Religion in General-Menjadikan Agama Sebagai Alat Transenden

Nama : Akbar Priyonggo

NIM : 2201811403

            Sejak dulu kala, manusia selalu bertanya-tanya tentang hal-hal yang melampaui akal pikiran seperti dari mana asalnya manusia, mengapa kita lahir ke muka bumi, dan apa yang terjadi setelah kematian. Sebagai manusia, saya percaya bahwa ada suatu Dzat yang lebih tinggi dari pada apapun di dunia ini. Dzat tersebut menciptakan segala hal yang ada di seluruh alam semesta beserta isinya, serta membuat tanda-tanda akan kebesaran-Nya. Saya percaya, tidak mungkin semua yang ada di dunia ini ada begitu saja. Semua yang ada di dunia ini, bermula dan juga akan berakhir pada suatu kejadian. Setidaknya, itulah jawaban yang saya temukan.

            Di dunia ini, ada banyak cara orang menginterpretasikan kebesaran-Nya. Banyaknya cara ini menimbulkan perbedaan namun sekaligus persamaan. Terbukti dengan terbentuknya sistem kepercayaan, berupa agama-agama yang ada sekarang seperti Hindu, Judaisme, Buddha, Kristen, Islam, dan lain-lain. Persamaan menjadikan manusia untuk berkomuni, sementara perbedaan seringkali menjadikan manusia untuk berselisih.

            Saya rasa, perselisihan atas dasar agama terjadi salah satunya karena kita fokus ke pada hal-hal yang membuat kita berbeda. Seperti simbol-simbol suatu agama tertentu dan ibadah formal yang dilakukan. Saya tidak menampikkan fakta bahwa simbol dan ibadah formal adalah bentuk kecintaan dan kepatuhan kita terhadap yang Mahakuasa, sehingga kita wajib melakukannya. Namun rasa cinta kita terhadap yang Mahakuasa tidak boleh menjadikan kita manusia yang membawa petaka bagi makhluk lainnya.

            Seharusnya, dengan beragama kita sadar bahwa kita semua ini adalah makhluk ciptaan-Nya yang hidup berdampingan dan saling membutuhkan satu sama lain. Dengan demikian, beragama tidak hanya membuat kita dekat ke pada Sang Pencipta, namun juga ke sesama manusia, makhluk lainnya, dan juga bumi tempat kita berpijak. Pada akhirnya, dengan beragama kita perlahan-lahan berubah dan bertransendensi menjadi makhluk dengan a higher state of consciousness.