menyembuhkan segala penyakitmu, Dia yang menebus hidupmu dari lobang kubur, yang memahkotai engkau dengan kasih setia dan rahmat. (Maz 103:3-4). Dalam teks lain pemazmur secara eksplisit mengatakan “Dia yang menegakkan keadilan untuk orang-orang yang diperas, yang memberi roti kepada orang-orang yang lapar. TUHAN membebaskanorang-orang yang terkurung, TUHAN membuka mataorang-orang buta,TUHAN menegakkan orang yang tertunduk,TUHAN mengasihi orang-orang benar.TUHAN menjaga orang-orang asing,anak yatimdan jandaditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya (maz 146:7-9). Konsep mengenai kerahiman Allah bukanlah ide yang abstrak, melainkan sesuatu yang konkret. Kerahiman seperti seorang ayah atau seorang ibu yang berjuang untuk anak-anaknya. Hal ini adalah cinta yang besar.

Konsep mengenai belas kasih Allah ditampakkan pula melalui apa yang dilakukan oleh Yesus. Yesus mengatakan Allah adalah cinta (1 Yohanes 4:8,16). Cinta Allah ini Nampak jelas melalui kehadiran Yesus; yaitu melalui pengampunan orang berdosa, pewartaan gembira bagi orang miskin, penyembuhan orang sakit dan menderita. Pada saat orang banyak yang mengikutinya mengalami keletihan dan kecapaian dan seperti domba tanpa gembala, Ia memiliki belas kasih yang besar (Mat 9:36). Melalui belas kasih ini pula Ia menyembuhkan orang yang sakit (Mat 14:14) dan memberi makan lebih dari 5000 orang (Mat 15:37). Membangkitkan orang mati (Luk 7:15). Melalui kisah-kisah ini Yesus membawakan kehadiran Allah sebagai seorang Bapa yang tidak pernah menyerah sampai manusia mengalami pengampunan. Dia menggunakan belas kasih dan pengampunan untuk mengatasi penolakan.

Belas kasih-Nya tetap selama-lamanya

Dalam Perjanjian Lama kalimat ini dijadikan seruan yang diucapkan berulang-ulang (refrain) dalam mazmur 136. Belas kasih Allah merupakan sejarah keselamatan bangsa Israel. Melalui kalimat ini pemazmur ingin memecah dimensi tempat dan waktu. Belas kasih-Nya digambarkan sebagai meisteri cinta Allah yang besar kepada manusia.

Dalam Perjanjian Baru Yesus juga mengulang kalimat ini di didalam doa (Matius 26:30). Melalui perjamuan terakhir, Yesus juga mengucapkan kembali makna belas kasih Allah kepada umat manusia (Darah Perjanjian Baru dan kekal demi pengampunan dosa……). Pada saat Yesus mengalami penderitaan dan kematian Yesus tetap mengingat belas kasih Allah dan pengampunan Allah bagi umat manusia (Tuhan ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat….) Sebagaimana Yesus yang terus mengingat kalimat ini sebagai orang kristiani kita juga tetap mengingat serta terus mengulangnya di dalam segala peristiwa hidup.

Ajakan untuk berbelas kasih

Belas kasih Allah ini bukan hanya menjadi tindakan Allah kepada manusia, melainkan juga menjadi ciri ciri dari anak-anak Allah. Hal ini Nampak melalui perumpamaan-perumpamaan Yesus; mengenai pertanyaan Petrus mengenai berapa kali ia harus mengampuni saudaranya (Mat 18:22), mengenai perumpaan seorang tuan yang menghapus hutang hambanya, namun hamba itu memasukan penjara seseorang yang berhutang sedikit kepadanya (Mat 18). Yesus mengatakan Bapamu di Surga tidak akan mengampuni  jika kamu tidak mengampuni saudaramu (mat 18:35).

Kerahiman adalah sangat mendasar bagi hidup Gereja. Seluruh karya pastoral haruslah mendasarkan pada kelmbutan kerahiman dan menghadirkan kerahiman dalam diri orang-orang yang percaya. Kehadiran Gereja dilihat melalui semangat kerahiman. Semangat menegakkan keadilan pertama-tama didasarkan pada semangat kerahiman. Orang diajak untuk mengatasi segala perkara dan melihat tujuan yang lebih penting. Paus mengatakan tanpa kesaksian untuk mengampuni, hidup menjadi tidak berguna dan kering seperti di padang gurun. Saat inilah penting bagi kita untuk membawa kegembiraan melalui semangat kerahiman belas kasih. Kerahiman membangkitkan kita dari kelemahan untuk hidup secara baru dan membawa pada semangat untuk masa depan yang lebih baik.

*****

Pemaknaan Pengampunan dalam Konteks Psikologi

Hal yang menarik, yang ingin saya tawarkan di sini adalah bagaimana himbauan Bapak Paus Fransiskus mengenai Kerahiman Ilahi sesungguhnya mendapatkan realitas dalam ilmu psikologi. Terry Hargave seorang seorang psikolog klinis mempelajari mengenai pengampunan khususnya yang terjadi di dalam keluarga turun-temurun. Rupa-rupanya dalam konteks mengampuni membutuhkan proses di mana seseorang mampu melihat sisi-sisi baik dalam diri orang yang telah melukai di dalam hidupnya dan berpikir positif untuk relasi yang baik di masa depan. Pendasaran bahwa orang itu memiliki kebaikan dan akan menjadi baik nantinya memberikan rahmat kekuatan untuk dapat mengampuni. Bapak Paus Fransiskus memiliki pendasaran bahwa Tuhan hadir pertama-tama kepada manusia untuk menunjukkan belas kasih Allah dan karena cinta Allah kepada manusia Ia lebih mengutamakan belas kasih. Cinta Allah mengandaikan kepercayaan bahwa manusia bisa bertobat dan dalam dirinya sendiri baik adanya. Untuk itu saya ingin menampilkan apa yang menjadi subyek penelitian DR Hagrave berkenaan dengan pengampunan.

Pendasaran: Cinta, Kepercayaan dan Keluarga

Menurut DR Hargrave dasar terlukanya seseorang terjadi karena adanya masalah berkenaan dengan cinta, kepercayaan dan keluarga. Orang yang dapat melukai kita paling dalam terjadi di dalam keluarga. Sumber keterlukaan manusia terjadi ketika manusia tidak mengalami cinta dan kepercayaan. Sebagai suatu contoh ada seorang ibu, saat kecilnya ia adalah anak pertama dari lima bersaudara. Pada saat ia kecil, ia sering bertengkar dengan ibunya. Ketika sudah besar ia bekerja sebagai seorang guru dan menikah dengan seseorang yang hanya bertemu dengannya beberapa kali saja. Ia tidak ingin calonnya itu mengerti lebih dalam situasi hidup dan keluarganya, sehingga berpikir untuk menikah secepatnya. Pernikahan pun terjadi dan singkatnya ia memiliki 4 orang anak. Anak terakhirnya adalah wanita. Yang menjadi masalah adalah anak perempuan terakhir ini sering bertengkar dengan ibu itu dan menikahi seorang prria diusianya yang baru 18 tahun dengan hanya bertemu beberapa kali dengan laki-laki itu. Hal itu terjadi berulang seperti pengalaman ibunya. Kalau ditelusuri lebih mendalam terjadi masalah kepercayaan dan cinta dalam diri ibu itu dan diturunkannya pada anaknya yang perempuan. Ketidak percayaan kepada orang tua dan ketidakpercayaan pada anak terjadi berulang. Di sana terjadi masalah dengan kepercayaan dan cinta. DR Hargrave mencoba meneliti bagaimana seseorang dapat mengampuni dan terbebas dari masalah yang terus berulang. Untuk itu ia menawarkan 4 langkah:

  1. Pemahaman: Pengenalan sumber masalah mengampuni yang dialami dalam diri seseorang. Pengenalan situasi dan bagaimana permasalahan itu terjadi akan mengurangi rasa benci yang dialami oleh seseorang, namun tidak menghapusnya.
  2. Tahap kedua adalah pengertian: Pengertian yang dimaksud adalah orang yang terluka mengerti posisi, kelemahan dan kekurangan yang dimiliki orang yang telah melukai. Pengenalan atau identifikasi ini membuat sesorang mengerti bahwa kelemahan itu adalah bagian dari sisi kemanusiaan seseorang. Jika saya berada pada posisi orang yang bersangkutan mungkin saya akan bertindak lebih buruk daripadanya.
  3. Memberi kesempatan untuk perbaikan: Ketika seseorang berbuat salah kita memberi kesempatan baginya untuk memperbaiki kesalahan yang telah dibuatnya.
  4. Keterbukaan untuk mengampuni: Adanya kepercayaan bahwa kepercayaan dan cinta dapat dibangun di masa depan yang lebih baik. Dalam keterbukaan ini ada kesepakatan di antara dua belah pihak bahwa mereka akan berubah. Dalam keterbukaan ini tindakan tidak adil yang dialami tidak diingat lagi.

DR Hargrave berusaha menghadirkan pengampunan di dalam hidup berkeluarga, dimana perbaikan terjadi dan pendasaran kepercayaan dan cinta dibangun kembali. Ketika pengampunan terjadi dalam sebuah keluarga, maka kepercayaan dan cinta terbangun untuk hidup keluarga selanjutnya. Sentuhan kasih dan cinta membawa orang merasakan hidup yang berarti bagi diri dan sesamanya.

Paus Fransiskus melalui pengalaman yang luar biasa dengan Tuhan Yesus menghantarnya pada rahmat pengampunan dan pendamaiannya dengan Tuhan. Sebagaimana ditulis di atas bahwa hanya orang yang telah mengalami pengalaman kerahiman Allah sajalah yang memampukan orang untuk menjadi saksi kerahiman itu bagi dunia dan dapat berjalan bersama dengan Allah.

****

Penutup

Melalui dua tokoh ini, yaitu Paus Fransiskus dan DR Hargrave, saya ingin mensintesakan bahwa perubahan terjadi di dalam diri seseorang melalui sebuah proses pengampunan, yang di dalamnya terdiri dari empat bagian seperti yang diutarakan oleh DR Hargrave. Relasi baik antara sesama atau relasi manusia dengan Tuhan membutuhkan kematangan hidup yang mendalam.  Perbedaan terjadi jika relasi antar sesame manusia berhadapan dengan dimensi kelemahan sebagai manusia, relasi dengan Tuhan mengandaikan bahwa manusialah yang keliru dihadapan Tuhan. Untuk itu relasi terbangun dengan kehendak baik memperbaiki diri sampai akhirnya seseorang dapat berjalan kembali secara bersama dengan Tuhan yang selalu terbuka untuk memberikan belas kasihnya kepada manusia. Pengalaman diampuni membawa orang pada kematangan untuk memberikan kasih kepada sesame karena ia boleh memberikan kesaksian betapa indahnya diampuni dan hidup secara baru.

Bagi orang beriman kepercayaan dan ingatan betapa Allah mengasihi dirinya memberikan kekuatan untuk membagikan kasih Allah itu secara nyata kepada sesame. Bagi manusia dalam komunitas yang mau saling mengampuni memberikan rahmat di mana kepercayaan dan cinta boleh terbangun kembali. Keluarga yang tersembuhkan dan saling mengampuni akan memberikan kesaksian pula kepada keluarga-keluarga yang lain sehingga memberikan rahmat penyembuhan. Untuk itu marilah kita berjuang sebagai orang kkristiani untuk tumbuh di dalam keluarga yang mengampuni dan menjadi pribadi yang beriman dan masuk dalam kerahiman Allah yang memerdekakan dan kita boleh berjalan bersama dengan Yesus dan menjadi saksinya kerahiman-Nya.

Daftar Pustaka:

  1. Francis, Misericordiae Vultus, diunduh dari http://w2.vatican.va/content/francesco/en/apost_letters/documents/papa-francesco_bolla_20150411_misericordiae-vultus.html, tanggal 1 Agustus 2016.
  2. Francis, 2014, The Church of Mercy, Chicago: Loyola Press
  3. Hargrave, 1994, Families and Forgiveness, New York: Taylor and Francis Group