Pandangan Agama Katolik terhadap Alam Semesta
Nama : Clara Marcella
NIM : 2201737822
Kelas : LL21
Jurusan : Akuntansi
Pandangan agama katolik terhadap alam semesta didasari pada kitab suci agama katolik sendiri yaitu Alkitab. Dalam Alkitab, khususnya kisah penciptaan menunjukan hubungan antara manusia dengan alam semesta.
Kitab Kejadian pasal 1 menjelaskan tentang kisah penciptaan dimana pada hari pertama – langit dan bumi diciptakan. “Jadilah terang”. Siang dan malam. Hari kedua – Air di atmosfir dipisahkan dari air di bumi. Hari ketiga – Tanah dipisahkan dari laut. Tumbuhan diciptakan. Hari keempat – Matahari, bulan, bintang-bintang diciptakan. Hari kelima – Makhluk laut dan burung diciptakan dan pada hari keenam – Binatang darat, binatang melata, dan manusia (Laki – laki dan perempuan) diciptakan. Kisah penciptaan ini memberikan gambaran atas kuasa yang diberikan oleh Allah dengan menciptakan bumi dan segala isinya termasuk manusia.
” Baiklah kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa kita, supaya mereka berkuasa atas ikan ikan di laut dan burung burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi. ” (Kej 1: 26)
“Beranakcuculah dan bertambah banyak, penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi” (Kej 1:28)
Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. (Kej 2:8)
TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu. (Kej 2;15)
TUHAN Allah menciptakan kita manusia serupa dan segambar dengan -Nya maksudnya adalah manusia diberikan kemampuan akal budi dan naluri yang membedakan manusia dengan makhluk ciptaan TUHAN yang lainnya. Kemudian, TUHAN Allah juga berkehendak agar manusia beranakcucu dan memenuhi bumi. Kemampuan dan kehendak Allah ini diharapkan agar dapat menjadi bekal untuk manusia agar bisa berkuasa atas segala ciptaan-Nya yang lain. Berkuasa disini bukan berarti secara semena-mena memerintah namun, kita sudah sepatutnya menyayangi, mengasihi, memelihara, dan memastikan apa yang telah Ia ciptakan untuk kita tetap indah. “Mengusahakan dan memelihara” yang ada pada Kejadian 2:15, itu seperti hamba yang melayani secara hati-hati dan penuh perhatian.
Selain dari Alkitab, Paus Paulus VI mengajukan sejumlah Ajaran Sosial Gereja yang berhubungan dengan alam dan perlindungan hidup dalam ensiklik Popularum Progressio secara spesifik mengenai “Krisis lingkungan hidup dan ancaman akibat-akibat yang ditimbulkan oleh polusi industrial dan mendesak sejumlah perubahan tingkah laku kita yang boros dan mengaitkan lingkungan hidup dengan perkembangan dalam perspektif kerjasama internasional.”
Melihat banyaknya krisis lingkungan yang terjadi sekarang ini membuat saya sadar bahwa banyak manusia yang belum mengamalkan kehendak Allah. Allah telah menciptakan segalanya bagi manusia namun kita sebagai manusia masih belum bisa membalas apa yang telah Ia berikan. Salah satu penyebab krisis lingkungan yang menurut saya sering saya temukan ialah buang sampah sembarangan. Bahkan mereka yang mengaku beragama masih banyak yang membuang sampah sembarangan dengan alasan tempat sampah yang jauh. Lingkungan beserta makhluk hidup didalamnya yang telah diciptakan Allah untuk kita “kuasai” menjadi rusak dan kotor.
Paus Yohanes Paulus II sendiri pernah berkata dalam ensiklik Cantesimus Annus bahwa manusia dapat mengenal Tuhan melalui keindahan alam karena dalam alam terdapat nilai dalam dirinya dan memperoleh otonomi yang dialami harus dihargai dan dihormati manusia. Oleh sebab itu menurut saya, kita sebagai manusia sudah selayaknya dan sepantasnya merawat dan melestarikan bumi kita. Mulai dengan buang sampah pada tempatnya, kurangi penggunaan plastik, kurangi penggunaan kertas, dan lain-lain. Satu hal kecil yang kita lakukan bisa membawa perubahan besar di masa depan. Jangan maunya ikut-ikutan dengan orang yang tidak mengamalkan kehendak Allah tapi coba menjadi orang yang akan diikuti karena mengamalkan kehendak Allah.