Pandangan Agama Buddha Tentang Alam Semesta
Nama: Vaeren Teresa
NIM: 2201738144
Jurusan: Accounting
Pandangan agama Buddha mengenai alam semesta bahwa alam semesta ini sangat luas dengan banyak tata surya yang jumlahnya tidak dapat dihitung. Berdasarkan buku yang saya baca yaitu berjudul “Sang Buddha & Ajaran-Nya” oleh Narada Mahathera ini menyatakan bahwa bumi adalah sebuah titik kecil yang tak berarti di alam semesta; bukanlah satu-satunya dunia yang dapat dihuni dan manusia bukanlah satu-satunya makhluk hidup. System dunia adalah tak terhingga, dan begitu juga makhluk hidup. Kelahiran dapat terjadi di berbagai alam kehidupan. Secara keseluruhan ada tiga puluh satu tempat dimana makhluk mewujudkan diri sesuai dengan kamma masing-masing.
Istilah “dunia” diartikan sebagai penderitaan. Bagian menarik ini mengacu pada Empat Kebenaran Mulia yang ditemukan oleh Sang Buddha sendiri dengan pengetahuan intuitif-Nya. Terlepas dari apakah para Buddha muncul atau tidak, kebenaran ini telah ada, dan Sang Buddha lah yang mengungkapkan pada dunia yang diselubungi ketidak-tahuan. Kebenaran ini tidak akan dan tidak dapat berubah dengan berjalannya waktu, karena merupakan kebenaran abadi.
Kebenaran pertama berkenaan dengan dukkha, yang terjemahan terdekatnya adalah penderitaan atau duka cita. Sebagai perasaan, dukkha berarti sesuatu yang sulit untuk ditahan. Sebagai kebenaran abstrak dukkha digunakan dalam arti “rendah” dan “kekosongan”. Dunia bersandar pada penderitaan, oleh karena itu adalah rendah. Dunia ini kosong dari kenyataan – maka itu kosong atau hampa. Dukkha, karena itu, berarti kekosongan yang rendah. Dalam agama Buddha dikenal dengan adanya kamma, yang berarti perbuatan atau tindakan. Ini mencakup semua yang termasuk dalam ungkapan: “Pikiran, ucapan, dan perbuatan”.
Dalam agama Buddha, Budhha mengapresiasi peran hutan, pohon, dan alam yang sangat bermanfaat bagi kehidupan. Kata ‘Vana’ atau hutan dalam Dhammapada digunakan oleh Buddha sebagai perumpamaan kata-kata penuh arti diberlakukan bagi konteks dunia saat ini: tebanglah hutan (nafsu) sampai habis, jangan tinggalkan satu pohon pun. Menurut saya krisis lingkungan yang terjadi saat ini disebabkan oleh factor alam dan manusia. Manusia saat ini kurang peduli dan menjaga lingkungan mereka sendiri. Bahkan hal-hal kecil yang dapat menjaga lingkungan alam tetap terjaga sangat sulit untuk dilakukan seperti membuang sampah pada tempatnya terutama sampah plastic.
Dalam buku paritta suci agama Buddha, pada bagian Karaniya Metta Sutta menyebutkan bahwa hendaknya kita berpikir semoga semua makhluk berbahagia.
Ye keci pāṇa-bhūtatthi
tasā vā thāvarā vā anavasesā,
Dīghā vā ye mahantā vā
majjhimā rassakā aṇuka-thūlā,
Makhluk hidup apa pun juga,
Yang lemah dan kuat tanpa kecuali,
Yang panjang atau besar,
Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk.
Diṭṭhā vā ye va adiṭṭhā
ye ca dūre vasanti avidūre,
Bhūtā vā sambhavesī vā
sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
Yang tampak atau tidak tampak,
Yang jauh atau pun dekat,
Yang telah lahir atau yang akan lahir,
Semoga semua makhluk berbahagia.
Mettanca sabba-lokasmiṁ
māna-sambhāvaye aparimāṇaṁ,
Uddhaṁ adho ca tiriyanca
asambādhaṁ averaṁ asapattaṁ.
Kasih sayangnya ke segenap alam semesta,
Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas,
Ke atas, ke bawah dan ke sekeliling,
Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan.
Hal ini berarti bahwa agama Buddha menolak terjadinya pencemaran maupun perusakan alam dan segenap potensinya. Menurut saya kita sebagai manusia seharusnya menjaga dan melestarikan alam semesta ini. Alam semesta dan manusia memiliki hubungan yang kuat karena berkaitan dengan roda kehidupan manusia itu sendiri. Dimana hal ini berhubungan dengan karma manusia “apa yang ditanam maka itulah yang akan dituai”. Jika lingkungan alam rusak maka akan mengancam kehidupan manusia akibat keinginan dan keserakahan manusia.
Untuk itu menurut saya yang perlu dilakukan saat ini untuk menjaga alam semesta ini adalah berusaha untuk menjaga kelestarian alam. Lalu setiap manusia juga harus dapat menjaga pikiran, ucapan maupun perbuatan mereka dalam kehidupannya baik untuk diri sendiri, makhluk hidup lain serta lingkungan alam karena hal ini dapat mempengaruhi roda kehidupan mereka. Dimana hasil dari perbuatan itu sendiri menghasilkan karma baik atau karma buruk baik dari kehidupan lampau maupun kehidupan saat ini di kehidupan mendatang. Karena itu penting bagi setiap manusia untuk selalu menjaga setiap tindakan yang dilakukan agar dapat memperoleh kebahagiaan sejati.