Berbuat Baik Perlukah Minta Balasan
Nama : Sanjaya Sutarsa Phoa
Universitas Bina Nusantara
Teori Hukum Alam
Rasanya secara umum akan otomatis kalau kita berbuat baik ke orang lain maka kemungkinan besar orang lain juga akan akan berbuat baik ke kita, meskipun dalam beberapa hal bisa aja orang tersebut tetap tidak baik ke kita.
Contoh nyata nya misalnya:
1. Umat non muslim memberikan selamat Lebaran kepada umat Muslim dan kepada umat lain tentu terjadi hubungan keharmonisan.
2. Saat terjadi musibah di suatu daerah yang misalnya mayoritas penduduknya non muslim tapi semua masyarakat Indonesia tanpa memandang dari agama apapun bahu membahu menolong
Yang terbaik tentu saja sikap baik / empati yang tulus ikhlas tanpa pamrih, karena hal ini mencerminkan benar-benar dalam hati nya baik (tidak mengharapkan balasan kebaikan). Hukum Alam: apa yang kita tabur, itulah yang akan kita tuai contoh kita tanam bibit mangga asam, maka kita akan menuai buah mangga asam juga
Teori Motivator
Saya teringat pernah membaca buku beberapa motivator, diantaranya adalah:
1. Andrie Wongso yang pernah bercerita mengenai “Gema Kehidupan”, secara ringkas cerita nya seperti ini:
Alkisah, di saat liburan sekolah, seorang ayah mengajak anaknya yang berumur sepuluh tahun pergi berlibur ke daerah pegunungan. Saking senangnya, sesekali bocah kecil itu melompat-lompat dan berlari-lari kecil ke sana kemari. Suatu ketika, karena kurang hati-hati saat berlari-larian, anak itu tergelincir jatuh. Aduuuuuh… teriaknya kesakitan. Dan sesaat hampir bersamaan, jelas terdengar suara, Aduuuuh…Aduuuuh…Aduuuuh… berulang-ulang di sisi pegunungan.
Anak itu terheran-heran. Penasaran dan ingin tahu dari mana asal teriakan yang menirukan suaranya tadi, si anak berteriak lagi dengan suara lebih keras. Hai… siapa kauuuu…??? Sesaat kemudian, ia menerima jawaban yang hampir sama kerasnya, Hai….siapa kauuuu… Hai….siapa kauuuu… Hai….siapa kauuuu… Setelah itu, suasana kembali hening dan hanya desau angin yang terdengar. Anak kecil itu makin gusar karena hanya mendengar suaranya ditirukan, tetapi tidak melihat orang yang menirukan suaranya.
Lalu dengan marah sekali ia berteriak sekeras-kerasnya, Pengecut kamu…!!! dan, sesaat kemudian ia pun langsung menerima jawaban yang sama nadanya, Pengecut kamu…Pengecut kamu…Pengecut kamu… dengan pandangan yang heran bercampur kesal, anak itu menatap ayahnya. Ayahnya tersenyum bijak dan berkata, Anakku, perhatikan baik-baik, kemudian, sang ayah berteriak dengan keras sekali ke arah pegunungan, Kamu hebat… Terdengar jawaban bunyi yang sama kerasnya dan berulang, Kamu hebat…Kamu hebat…Kamu hebat… Melihat roman muka anaknya yang masih keheranan, lelaki itu kembali berteriak keras-keras.
Kamu luar biasa… dan sama seperti teriakan-teriakan sebelumnya yang diikuti dengan suara yang sama. Kamu luar biasa… Kamu luar biasa… Kamu luar biasa… Sang ayah melanjutkan penjelasannya, “Sama dengan gema tadi, anakku. Kehidupan ini juga akan selalu memantulkan kembali apa pun yang kita berikan kepadanya. Hidup kita adalah cerminan dari apa yang kita pikirkan, kita ucapkan, dan kita lakukan. Ini sudah menjadi semacam hukum alam. Jika kita selalu berpikir negatif, penuh kekhawatiran dan kecurigaan, maka kehidupan akan memberi reaksi yang sama negatifnya kepada kita.
Jika kita ingin hidup dipenuhi dengan cinta kasih, maka ciptakanlah lebih banyak cinta kasih dalam hati kita. Jika kita ingin orang lain baik kepada kita maka kita juga harus berbuat baik kepada mereka. Gema Kehidupan: apa yang kita teriakan / lakukan, gunung kehidupan akan menggemakan hal yang sama juga kepada kita
2. Buku The Seven Habits of Highly Effective People karangan Stephen R. Covey
Di antaranya ada dibahas mengenai “Rekening Bank Emosi” yang cukup relevan dengan pertanyaan Pak Agus di atas, secara ringkas ceritanya adalah sbb:
Prinsip ini tidak hanya berlaku dalam pengelolaan keuangan, tetapi juga berlaku dalam membina hubungan yang baik dengan orang lain. Entah itu hubungan dengan orang tua, anak, suami, istri, tetangga, saudara, rekan kerja, atasan, bawahan, pelanggan, supplier, atau partner bisnis.
Jika Anda ingin hubungan anda berkembang ke arah yang lebih baik, maka Anda harus berinvestasi dulu di dalamnya. Anda harus lebih banyak”menabung” kebaikan ke orang lain, dari pada ”menarik” dari orang lain.
Setiap orang memiliki satu”rekening bank emosional” dengan setiap orang yang dengannya kita berhubungan. Dan untuk setiap”rekening bank emosional” itu, Anda dan saya harus senantiasa menambah tabungan dalam rekening itu. Rekening bank emosional akan bertambah jika kita selalu berbuat baik (menolong, membantu, memperhatikan, memberi dukugan, menghargai, dsb) kepada orang tersebut. Sebaliknya rekening bank emosional anda berkurang ketika anda memberikan kritik yang destruktif, egois, mengejek, bergosip, dan tidak peduli dengan orang-orang di sekitar Anda
Dari pada menanyakan apa yang orang lain bisa lakukan untuk anda, lebih baik mulailah mencari tahu apa yang anda bisa lakukan buat orang lain, daripada sibuk menarik, marilah kita sibuk menabung di”rekening bank emosional” setiap orang. Marilah kita belajar untuk menabung lebih banyak simpanan ke dalam “celengan” hidup orang lain.
Teori Keagamaan
Saya kristen dan didalam Alkitab diantaranya ada tertulis “apa yang ingin orang lain perbuat kepada kamu, perbuatlah itu kepada mereka”, artinya kalau kita mau orang lain berbuat baik kepada kita maka kita harus berbuat baik terlebih dahulu kepada mereka. Saya yakin ajaran di agama lain pun seperti itu (berbuat baik kepada sesama)