Religion in General-Agama yang menjadi pegangan hidup
Nama : Debrina Emily
NIM : 2201756185
Agama yang menjadi pegangan hidup dan dasar seorang manusia memang sangat berpengaruh dalam kehidupan masing-masing pribadi. Namun, memang disayangkan sekali terkadang agama tersebut menjadi titik di mana dijadikan pedang untuk menjatuhkan kelompok ataupun pribadi lain. Melalui agama itu sendiri. Menurut saya tidak ada salahnya, yang selalu menjadi permasalahan adalah pribadi atau manusia yang menganut agama tersebut. Agama apa-pun yang ada, semuanya baik dalam ajarannya masing-masing. Sesuai dengan kebaikan moral, logis, dan bahkan sangat baik untuk dijadikan pedoman hidup setiap manusia. Disayangkan sekali, setiap manusia memiliki perspektif dan logis kognitif yang berbeda-beda dalam menganut agama masing-masing.
Hal tersebut membuat gambaran bahwa agama adalah manusianya itu sendiri. Bahkan menjadi banyaknya gambaran stereotip di setiap kehidupan masyarakat. Bahasan agama di berbagai negara juga menjadi sangat tabu. Manusia harus menyadari bahwa agama bukan merupakan titik moralitas manusia dalam kehidupan. Moral itu sendiri sudah tertanam dalam diri manusia, begitu pula iblis atau kejahatan. Itu mengapa kita membutuhkan agama untuk mempertajam kebaikan dan moral yang sudah tertanam dalam diri kita masing-masing. Agama yang kita miliki itu sendiri, bisa saja menjadi malapetaka apabila disalah mengerti oleh kita. Akhirnya menjadikan kejahatan atau iblis lebih mendominasi diri kita. Jadi dapat kita lihat, agama tidak hanya sebagai pedoman saja yang bisa kita terima atau tidak, namun agama di sini juga sebagai dorongan setiap manusia untuk mengeluarkan pribadi apa yang ingin ditunjukkan pada dunia. Apa yang baik dan benar juga dapat kita lihat saat kita memiliki pedoman hidup yang ada dalam diri kita.
Karena memiliki agama bukan masalah kerohanian dan dalam arti sempitnya menjadi yang tersuci sampai di alam baka. Tapi, memiliki agama itu sendiri adalah masalah vertikal dan horizontal. Vertikal sebagaimana yang kita tahu yaitu hubungan antara kita dengan YANG MAHA KUASA. Kita diuji untuk hidup sesuai dengan apa yang telah kita percayai, mempelajari lebih dalam masing-masing pedoman yang kita miliki, dan bahkan dari sisi ini adalah pendekatan kita kepada YANG MAHA KUASA. Dari hal tersebut, maka haruslah kita tercipta hubungan yang horizontal. Menghargai sesama, saling berbagi, menabur benih kebenaran dan kebaikan, tidak adanya rasa iri dan dengki. Tidak semua orang dapat menyadari Hal tersebut, apabila terlalu dominan dalam hal vertikal, juga dapat tercipta kefanatikan yang menyebabkan malapetaka pada hal horizontal dalam hidup. Begitu pula sebaliknya, saat horizontal kita terlalu dominan, dan tidak memiliki vertikal, kita juga tidak memiliki pegangan hidup yang benar.
Terkadang apabila dipikirkan secara baik-baik, kebaikan itu sendiri juga dapat disalahgunakan tanpa adanya moralitas agama yang baik pula. Bisa saja kebaikan itu memiliki tujuan untuk pribadi. Akhirnya menjadikan malapetaka juga untuk sesama manusia. Oleh karena itu, perlu untuk setiap manusia mengetahui apa sebenarnya yang mereka percaya, kenapa mereka mempercayai hal tersebut, dan bertanggung jawab atas hal tersebut.