ORANG TUA BERTANGGUNG JAWAB DALAM PENDIDIKAN SEKS
By : Ch. Megawati Tirtawinata
Perkembangan ilmu dan teknologi telah membuat dunia semakin mudah dijangkau, segalanya serba transparan, mudah, dan cepat diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Informasi dan pengalaman seksual dapat diperoleh secara bebas telanjang tanpa filter. Anak-anak sejak usia dini sudah terbiasa dengan teknologi maka akan dengan mudah mereka mengakses situs-situs porno yang berbahaya bagi perkembangan jiwa dan spiritualnya. Di samping itu kejahataan seksual sudah merebak hampir di semua negara dan kota, membuat orang tua cemas akan keselamatan anak-anaknya.
Pendidikan seks perlu diberikan secara dini mengingat pada zaman ini kecanggihan teknologi yang menyebabkan merebaknya kejahatan seksual. Di samping itu bahaya-bahaya yang terjadi jika anak mengalami pelecehan, maka perlu diberikan pendidikan seks sejak usia dini. Selain itu ada alasan lain yang menggambarkan pentingnya pendidikan seks diberikan secara dini yaitu terkait dengan libido seksual manusia itu sendiri. Meski ada yang berpendapat bahwa masa kanak-kanak tidak mengenal gairah seks, namun teori Freud tentang libido manusia menyatakan bahwa anak-anak yang menghisap jempol dianggap memiliki arti seksual. Libido tidak saja dimaknai sebagai pendorong kegairahan seks, tetapi dimaknai sebagai energi fisik. Tendensi anak-anak bermain-main dengan alat kelaminnya bukanlah hasrat seksual yang terlalu dini, tetapi sebagai kesenangan fisik mendasar yang sangat mewarnai kehidupan anak-anak. Beranjak dengan bertambahnya usia sampai pada masa pubertas di mana kelenjar-kelenjar hormon seksual mulai aktif, juga menimbulkan libido.
Timbul pemikiran siapa yang bertanggung jawab memberikan pendidikan seks kepada anak-anak. Anak adalah anugerah Tuhan kepada orang tua. Orang yang paling dekat dengan anak adalah orang tuanya. Seorang anak mendapatkan pelajaran dalam kehidupan ini untuk pertama kalinya dari orang tuanya. Sejak kecil anak-anak menghabiskan waktunya dengan orang tuanya. Orang tua mengenal anak sejak anak lahir, bahkan sejak dalam kandunganpun orang tua sudah ada kontak dengan janinnya. Jadi orang tua paling mengetahui karakter anaknya. Maka pendidik yang utama dan pertama adalah orang tua. Orang tualah yang bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, termasuk juga dalam pendidikan seks.
Di sini orang tua perlu kedekatan dengan anaknya, orang tuapun perlu memberikan teladan yang baik sehingga anak dapat belajar bukan dari apa yang dikatakannya namun lebih dari apa yang dilihat dan dirasakannya. Kedekatan ini yang membuat anak dapat terbuka dengan orang tua, sehingga anak dapat dengan mudah mengutarakan apa yang ia butuhkan sejalan dengan perkembangan kepribadiannya termasuk juga masalah-masaah yang berkaitan dengan seks. Ini membuat anak akan mudah membicarakan masalah-masalah yang terkait dengan organ seks dan perlakuannya.
Kedekatan hubungan antara orang tua dan anak membuat orang tua mempunyai kepekaan terhadap apa yang terjadi dengan anaknya. Jika terjadi perubahan-perubahan yang kurang wajar orang tua akan dengan cepat tanggap. Maka orang tua dapat mendeteksi secara dini jika terjadi pelecehan terhadap anaknya. Selanjutnya pendidikan seks juga diberikan melalui bimbingan-bimbingan yang diselenggarakan di sekolah. Ada juga program-program pendidikan seks yang diselenggarakan di tempat-tempat ibadah.
Anak merupakan generasi penerus bangsa yang harus dipelihara keberadaannya. Dengan melihat begitu banyak kejadian pelecehan seksual terhadap anak dan dampak buruk yang diakibatkannya, ini akan membuat rusaknya generasi bangsa. Memang harus ada tindakan dari pemerintah terhadap pelaku kejahatan seksual, namun dari pihak yang dapat menjadi korban perlu ada ketahanan. Untuk itu anak perlu diberikan pendidikan seks sejak dini. Dengan diberikannya pengetahuan tentang seks dan bagaimana memperlakukan dan menjaganya, yang juga disertai dengan pendidikan moral dan keimanan diharapkan anak dapat terhindar dari pelecehan seksual.
Pendidikan seks tidak lepas dari pendidikan moral dan keimanan, dengan pendidikan moral dan keimanan yang baik dari orang tua di rumah, dilengkapi pembinaan-pembinaan yang diadakan di sekolah dan di tempat ibadah diharapkan anak memiliki moral dan keimanan yang baik sehingga anak mampu menjaga dirinya dengan baik dan terhindar dari kasus-kasus pelecehan seksual.