“REFLEKSI MENGENAI KRISIS LINGKUNGAN DALAM MENGENAL TUHAN MELALUI ALAM TERHADAP AJARAN BUDDHA”

Nama : Febryandy

NIM : 2201804480

Jurusan : International Business Management

Krisis lingkungan yang terjadi belakangan ini, dikarenakan adanya ketidakpedulian dan ketidakbijaksanaan yang didasari oleh ketidaktaatan, keserakahan dan ketidakpedulian manusia terhadap karunia besar kehidupan dalam mengelola dan menjaga lingkungan ini. Paradigma perlindungan dan pengelolaan lingkungan menurut ajaran agama Budha tercermin dari ayat suci ini, “Bagai seekor lebah yang tidak merusak kuntum bunga, baik warna maupun baunya, pergi setelah memperoleh madu, begitulah hendaknya orang bijaksana mengembara dari desa ke desa” (Sang Buddha, Dhammapada: Bunga-Bunga, ayat 49). Hal tersebut dimaksudkan bahwa, dalam ekosistem lebah tidak hanya mengambil keuntungan dari bunga, tetapi juga sekaligus membayarnya dengan membantu penyerbukan. Perilaku lebah memberi inspirasi, bagaimana seharusnya menggunakan sumber daya alam yang terbatas. Buddhadharma menghubungkan lingkungan alam dan hubungan manusia yang berguna untuk menciptakan suatu atmosfir kebahagiaan dalam kehidupan di atas bumi. Buddhis menunjukkan cara pemecahan masalah krisis lingkungan. Sehubungan dengan pandangan ekologis Buddhis memperkuat sikap ramah kepada alam dan menyingkapi hubungan manusia, tumbuh-tumbuhan, dan binatang dari sudut keselarasan. Selain itu, lingkungan terbagi atas 3 kelompok dasar, yang pertama lingkungan fisik yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia yang terbentuk dari benda mati, misalnya yakni udara, air, rumah, dan batu, yang kedua lingkungan biologis yaitu segala unsur yang berada pada sekitar manusia yang menyerupai organisme hidup selain yang ada pada diri manusianya itu sendiri, misalnya hewan dan tumbuhan, yang ketiga lingkungan sosial yakni manusia-mansia yang lain yang berada di dalam lingkungan masyarakat (Amsyari 1989).

            Ketua Komite Pengarah Indonesia Bergerak Selamatkan Bumi (SiagaBumi) Din Syamsuddin,  menegaskan bahwa krisis lingkungan hidup merupakan manisfestasi dari krisis moral. Karena itu, solusi atas krisis ini harus pendekatan agama dan etika. Dalam Agama Buddha, agama tersebut mengajarkan bahwa semua fenomena yang terjadi di alam semesta adalah saling mempengaruhi dan berinteraksi. Semua yang terjadi berdasarkan pada hukum sebab-akibat. Setiap hal yang terjadi, baik itu dilakukan oleh manusia, hewan dan alam ini akan mengakibatkan sesuatu yang dampaknya akan dirasakan kembali oleh manusia, hewan, atau alam.

            Buddhis menekankan manusia untuk hidup selaras dengan lingkungan, yang berarti bahwa manusia adalah bagian dari alam dan hidup di alam. Oleh karena itu manusia ditekankan untuk tidak merusak alam dan berusaha menjaga kelestarian alam bersifat fisik, tetapi bersifat abstrak, Sebagai manusia, kita harus memperlakukan alam semesta ini dengan baik, dimulai dengan cara sederhana yaitu menyadari pentingnya menjaga alam ini, seperti jika kita menghidupkan lingkungan alam, maka lingkungan alam juga akan menghidupkan kita manusia dan seluruh makhluk. Sebaliknya jika kita membunuh kehidupan alam, maka alam pun akan semakin sadis lagi membinasakan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Kalau kita menjaga alam, alam pun akan menjaga kita. Kalau kita tidak menjaga alam, maka alam pun tidak akan menjaga kita. Kesadaran akan lingkungan alam sebagai sumber kehidupan akan mendorong kita untuk rajin menanam pohon hijau, tidak menebang hutan secara sembarangan, membuang sampah pada tempatnya dan lain sebagainya.  Selain itu, dengan melakukan penghematan mulai dari sekarang, pengehamatan ini diesbut juga gerakan minimalis dan harusnya terpancar keluar dalam sikap tidak boros dalam memanfaatkan sumber energi alam misalnya hemat air, hemat listrik, hemat menggunakan minyak bumi, bersepeda saja ke kampus atau tempat kerja dan lain sebagainya. Gerakan minimalis urgen kita hayati secara konsisten dalam hidup kita mulai saat ini. Lalu, berani untuk mengeluarkan pendapat mengenai kegiatan pembangunan yang tidak mendukung kebaikan lingkungan alam dan mengembangkan hubungan yang spiritual dengan lingkungan alam, begitu pula lingkungan alam perlu dipandang sebagai realitas bernilai spiritual pada dirinya sendiri. 

            Selain itu, sebagai mahasiswa kita harus memiliki padangan untuk memelihara lingkungan yang diberikan oleh Pencipta. Dengan menumbuhkembangakan rasa cipta dan syukur kita terhadap lingkungan yang diberikan. Salah satu bentuknya, yaitu dengan ikut melestarikan lingkungan, seperti yang dilakukan oleh organisasi di Bina Nusantara yaitu TFI (Teach for Indonesia), kita sebagai BINUSIAN bisa ikut berpartisipasi dalam menanam pohon dalam membantu melesatrikan lingkungan secara sederhana.