Menghadapi Covid 19
By : Simon Mangatur Tampubolon
“Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban.” (2Tim. 1:7)
Covid 19 sudah menjadi pandemic dan Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena dampaknya. Terhitung pada 20 Maret 2020 pemerintah Indonesia menyatakan sudah ada 369 pasien positif terpapar Covid 19 ini (info terbaru bisa dicek di web resmi: covid19.go.id). Efek dari penyebaran virus ini begitu luas, mulai dari roda ekonomi yang terganggu sampai kepada ritual keagamaan yang disesuaikan keadaaan. Kekuatiran dalam masyarakat pun cukup terasa, terlihat dari sepinya pusat-pusat keramaian dan mulai adanya aksi panic buying. Pemerintah sebenarnya sudah memberikan respon yang cepat untuk mencegah dan menangani penularan Covid 19 ini, namun tentunya semua ini perlu waktu dan kerjasama semua pihak termasuk masyarakat dan kita orang percaya sebagai bagian dari masyarakat.
Sebagai orang percaya firman Tuhan di atas menjadi petunjuk bagi kita untuk merespon perkembangan Covid 19 dengan segala dampaknya. Jelas yang pertama kita tidak boleh takut alasannya karena sesungguh ketakutan itu tidak berasal dari Tuhan dan ketakutan justru akan membawa akibat negative terhadap daya tahan tubuh kita. Padahal yang kita butuhkan untuk menghadapi situasi ini justru kekuatan. Kekuatan disini bukan bersifik fisik tetapi bersifat kekuatan mental yang memampukan orang percaya untuk tetap tenang dan menang menghadapi keadaan saat ini.
Hal selanjutnya yang kita butuhkan untuk merespon kondisi saat ini adalah kasih dan ketertiban. Kasih kepada sesama untuk menghadapi Covid 19 ini harus kita wujudkan dengan menjaga diri kita agar tidak tertular dan menularkan virus ini, kita harus disiplin dan tertib menerapkan protocol yang sudah ditetapkan dan dikeluarkan pihak-pihak terkait untuk menghadapi Covid 19 ini.
Pesan dalam 2 Timotius 1:7 di atas sesungguhnya ada dalam konteks untuk memberitakan Injil, oleh karena itu kondisi saat ini harus kita gunakan untuk menyatakan kabar keselamatan dalam Kristus. Situasi adanya Covid 19 ini bisa menjadi sebuah analogi untuk menggambarkan dosa dan kedatangan Yesus, sehingga ada pintu masuk bagi berita Injil. Tentunya hal ini harus dikabarkan dengan penuh hikmat dan kasih.
Memang ada polemik yang muncul berkaitan dengan ibadah Minggu di gereja, seakan ada pertentangan antara melangkah dalam iman dengan melangkah dalam hikmat. Menyikapi ini sebenarnya tidak perlu ada pertentangan, karena hikmat adalah bukti dari iman, Yakobus berpesan kepada umat yang ada dalam penderitaan:”…Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit — , maka hal itu akan diberikan kepadanya. Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang,…” (Yak.1:5-6). Iman kita wujudkan dengan hikmat dalam mengatasi bersama Covid 19 ini dan dengan beribadah yang disesuaikan dengan situasi dan himbauan dari pihak terkait. Apapun keputusan yang diambil masing-masing gereja kiranya tidak perlu saling membanggakan atau mengecilkan satu dengan yang lain.
Akhirnya kekuatan, kasih dan ketertiban adalah kunci untuk kita bersama menang menghadapi Covid 19 ini. Sebagai orang percaya kita harus menjadi teladan dalam tiga hal ini, dan mendukung pemerintah untuk penanganan dan pencegahan Covid 19.